Ku kira Mas Naka akan membawaku ke sebuah tempat menenangkan yang belum pernah aku kunjungi. Dugaanku salah. Dia ternyata membawaku ke gemuk pasir. Tempat yang pernah aku dan Iqbaal kunjungi waktu itu.
"Gimana? Tenangkan jadinya?" katanya yang berdiri di sebelahku.
Aku cuma mengangguk, mengulum senyum.
Aku melangkahkan kakiku mendahului Mas Naka. Memoriku terlempar begitu jauh. Bayangan-bayangan wajah Iqbaal mulai memenuhi kepalaku. Iqbaal yang tersenyum menatapku, Iqbaal yang memegang kamera fuji filmnya, Iqbaal yang lari-lari, dan Iqbaal yang mengucek matanya karena kelilipan debu. Semua terlihat begitu nyata. Dan begitu indah.
Aku menghembuskan napas kasar ketika memori itu perlahan memudar. Aku tersenyum kecut. Semuanya sudah berubah. Sudah tak semenyenangkan dulu. Iqbaal benar-benar pergi dari hidupku. Akupun benar-benar pergi dari hidup Iqbaal. Sekarang aku sadar kalau bukan hanya aku yang egois di hubungan ini seperti kata Iqbaal tempo lalu. Tapi kita berdua yang sama-sama tak mau mengalah untuk meluruskan masalah yang sudah runyam ini. Mulai dari aku yang takut menghubingi Iqbaal lebih dulu dan Iqbaal yang mungkin sudah malas bertemu denganku, tanpa aku tahu apa penyebab Iqbaal jadi begitu.
"Mas Naka bawa Lubi ke sini bukan buat Lubi jadi makin sedih, tapi buat lepasin keresahan yang ganggu Lubi. Bukannya Lubi sendiri yang minta dianterin ke tempat yang menenangkan?"
Aku menggeleng. "Siapa bilang Lubi sedih? Lubi seneng kok Mas."
Mas Naka merangkulku. "Kalo ga sedih kenapa bibirnya manyun? Matanya berkaca-kaca? Bahunya turun kaya kecewa?"
Aku menghembuskan napas pelan.
"Ini tempat kenangan Lubi sama Iqbaal." ucapku menatapnya.
"Iqbaal idola kamu? Yang dulu setiap ada dia di TV kita jadi rebutan remot? Ah halu deh Lubi."
Aku mengangguk. "Bener kok Mas. Dia pacar Lubi yang ngajak break itu."
Mas Naka malah tertawa keras. "Duh dek! Lo tuh dari dulu sama deh. Gak berubah-rubah. Cari yang nyata aja si! Gak usah haluin si Iqbaal! Kaya ngerti aja dia sama kamu."
Aku menghembuskan napasku. "Tanya aja ke Bude!"
"Pake bawa-bawa Ibu Mas Naka lagi!"
Aku memutar mataku, mengeluarkan ponsel yang ada di saku. "Nih kalau gak percaya!" kataku sambil menunjukan fotoku dan Iqbaal.
"Editan ini mah! Lo kan suka ngedit foto berdua sama dia dari dulu. Mas gak percaya."
Aku menghembuskan napas kasar. "Makanya punya instagram dipake! Biar gak kudet!"
Mas Naka tertawa. "Dari kemarin Mas bercanda. Mas jelas tau lah kamu pacar si Iqbaal! Dari snap kamu dan instagram orang. Rame banget isinya kamu sama dia. Awalnya mas kira kamu abis ikut jumpa fans atau apalah. Tapi ternyata emang beneran gosipnya. Hahaha. Kamu tau gak? Bahkan ada yang DM ke Mas, nanya kalau Mas Naka siapanya Lubi? Mas Naka sampe heran. Kok bisa mereka nyasar sampe instagram Mas? Keren banget yah fans si Iqbaal! Stalknya sampe akar-akar."
KAMU SEDANG MEMBACA
HAPPY CODA [IDR]
Fanfiction[SELESAI] "Bukan ngelukis pake kuas Maisha Lubi. Kalo itu si gue yakin lo gak bisa. Senyuman lo yang dua hari ini udah ngelukis hidup gue. Kehadiran lo di Yogyakarta ini yang udah ngelukis memori yang gue rasa paling manis di hidup gue. Makasih yaa...