43. Way Back Home

326 34 3
                                    

Melihat jalanan yang lengang dan lampu jalan yang temaram membuat Iqbaal merasakan bukan cuma cowok itu yang kehilangan sosok Lubi, tapi kotanya juga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Melihat jalanan yang lengang dan lampu jalan yang temaram membuat Iqbaal merasakan bukan cuma cowok itu yang kehilangan sosok Lubi, tapi kotanya juga. Jakarta tampak kosong dan muram tanpa cewek itu. Sabar yah Jakarta, sebentar lagi kamu akan sembuh. Iqbaal akan membawa sinarmu kembali. Mengusir kelabu yang setengah bulan ini mengganggumu.

Dengan kecepatan yang lumayan tinggi, mobil Iqbaal  membelah jalanan Jakarta. Senyum rekah di bibirnya karena sebentar lagi ia akan bertemu pujaan hatinya. Ia sudah tidak sabar bertemu Lubi. Melihat wajah ayunya lagi, melihat senyum manis Lubi yang begitu ia rindukan, mendapat tatapan mata Lubi yang meneduhkan, mendengar tawa renyahnya yang mencairkan suasana, dan mendengar suara hangatnya yang sangat menenangkan hati Iqbaal.

Namun hati Iqbaal berkecamuk. Ada yang mengganggu pikirannya setelah mebayangkan gadis itu. Apakah Lubi mau menemuinya? Apakah Lubi akan menerima kehadirannya? Dan yang paling penting apakah Lubi mau kembali padanya? Memulai semuanya dari nol? Iqbaal harap cewek itu menjawab sesuai dengan yang ia inginkan.

 Apakah Lubi mau menemuinya? Apakah Lubi akan menerima kehadirannya? Dan yang paling penting apakah Lubi mau kembali padanya? Memulai semuanya dari nol? Iqbaal harap cewek itu menjawab sesuai dengan yang ia inginkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku membuka mataku setelah kurang lebih tiga jam tertidur. Badanku terasa begitu pegal karena aku lagi-lagi ketiduran dengan posisi duduk di kursi. Merasakan itu, aku langsung merenggangkan otot-otot badanku; menghilangkan pegal yang mengganggu pagiku.

Bersamaan dengan matahari yang terbit, aku menarik napas dalam, menyambut hari ini. Hari keduaku di Yogyakarta.

"Apa kabar yah Jakarta?"

"Apakabar Iqbaal di sana?"

Aku tersenyum kecut lalu menggelengkan kepala.

"Bodoh kamu Bi! Masih aja mikirin orang yang mungkin udah lupain kamu." ucapku bermonolog lalu menertawai diri sendiri.

Tak mau berlama-lama seperti orang gila yang ngomong sendiri, tanganku mengambil handuk lalu menyampirkannya di bahu untukku pakai setelah mandi.

Ketukan pintu terdengar di telingaku ketika aku tengah mengoleskan sunscreen di mukaku.

"Cah ayu? Sarapan dulu yuk?" ucap Bude di balik pintu yang belum kubuka.

Aku tersenyum membuka pintu. Kutemukan Bude yang berdiri membalas senyumku.

HAPPY CODA [IDR]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang