Merasa ini adalah waktu yang kurang tepat, Diana memilih untuk pergi saja dari sana. Ia tidak mau mengganggu waktu Lunanya dan kembali ke kediamannya. Jika Samuel atau Alpha bertanya, dia bisa menjawab kalau Luna sudah tertidur saat ia menghampiri.
Huh, sekali lagi maafkan aku Sam, dan Alpha tentu saja. Batinnya lagi.
***
Malam ini Erysca hanya sendirian di kamarnya setelah ia dan Wenzell pulang dari makam orangtuanya dan orangtua Wenzell. Tubuhnya benar-benar lelah seharian berjalan-jalan di mall bersama Diana, lalu dilanjutkan ke makam. Dan sekarang Wenzell sedang menemui Samuel untuk membahas rapat tadi pagi. Hanya sebentar, katanya.
Kakinya melangkah ke arah jendela lalu duduk di kursi yang tersedia di dekat sana. Menikmati bulan yang menggantung di langit. Ia menghela napas. Besok adalah bulan purnama. Rasa gugup sudah ia rasakan sejak tadi. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana kehidupan pernikahannya bersama Wenzell setelah ini.
Merasa bosan dan belum merasa mengantuk, Erysca beranjak ke arah cermin besar yang ada di dekat pintu walk in closet. Dirinya masih ragu jika kejadian di butik waktu itu adalah nyata. Namun jika dipikirkan terasa sangat aneh. Dan mimpi-mimpi yang setiap malam mendatanginya juga seperti berhubungan dengan kejadian aneh itu.
"Siapa kau sebenarnya?" bisik Erysca di depan bayangannya. Tangannya ia tempelkan di cermin.
Erysca berjengit kaget dan reflek menjauhkan tangannya dari cermin saat melihat bayangan itu sendiri menyeringai padanya.
"Kau tanya siapa aku?"
Gadis itu masih diam saking terkejutnya. Sejujurnya ia takut. Sangat. Namun ia harus tahu apa yang sebenarnya terjadi padanya. Tidak mau mengulur waktu lagi. Ia harus bisa menghadapi ini tanpa siapapun yang tahu.
Erysca masih setia menatap bayangannya di cermin. Ia mengangguk kaku.
"I'm you, and you're me."
Jika dalam situasi yang baik, maka Erysca akan memutar bola matanya saat ini juga. Bukan itu jawaban yang dia mau. Tentu saja ia tahu kalau itu adalah bayangannya sendiri.
Erysca menghela napas berat. "Siapa dirimu sebenarnya?" tanyanya sekali lagi.
Kali ini dengan nada yang berbeda. Luna voice. Dalam dan tegas. Bahkan Erysca pun cukup terkejut dengan hal itu. Tak menyangka jika ia bisa melakukannya. Juga dengan bayangannya di dalam cermin, dia terbelalak terkejut. Namun hanya sesaat dan dia bisa menormalkan kembali wajah datarnya.
"Seharusnya kau tahu siapa aku dari mimpi-mimpimu."
Erysca mengingat kembali setiap mimpinya. Dan saat ia menyadari sesuatu, kedua tangannya terkepal erat. Tenggorokannya terasa sakit karena menahan emosi yang meluap.
"Damia," desisnya menatap cermin di depannya dengan tajam dan wanita di cermin menyeringai.
Seketika itu juga dirinya di dalam cermin berubah menjadi wanita lain. Sangat cantik. Dan Erysca mengenalinya sebagai mantan kekasih matenya. Dia juga kembali mengingat pertemuannya dengan wanita itu di hutan saat misi pencarian Clara. Waktu itu juga adalah awal pertemuannya dengan Wenzell.
"Well ... ingatanmu cukup baik ternyata. Aku tidak menyangka jika tikus tak berguna yang kutemui di hutan waktu itu, ternyata adalah pengganggu sebenarnya," ujar Damia.
"Aku menyesal sudah membuang waktuku untuk menghancurkan Alex dan matenya. Jika saja aku tahu sejak awal kalau kau adalah Luna di pack ini, kau yang akan mati untuk pertama kali," lanjutnya dengan penekanan di akhir kalimat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Alpha Wenzell [Completed]
VlkodlaciSpin-Off #2 My Beloved Mate Saat dirinya telah merasakan segalanya sudah lengkap. Tak ada lagi hampa atau dusta. Saat hidupmu adalah hidupnya. Dan hidupnya adalah hidupmu pula. Saat dirinya merasa benar-benar sudah menemukan orang yang tepat untuk m...