[24] Threat

999 111 6
                                    

Lusa adalah hari dimana Wenzell akan pergi. Sebenarnya pria itu akan pergi tiga hari lagi. Tetapi ada hal lain yang membuat kepergiannya dipercepat. Sebuah pack kecil di negara lain membutuhkan bantuannya segera.

Malam ini Erysca sedang duduk di ranjangnya. Dia tidak bisa tidur. Sejak tadi Erysca merasa uring-ringan. Wanita itu menimang-nimang kembali keputusannya. Memikirkan apa yang akan terjadi apabila dia berkata yang sebenarnya pada Wenzell. Apakah pria itu justru akan membatalkan kepergiannya? Semoga saja tidak. Dia tidak mau menjadi egois.

Akhirnya setelah berdiam cukup lama Erysca memutuskan untuk menceritakan hal itu besok pagi. Ia tidak ingin mengganggu Wenzell yang sedang sibuk di ruang kerjanya saat ini. Saking sibuknya memikirkan hal tersebut, Erysca tidak menyadari jika Wenzell sudah masuk ke dalam kamarnya. Pria itu melihat mate-nya yang sedang melamun. Tatapannya tampak kosong mengarah pada jendela.

Wenzell berjalan menghampiri Erysca dan duduk di sebelahnya. Tangannya menyentuh pundak wanita itu.

"Mate."

Erysca tersentak kaget dan panik saat melihat Wenzell yang tiba-tiba sudah duduk di sebelahnya. Jantungnya berdetak sangat cepat. Seolah-olah dia tertangkap basah mencuri atau mengambil sesuatu.

"Wow. Calm down, sugar. Apa yang sedang kau pikirkan?" tanya Wenzell.

Dahinya berkerut bingung. Apa gerangan yang membuat mate-nya sepanik itu. Menurutnya itu terlalu berlebihan. Apa Erysca tidak mendengar pintu terbuka dan tidak menyadari ada seseorang yang duduk di sebelahnya?

"Ti-tidak. Tidak ada."

Ada sesuatu yang sedang disembunyikan dan pria itu menyadarinya. Tatapan Erysca tidak mengarah pada matanya saat menjawab pertanyaan barusan.

"Kau menyembunyikan sesuatu?" tanya Wenzell kembali dengan tatapan skeptis.

Erysca tidak langsung menjawabnya. Dia menatap Wenzell dengan ragu. Helaan napas berat dia keluarkan. Kedua tangannya mengusap wajahnya gusar dan menjambak pelan rambutnya. Wajahnya tampak frustasi.

"Aku akan menceritakannya besok pagi," ujar Erysca.

"Kenapa tidak malam ini?"

Erysca menggeleng pelan. "Kau pasti lelah. Masih ada banyak waktu besok untuk aku menceritakannya."

Dia tahu seharian ini Wenzell sangat sibuk. Benar apa kata pria itu. Setelah dirinya dan Wenzell berjalan-jalan bersama Layla kemarin. Wenzell akan sangat sibuk mulai keesokan harinya. Belum lagi pekerjaannya di kota. Perusahaan yang dikelolanya juga harus dia urus.

"Tapi--"

"Sstt ... aku juga lelah, sayang. Pagi tadi aku ikut berlatih dengan Delta Tavien. Aku juga menggantikanmu untuk bertemu dengan tamu dan mengajak mereka berkeliling. Jadi tunggu sampai besok, oke?"

Sambil menghela napas, Wenzell mengangguk setuju. Dia juga tidak tega melihat matenya yang terlihat letih karena berlatih bela diri sesuai keiinginan wanita itu dan siang sampai sore menjelang malam menggantikannya menemani para tamu. Mereka datang dari luar pack untuk berkunjung selama sehari. Kesibukan yang dilakoni Wenzell membuat Lunanya harus turun tangan untuk menggantikannya.

"Baiklah, kau menang," ujar Wenzell. Ia mengangkat kedua bahunya.

Sebelum tidur Wenzell membersihkan diri di kamar mandi dan mengganti pakaiannya menjadi lebih santai. Kemudian menyusul mate-nya berbaring di bawah selimut sambil memeluk wanita itu.

***

Kegaduhan yang terjadi di halaman mansion membuat keduanya terbangun. Mereka duduk di ranjang dan saling berhadapan dengan wajah bingung. Ini masih terlalu pagi. Dengan segera Wenzell beranjak dari ranjangnya untuk keluar kamar. Erysca menyusulnya setelah mengenakan jubah kamar untuk menutupi tubuhnya yang hanya berbalut pakaian tidur satin yang minim.

Alpha Wenzell [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang