Part terpendek 😬
***
Pria itu menghentikan langkah kakinya yang berjalan menyusuri apron di bandara. Ia baru saja turun dadi pesawat dan perasaannya mengatakan sesuatu yang dicarinya memang berada di tempat ini. Tak mau menunggu waktu lama lagi ia kembali berjalan ke gedung bandara untuk mengambil barangnya.
Setelah memastikan koper yang ia bawa memang benar-benar miliknya. Ia langsung keluar bandara dan memesan taksi. Hari ini ia terlalu lelah karena menempuh perjalanan udara selama berjam-jam. Mungkin besok ia akan memulai pencariannya. Sekarang yang akan dilakukannya adalah mencari hotel dan beristirahat.
***
Jeffrey berjalan cepat menuruni tangga dan menatap ke penjuru kafenya. "Dimana Erysca?" tanyanya pada Liam yang kebetulan lewat di depannya sambil membawa nampan kosong.
"Tadi aku lihat sedang di gudang bahan makanan."
Setelah mendapat jawaban itu Jeffrey langsung menuju ke sana. Ia melihat Erysca sedang mengambil beberapa bahan makanan dengan keranjang yang nantinya akan dia bawa ke bagian dapur.
"Erysca," panggilnya.
Wanita itu menoleh dan menghentikan kegiatannya. "Ya?"
"Tadi Megan menelponku. Katanya Sea tiba-tiba sakit dan dia terus memanggil namamu. Dia sudah menelponmu tapi ternyata handphonemu tertinggal di apartemen," kata Jeffrey.
"Sebaiknya kau pulang dulu. Bawa Sea ke rumah sakit. Kalau dia belum juga membaik, hari ini kau bisa libur bekerja," lanjutnya.
Erysca dengan wajah paniknya pun mengangguk. "Terimakasih, Jeff." ia berlari ke tempat ganti setelah meletakkan keranjang tadi di atas meja dapur.
Ia berpamitan pada teman-temannya dan meminta maaf karena pulang lebih awal. Sebelum Erysca mencapai pintu kafe, Liam lebih dulu mencegahnya dan menawarinya tumpangan untuk pulang menggunakan motornya. Erysca pun tak menolak karena dia tahu bus yang biasanya lewat akan datang setengah jam lagi.
Liam menghentikan motornya di tepi jalan depan apartemen Erysca dan Megan. Erysca mengucapkan terimakasih dan langsung turun dari motor lalu masuk ke dalam gedung apartemen tersebut.
Di dalam kamar, Erysca melihat Sea berbaring dengan mata tertutup di atas kasur. Sedangkan Megan duduk di tepi ranjang.
"Sea!" Erysca menjatuhkan tasnya di sembarang tempat dan duduk di tepi ranjang lainnya.
"Aku melihatnya tergeletak di samping tempat tidurnya tadi saat akan memanggilnya untuk makan siang. Tubuhnya panas sekali. Padahal sebelumnya dia baik-baik saja. Pagi hari kami masih bermain dan aku pun membantu Sea belajar," terang Megan seraya menggigit jari-jarinya.
Erysca mencium tangan kecil Sea berkali-kali dan mengusap rambut halusnya.
"Aku sudah menelpon kakak temanku yang seorang dokter untuk kemari. Aku terlalu panik dan takut untuk menyetir mobil sambil membawa Sea."
"Terimakasih," ujar Erysca lirih. Tatapannya tak beralih dari wajah Sea yang tampak pucat.
"Dia sempat memanggil Mama tadi sebelum kembali tak sadarkan diri."
Bel apartemen berbunyi. Megan berlari ke pintu utama dan membukanya. Seorang wanita berpakaian dokter tersenyum ramah ke arahnya. Tangannya menenteng sebuah tas cukup besar. Megan mempersilakannya untuk masuk dan menuntunnya ke kamar.
Helen selesai dengan pemeriksaannya pada Sea. Erysca masih setia menunggu di samping tempat tidur. Helen menghela napas seraya menatap tubuh kecil Sea yang terbaring lemah di kasur. Dahinya berkerut bingung.
"Suhu tubuhnya memang sangat tinggi, tapi semuanya normal dan tidak ada masalah. Megan, apa yang dia makan terakhir kali?"
Megan menatap langit-langit kamar dan berpikir. "Setahuku terakhir dia makan cookies coklat."
"Tadi dia kejang-kejang?" tanya Helen pada Megan.
Gadis itu menjawabnya dengan gelengan kepala. "Aku tidak tahu. Saat masuk kamar aku sudah menemukannya tergeletak di lantai."
"Apa dia alergi pada sesuatu?" tanya Helen lagi seraya menatap Erysca.
"Aku selalu menjaga apa yang Sea makan. Dan sampai sekarang dia tidak menunjukkan alergi pada makanan atau apapun," jawab Erysca.
Helen menghela napas, lagi. "Aku berpikir mungkin Sea terkena syok anafilaktik. Tetapi kau bilang kalau Sea tidak mempunyai alergi pada makanan atau apapun. Jadi, kemungkinan Sea hanya demam biasa atau heat-stress. Aku belum bisa memastikannya lebih dalam jika dia masih tidak sadar. Ini sedikit aneh menurutku."
Erysca menelan ludahnya takut. "A-aneh?"
Suara gumaman lirih membuat Helen yang akan menjawab Erysca menutup kembali mulutnya. Sea membuka sedikit kelopak matanya. Bola matanya bergulir mencari keberadaan Erysca.
"Mama."
Erysca berderap mendekati Sea dan mencium tangannya berulang-ulang. Lalu menempelkan tangan Sea di pipi kanannya. "Mama disini, sayang."
Dari dekat Erysca bisa melihat warna iris mata Sea yang berubah menjadi ruby sekilas. Serupa milik Wenzell. Wanita itu terkejut. Namun ia segera menormalkan ekspresi wajahnya. Tidak mau membuat dua orang lainnya bingung. Sepertinya hanya Erysca yang sadar akan hal itu karena kepala Sea yang menghadapnya dan membelakangi Megan juga Helen.
Helen kembali memeriksa Sea dengan teliti. Dia menjelaskan jika semua masih tampak baik-baik saja. Bahkan suhu badannya kini normal. Secepat itukah? Mungkin benar Sea hanya terlalu lelah karena bermain tadi.
Ia berpamitan pergi setelah memberi resep obat dan vitamin yang harus Sea minum. Megan mengantarkannya keluar apartemen sekaligus pergi untuk membeli obat.
"Sea. Ada yang sakit?" tanya Erysca. Tangannya mengusap pipi Sea.
Sea menggeleng lemah. "Tidak ada yang sakit," lirihnya.
"Kenapa bisa pingsan, hm? Apa Sea lelah dan tidak makan dengan benar?" tanya Erysca setelah ia menghela napas lega.
"Aku makan banyak, Ma. Tapi tadi aku melihat ada yang masuk ke kamar lewat jendela dan setelah itu aku tidak ingat apa-apa," ujar Sea dengan wajah polos khas anak-anaknya.
Tangan Erysca yang mengusap rambut Sea berhenti. Jantungnya berdegup sangat cepat mendengar penuturan putra kecilnya.
"Si-siapa dia, Sea?" Erysca menatap tepat pada manik mata Sea yang kembali berkilat merah. Hanya selama beberapa detik.
Sea menggeleng lemah. "Aku tidak tahu."
"Mungkin aku memang lelah. Jadi melihat yang tidak-tidak," lanjutnya seraya menghela napas.
"Sekarang tidur ya. Besok Mama akan mengizinkanmu tidak masuk sekolah karena sakit."
Sea mengangguk mengerti dan matanya terpejam. Tidak lama kemudian dadanya naik turun dengan teratur. Erysca masih duduk di tepi ranjang memegang tangan putranya. Pikirannya menerawang. Siapa yang mendatangi Sea?
***
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alpha Wenzell [Completed]
LobisomemSpin-Off #2 My Beloved Mate Saat dirinya telah merasakan segalanya sudah lengkap. Tak ada lagi hampa atau dusta. Saat hidupmu adalah hidupnya. Dan hidupnya adalah hidupmu pula. Saat dirinya merasa benar-benar sudah menemukan orang yang tepat untuk m...