[44] Son

1.8K 172 26
                                    

Ocean!

Saat mengingat putra kesayangannya itu Erysca buru-buru berlari ke arah Wenzell. Wajahnya tampak panik dan Wenzell merasa bingung. Ia menyuruh Omega yang mengantarkan Erysca tadi untuk meninggalkan mereka berdua di sana.

"Hei, baby. What's wrong?" pria itu mendudukkan Erysca ke kursi di depannya. Ia sedikit menggeser kursinya sendiri supaya bisa berhadapan dengan mate-nya.

"Boleh aku pinjam handphonemu? Aku harus menghubungi seseorang," ujar Erysca masih dalam mode paniknya.

Pikirannya masih bingung. Namun ia tetap memberikan apa yang Erysca pinta. Pria itu mengeluarkan benda pipih dari saku celana bahannya. Erysca langsung merebut benda itu dari tangan Wenzell dan menekan beberapa nomor lalu menelpon seseorang itu.

Kedua kaki dan tangan Erysca tak bisa tenang. Wenzell menarik sebelah tangan Erysca dan mengusapnya pelan. Berusaha memberi ketenangan. Cukup lama panggilan teleponnya tak dijawab sampai ia harus mengulangnya dua kali.

"Halo?"

"Halo? Siapa ini?" suara di seberang sana menjawab.

"Ini aku Erysca," ujarnya.

"Oh, God! Kemana saja kau ini?! Aku dan Jeffrey hampir gila mencarimu kemana-mana! Bahkan Sea tidak mau berhenti menangis!" Megan menjerit histeris.

Oh, Seaku yang malang. Maafkan mama. Batin Erysca merasa sangat bersalah.

Erysca melirik ke arah Wenzell. Pria itu juga menatapnya penasaran. Pasti dia bisa dengan jelas mendengar suara Megan.

"Ba-bagaimana keadaan Sea? Apa dia baik-baik saja?" tanyanya cemas.

Terdengar helaan napas dari sana. "Dia sudah cukup tenang setelah Hugo datang dini hari tadi. Entah apa yang mereka bicarakan tapi aku bersyukur Sea tidak lagi menangis dan mau tidur meski hanya tiga jam."

Erysca menghela napas lega mendengarnya. "Syukurlah. Apa dia masih di sana?"

"Ya. Pria itu masih bersama Sea. Lalu bagaimana keadaanmu sekarang? Kau sedang dimana?" tanya Megan dengan nada khawatir.

Eysca menggigit bibir bawahnya gugup. "Eh, ekhm. Aku ... aku tidak berada di kota White Stone. Ceritanya panjang. Aku akan menceritakannya padamu lain waktu. Sekarang apa aku boleh berbicara pada Hugo?" ia merasakan genggaman di tangannya mengerat saat nama Hugo disebut.

Wanita itu bergumam tanpa suara pada pria di depannya. "Tenanglah." yang bisa Wenzell tangkap lewat gerakan bibirnya.

Suara di seberang sana terdengar tak beraturan. Mungkin Megan sedang memberikan handphonenya pada Hugo.

"Ya, Erysca?" suara Hugo tampak sangat tenang.

"Sea sedang bersamamu, 'kan?"

"Dia sedang di sebelahku saat ini," jawab Hugo seadanya. Ya, karena Erysca bisa mendengar suara seorang anak meski samar-samar.

"Aku tahu apa yang kau pikirkan, Erysca. Kau tenang saja. Aku sudah memesan tiket penerbangan. Kami akan berangkat satu jam lagi," ucap Hugo membuat Erysca melotot tak percaya.

"Kau yang akan membawanya kemari?"

"Tentu saja. Kecuali kau mau mengganti uang tiket yang sudah kubeli."

Erysca mendengus kesal. "Terimakasih, Hugo. Jaga Sea baik-baik."

Tanpa jawaban apapun Hugo sudah memutus panggilan mereka. Erysca kembali merasa kesal karena niatnya ingin berbicara sebentar pada Sea tidak terlaksana.

Alpha Wenzell [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang