Hari sudah semakin siang. Namun kedua orang itu masih nyaman bergelung di balik selimut dan saling berpelukan. Keduanya seakan mencari kehangatan dan kenyamanan satu sama lain. Suara orang-orang berlalu lalang membangunkan pria itu.
Mata beriris ruby itu menatap istrinya dengan penuh damba. Tangannya bergerak menyingkirkan helaian rambut yang menutupi wajah cantik wanitanya. Beberapa menit dia terus diam dan hanya memperhatikan wajah damai di depannya itu. Akhirnya wanita itu terbangun. Tetapi matanya kembali tertutup dan semakin menyusup ke pelukan pria itu. Pelukannya semakin mengerat.
"Ayo bangun, mate. Aku harus segera pergi setelah ini." pria itu, Wenzell, mengecup puncak kepala matenya.
Dia terkekeh saat Erysca justru seperti enggan melepaskan pelukannya. Erysca melenguh lalu membuka matanya lagi. Ia menatap wajah tampan suaminya yang tampak cerah. Gadis itu menghela napas lelah. Tubuhnya masih terasa remuk setelah kegiatan malam mereka berdua. Ini adalah hari ketiga mereka berada di kamar luas ini. Keduanya tidak keluar dari sini selama tiga hari itu. Makan pun akan ada Omega khusus yang mengantarkan kemari.
Hal ini sudah menjadi tradisi khusus di Redmoon Pack. Selama tiga hari Alpha dan Luna yang baru saja melangsungkan pernikahan akan berada di dalam kamar ini. Tidak boleh keluar. Semua mereka lakukan di tempat tersebut sampai waktu habis. Mandi, makan, dan kegiatan lainnya mereka lakukan di kamar itu. Terutama saat malam hari. Itu sudah menjadi hal wajib yang harus mereka lakukan untuk mendapatkan penerus.
"Kau bisa beristirahat lebih lama lagi jika mau. Aku akan mandi dulu dan bersiap. Kalau kau butuh bantuan, kau bisa menggunakan telepon itu untuk memanggil Omega," ujar Wenzell. Erysca mengangguk mengerti dan melanjutkan tidurnya.
Pria itu mengusap rambut matenya yang berantakan. Lalu beranjak menuju kamar mandi. Dia segera bersiap untuk melakukan pertemuan dengan para petinggi pack.
Setelah selesai bersiap dan berpakaian rapi, Wenzell meninggalkan kamar itu. Sebelumnya ia menyempatkan untuk mencium kening dan bibir matenya. Juga mengucapkan kata-kata manis.
Dengan langkah tegap Wenzell berjalan di sepanjang lorong mansion. Dua Warrior yang sudah menunggunya di depan pintu ruangan ikut berjalan di belakangnya. Wajah Sang Alpha tampak berseri-seri. Senyum tak luntur sejak Wenzell keluar dari tempat sakral itu. Setiap Omega dan Warrior yang melewatinya menyapa dan dibalas dengan senyum pula. Membuat mereka yang melihatnya pun juga merasakan bahagia. Mereka bisa merasakan ikatan Alpha dan Lunanya yang semakin menguat.
Dua Warrior yang mengikutinya berhenti saat Wenzell telah memasuki ruangan luas yang dikhususkan untuk rapat. Saat dia membuka pintu, semua orang yang telah menunggunya di ruang rapat itu berdiri dan membungkuk hormat. Setelah mengucapkan kata selamat siang, Wenzell duduk di kursi utama diikuti oleh para petinggi pack. Seorang Beta, dua Gamma, dua Delta, enam tetua pack, watcher, dan dua Warrior. Mereka menempati kursinya masing-masing sesuai dengan pangkat mereka.
Salah seorang Warrior yang duduk paling jauh dengan Wenzell mengeluarkan sebuah kotak kayu. Meletakkannya diatas meja. Lalu membukanya dan mengeluarkan isinya. Semua yang ada di sana memperhatikan dengan seksama. Wajah-wajah itu memperlihatkan ekspresi bingung saat melihat sebuah jam pasir besar di atas meja.
"Jam pasir?" Wenzell menyahut.
"Ya, Alpha. Kami menemukannya di tempat persembunyian pengikut Damia. Jalan masuknya ada di reruntuhan mercusuar yang saat itu menjadi tempat penyekapan Luna Clara," ujar Dre.
Dia menceritakan cara dirinya dan Feder bisa masuk ke sana. Tak lupa menjelaskan bagaimana rupa tempat itu yang dipenuhi dengan patung-patung penyihir besar. Semua yang ada di ruang rapat tidak menyangka dengan cerita dari Dre. Mereka takjub dengan kepintaran Warrior baru itu. Bisa menemukan tempat paling tersembunyi yang belum bisa terpecahkan selama berbulan-bulan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alpha Wenzell [Completed]
Hombres LoboSpin-Off #2 My Beloved Mate Saat dirinya telah merasakan segalanya sudah lengkap. Tak ada lagi hampa atau dusta. Saat hidupmu adalah hidupnya. Dan hidupnya adalah hidupmu pula. Saat dirinya merasa benar-benar sudah menemukan orang yang tepat untuk m...