[20] Full Moon-2

1.6K 135 2
                                    

Kalo kalian baru buka part ini pas besoknya...TOLONG BACANYA JANGAN PAS LAGI PUASA YA 😂

***

Di dalam kamar, Erysca kembali menyiapkan diri. Gadis itu mengenakan gaun yang berbeda dari sebelumnya. Gaun yang dikenakannya adalah gaun milik Luna Caltha, Ibu Wenzell. Erysca yang memintanya sendiri. Gaun yang sama saat Luna Caltha diangkat menjadi seorang Luna. Mungkin dengan ini, dirinya bisa menjadi lebih percaya diri.

 Mungkin dengan ini, dirinya bisa menjadi lebih percaya diri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sekali lagi Erysca mematut dirinya di depan cermin. Dia tidak menyangka akan bisa berjalan sejauh ini. Gadis iu menghela napas panjang untuk mengusir kegugupannya. Setelah ini dia harus berbicara di depan anggota pack dan rakyat Redmoon Pack.

Saat sedang memikirkan apa yang mungkin akan terjadi nanti. Tiba-tiba ia merasakan sesuatu seperti menghantam tubuhnya. Sampai-sampai ia terdorong ke depan. Untung saja ada meja rias di depannya sehingga kedua tangannya bisa berpegangan dan menopang tubuhnya.

"Apa itu tadi?"

Setelah ia mengucapkan itu. Ia merasakan jantungnya seperti diremas. Sangat sakit. Ia mendesis kesakitan seraya memegang dadanya. Napasnya pun terdengar berat.

"Damia, berhenti."

Dengan lirih dan terbata Erysca mengucapkan itu. Dia tahu jika Damia mulai berulah di dalam tubuhnya. Wanita itu mungkin marah karena ia tak segera pergi dari sini. Dan ia bisa mendengar suara Damia yang tertawa keras di pikirannya.

Kemudian ia kembali merasakan seperti sesuatu yang tertarik. Yang lagi-lagi membuatnya hampir jatuh tertarik ke depan. Kedua tangannya reflek menyangga di meja rias. Hal itu bersamaan dengan ketukan di pintu kamarnya.

Erysca menatap ke depan. Ke arah cermin dimana ada Damia di dalam sana. Wanita itu tampak kaget dan itu membuatnya bingung.

"Apa yang terjadi?!" Wanita itu meraung marah dengan mata melotot ke arah Erysca.

Ketukan di pintu kembali terdengar. Erysca cepat-cepat mempersilakan siapapun orang yang akan masuk itu. Pintu kamar terbuka dan memperlihatkan sosok pria berambut putih. Hugo.

"Hai." Hugo tampak canggung saat menyapa.

Erysca mencoba tenang dan tersenyum. Ia membalas sapaan Hugo sambil melirik ke arah cermin. Damia sudah pergi. Helaan napas lega terdengar dari bibirnya.

"Kau baik?" tanya Hugo yang berdiri di depan Erysca.

Yang ditanya hanya mengangguk.

"Tapi kau tampak agak pucat," ujar pria itu.

Erysca menatap wajahnya di cermin. "Ah. Mungkin aku hanya lelah."

Hugo mengangguk mengerti. "Selamat atas pernikahan dan peresmianmu. Maaf aku tidak datang di pernikahanmu tadi dan baru datang saat malam. Ayah membutuhkanku untuk mengurus kerajaan."

Alpha Wenzell [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang