Puteri Lindungan Bulan 11

657 42 0
                                    

Zarif gosok kepala sampai kusut rambutnya. Bawah matanya hitam lebam tak cukup tidur. Malam tu dia langsung tidak dapat tidur, sebaik sahaja dia balik ke lotengnya, dia serta merta rasa seperti dihentak batu besar yang tertulis REALITI.

" saya cintakan awak...

                              " saya cintakan awak..."

Apa yang dia cakap semalam!! Hilang akal ke apa?!! Serius semalam dia yakin yang otak dia tak berfikir secara waras, apa yang dia lakukan... apa yang dia ucapkan... dia terlalu ikutkan perasaannya...Zarif tarik nafas dalam-dalam, cuba bertenang. Imej dia memeluk Putri pula menganggu fikirannya. Kemudian bisikannya ke telinga Putri...  Zarif menjerit.. aaahhhhh.... Apa yang dia buat!!! Selepas apa yang dia cakapkan...

Sebelum melabelkan saya sebagai typical man, Kenapa awak tidak cuba melihat saya sebagai diri saya sebenarnya?"

Putri pasti membencinya.. Dia adalah typical man yang Putri cakapkan... !!  tidak!!! Dia tidak berniat nak ambil kesempatan terhadap Putri, semalam dia terlalu emosi.. perasaan dia keliru..waktu itu dia Cuma fikir...yang dia mencintai Putri... dan...Zarif tersentak.

"Perasaan itu masih sama seperti semalam.. " katanya memegang dadanya.

Zarif turun dari loteng, bersedia membuka kafe Adora.  Setelah apa yang berlaku semalam, bak pepatah terlajak perahu boleh diundur, terlajak kata buruk padahnya.. Ha... memang tepat ler dengan situasinya ni. Tiada apa dia boleh lakukan lagi, kecuali menerima apa yang telah berlaku. Pintu Café dibuka dan Putri berada di situ, di depan Café . Wajah Putri pucat kesejukan dek menunggu dalam hujan sejak subuh lagi.

" Awak..."

Mata mereka bertaut, cepat-cepat Zarif menarik Putri ke dalam Café. Tangan Putri, terasa begitu dingin saat dia memegangnya.

" Berapa lama awak kat luar tu! Kalau awak jatuh sakit bagaimana?" marah Zarif. 


Zarif menyuruh Putri duduk di kaunter, dan Zarif cepat-cepat membuatkan air kopi yang hangat untuknya. Cawan kopi yang hangat itu diletakkan ke tangan Putri. Perbuatannya itu hanya Putri peratikan tanpa berkata-kata. Putri lihat wajah yang risau itu, kemudian bila Putri meneguk air kopi yang hangat itu, Zarif kelihatan sedikit lega. Terpamer segaris senyuman di wajah Zarif.

" Awak tak apa-apa?"

" Awak kata awak akan bagi berapa jua yang saya perlukan..." kata Putri tiba-tiba.

Raut wajah Zarif berubah. Dilihatnya Putri sedang menunduk merenung asap tipis yang berserakan dari cawan kopi di meja.

" Ya, awak tak perlu kerja di situ lagi, saya tidak suka."

Keadaan menjadi sunyi seketika.

" Adakah awak akan tinggalkan tempat ini sebaik sahaja awak dapat wang yang diperlukan itu?" tanya Zarif,ingin tahu.

" Ya."

Sekali lagi keadaan menjadi sunyi.  Putri masih tidak mengangkat wajahnya, dia tidak mahu melihat wajah Zarif, kerana hanya mendengar suara Zarif, dia tahu Zarif kecewa mendengar jawapannya.

" Berapa?" tanya Zarif lagi. 

Putri memandang Zarif, dan Zarif alihkan pandangannya saat mata mereka bertemu. Hati Putri terasa sebak saat melihat Zarif begitu. Lalu, dia memberitahu amount wang yang diperlukan. Zarif naik ke loteng, meninggalkannya.

Putri getap bibir. Dia tahu dia salah.. dia tahu..kata-kata dan keputusannnya hanya menyakitkan Zarif. Tapi bukan Zarif sahaja rasa begitu, dia juga sakit hati bila bibirnya mengucapkan kata-katanya. Dia sakit hati bila mengetahui Zarif terluka, bila melihat renungan Zarif yang tidak bermaya itu, wajah yang muram itu...

" Saya cintakan awak... am I that typical man?''

Kenapa mesti Zarif cakapkan itu? Kenapa mesti kata-kata itu membuatkan dia rasa bersalah? Kenapa mesti dia juga rasa apa yang Zarif rasa padanya? Zarif turun dari loteng, mendekatinya, duduk di sisinya.. Hati Putri lagi terasa sakit,... jadi inilah pengakhirannya?...

" 3 bulan, jangan tinggalkan sini sebelum tamat perjanjian kita. " kata Zarif sambil menghulurkan ikatan wang pada Putri. 

Putri terkejut dengan permintaan Zarif itu.

" Saya tahu permintaan saya kedengaran selfish,sama seperti typical man yang awak benci- pentingkan diri sendiri, mengambil kesempatan terhadap wanita, egois . Tapi jika ini dapat memastikan awak berada di sisi saya, walaupun hanya untuk waktu yang singkat, saya sanggup jadi that typical man.." jelas Zarif. 

Putri mengalirkan air mata. Zarif  terus terkejut. Adakah dia menakutkan Putri? Dia tidak berniat begitu...

" Kenapa? Err..saya tak bermaksud untuk memaksa awak.. awak boleh tak ikut cakap saya... .. "

Zarif mulai panik.

Putri geleng kepala.  dia menangis kerana saat mendengar kata-kata Zarif,dia rasa lega,keraguannya lenyap, hatinya tenang, dia ingin berada di sisi Zarif.. Saat ini, dia sedar.. dia mencintai lelaki ini. Lelaki yang sebelum ini dia anggap sebagai typical man. lelaki yang sepatutnya dia benci, kini dia mulai sayang Sebanyak mana Zarif sanggup korbankan, dia akan lakukan lebih berganda.. sebanyak mana Zarif cintanya, dia jua ingin mencintai Zarif sekali ganda lebih..

" Saya tahu saya bukannya real teman lelaki awak..Saya tiada hak untuk halang awak..Awak bebas membuat keputusan...apa yang saya cakap takkan mengubah apa-apa...  " Zarif cuba memujuk. 

 " Tapi saya ingin ucapkan juga... "  

Zarif  tarik nafas, tapi dia tidak akan menafikan apa yang dia ucapkan tadi. Apa yang dia cakapkan ini bukan main-main. 

                                                      "  Jangan tinggalkan saya.."

Zarif; perlahan-lahan mengusap air mata yang jatuh berlinang di pipi Putri. Tanpa sedar, Zarif  perlahan-lahan merapatkan bibirnya ke bibir Putri. Hatinya berdegup kencang, Putri jua.. Tiba-tiba mereka berdua tersentak.

Cepat-cepat Zarif alihkan tangannya dan menghentikan apa yang dia cuba lakukan. Putri  jua pantas berganjak jauh dari Zarif, sambil mengesat semua air matanya. Mereka berdua kemudian  memandang dua penonton tak diundang yang sedang ternganga,memerhatikan mereka di depan pintu,

" Err.. Ary, apa kata kita keluar dulu." Fai menarik Ary untuk keluar, berpura-pura seolah-olah mereka tidak lihat adegan itu.

"kiss.. kiss.. mereka hampir kiss..Biarkan mereka berdua-duaan.. " bisik Fai pada Ary yang hanya menganguk-angguk setuju.Tapi belum sempat kedua-dua mereka itu keluar, Zarif terlebih dahulu menahan,.

" Tung....gu... du....lu!!! " kata Zarif menyinga sambil memegang kepala kedua-dua budak ni.

" Aaaaa!!!.. kami tak nampak apa-apa!!"jerit Fai ketakutan.

" Ye boss, tak Nampak.. tak Nampak!!" sahut Ary bersetuju. Zarif tahu kedua-dua mereka ni berpura-pura, cess...

Putri tertawa melihat keletah mereka dan perbuatannya itu disedari Zarif.  

Zarif senyum. 

Adora CafeWhere stories live. Discover now