Menjadi seorang ibu rumah tangga bagi Juli bukanlah hal yang terlalu sulit. Sebelum ia menikah dengan Angkasa, ia sudah terbiasa membantu ibu di rumah mengurusi urusan rumah tangga. Mulai dari mencuci baju, mencuci piring, menyapu, menyetrika baju,dan memasak tentu saja.
Hari ini adalah pekan terakhir ujian akhir semester di kampus. Kebetulan Juli sudah menyelesaikan semua mata kuliah. Tinggal menunggu hasil, selanjutnya liburan semester.
Saat ini ia sedang menyiapkan sarapan sebelum Angkasa pergi ke kampus. Ia biasanya memaksa Angkasa untuk sarapan lebih dulu sebelum ujian.
"Jul, kemeja hitam gue dimana?" Angkasa berteriak dari kamar membuat Juli berdecak pelan.
"Ya di lemari!" Balas Juli juga berteriak. Ia malas untuk meninggalkan masakan yang sebentar lagi selesai.
"Nggak ada!"
"Nyarinya pakai mata, bukan mulut!"
"Nggak ada beneran!" Angkasa kembali berteriak.
Juli mendengus. Usai mencicipi masakan, ia mematikan kompor. Ia berjalan menuju ke kamar setelah melepas apron.
Awas aja kalau ketemu!
"Udah?" Ia membuka pintu kamar yang tidak tertutup rapat.
Di depan lemari, Angkasa berdiri sambil masih bertelanjang dada. Ia mengacak-acak pakaian yang kemarin sudah Juli tata rapi.
"Ya ampun, Sa! Cukup! Udah jangan diacak-acak lagi," ujar Juli pelan. Ia berjalan cepat menghampiri Angkasa.
Sekarang ia berdiri di depan laki-laki itu. Juli membelakangi Angkasa sambil merapikan kembali pakaian yang kusut.
"Mana? Nggak ada, kan?" Tanya Angkasa pelan. Jarak mereka sangat tipis sehingga Juli bisa merasakan napas Angkasa di tengkuknya.
"Kemeja yang mana sih?!" Kesal Juli sambil membuka bagian lemari yang lain.
Angkasa berdecak kesal, "Yang biasanya gue pakai,"
Juli berhenti dari aktivitasnya. Ia kemudian berjalan menuju keranjang baju kotor. Tangannya sibuk memilih baju. Lalu mengangkat salah satu kemeja.
"Yang ini?"
"Nah! Kok belum dicuci sih?" Angkasa kembali mengomel.
Juli memutar bola matanya kesal, "Ya kan baru kemarin dipakai!"
Angkasa menghela napas panjang, "Gitu aja bilangnya 'di lemari! Nyari pakai mata, bukan mulut!'" ujar Angkasa menirukan gaya bicara Juli sebelumnya.
"Ternyata masih ada di keranjang baju," lanjutnya pelan. Ia kemudian memilih kemeja yang lain.
Juli tak kalah sewot, "Kan nggak tau!"
"Iya, gue yang salah dah." Angkasa kembali mengalah. Lebih baik ia mengaku salah, daripada acara debat kusir ini tak kunjung selesai.
***
Angkasa baru saja mau menyalakan mesin motor, ketika seorang perempuan memanggil namanya. Ia mengurungkan niatnya lalu berbalik. Menatap seorang perempuan berlari kecil ke arahnya.
"Gue kira lo nggak ada jadwal. Gue cariin dari tadi." Ujar perempuan itu. Ia merupakan salah satu teman kelompoknya KKN.
"Kenapa emang?" Tanya Angkasa pelan. Ia masih duduk di atas motor.
"Bisa temenin cari perlengkapan buat KKN? Kebetulan masih ada yang kurang,"
Angkasa melirik jam yang melingkar di tangannya, lalu mengangguk. "Yaudah deh boleh. Mau kemana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Momen
RomanceJuli sama sekali tidak berpikir hidupnya berubah saat ia baru memasuki perguruan tinggi. Orangtuanya meminta untuk menikah dengan anak sahabat mereka. Karena Juli sangat menyayangi ayahnya, maka ia tidak bisa menolak. Angkasa sangat kaget saat salah...