satu

6.2K 294 4
                                    

Selesai penutupan acara tahunan fakultas, Angkasa buru-buru mengendarai mobilnya keluar area fakultas. Usai menyelesaikan urusannya dengan staf yang lain, ia berjanji akan mengunjungi kafe baru milik temannya. Baru sampai lampu merah setelah melewati gerbang belakang kampus, handphonenya berdering memunculkan nama 'Mami' di sana.

"Halo, mi?" Jawab Angkasa setelah telepon tersambung.

"Kamu dimana, Sa? Udah selesai acara kampusmu?"

"Udah, mi. Ini baru jalan ke kafe temen dekat kampus." Jawabnya.

Mami berdecak kesal sebelum menjawab. "Kamu ini gimana sih?! Kan kemarin mami bilang minta diantar jenguk teman papimu! Sekarang kamu malah mau nongkrong asyik sama temen-temen kamu, gitu?! Mau kamu sekar—"

Angkasa menghela napas, merendahkan suara agar terdengar lembut. "Halo, kanjeng mami. Aku putar balik ke rumah sekarang, ya. Love you."

Angkasa langsung mematikan sambungan telepon saat lampu lalu lintas berganti menjadi warna hijau. Ia mengumpat pelan. Mau tidak mau Angkasa harus  mencari tempat memutar secepatnya agar tidak mendengar nyanyian mami selama di rumah.

***

Juli menggeram kesal saat ibunya berusaha membuat rambut yang biasa ia kuncir satu menjadi entah apa yang Juli tidak tau.

"Ih, ibu. Sakit tau, pelan-pelan dong."

Ibu masih fokus pada riasannya, sedang Juli menatap penampilannya di depan cermin. Heran dengan penampilannya yang tidak seperti biasanya.

Setelah pulang dari kampus, Juli dibuat bingung dengan ibunya yang sudah duduk manis menunggunya di dalam kamar membawa satu dress berwarna pink dengan satu tas makeup  berukuran sedang.

"Kita mau kemana sih, Bu?" Tanya Juli untuk kesekian kalinya yang tidak pernah mendapatkan jawaban dari ibu.

"Nunggu ayah di rumah sakit, lah." Akhirnya ada suara juga.

"Trus ngapain pakai dress segala? Biasanya aku juga pakai kaos biasa ibu nggak komplain, kok."

"Hush, jangan banyak tanya. Udah diam aja."

Juli mengerucutkan bibirnya,  "Malu bertanya kan sesat di jalan, Bu."

"Udah ada google maps sekarang."

Astaga ibu, ih.

***

"Gara-gara nungguin kamu jadi telat nih, Sa." Gerutu mami di dalam mobil menuju perjalanan ke rumah sakit.

Angkasa menoleh malas, "Yailah cuma gitu aja marah, mi. Rumah sakitnya juga nggak bakal pindah kali."

Mami menoyor kepala belakang Angkasa pelan, "Kamu ini, kalau dibilangin ngeles mulu."

Tidak perlu waktu lama untuk bisa sampai ke rumah sakit. Mami berjalan mendahului Angkasa yang masih sibuk di belakang memainkan handphone.

"Ayo, Sa." Mami menoleh menegur Angkasa yang berjalan pelan, "jangan main hp mulu." Lanjutnya.

Angkasa buru-buru memasukkan handphonenya ke saku celana dan menyusul maminya.

"Nanti kamu yang sopan sama om Iman, loh."

"Iya, mi. Ya kali nanti aku marah-marah di depan dia."

"Jawab teruss."

Angkasa menyunggingkan senyum khasnya lalu merangkul pundak mami. Mereka berdua berjalan beriringan menuju kamar inap di lantai dua.

***

Juli baru menyusul ibunya setelah selesai dari toilet. Langkahnya terayun pelan melewati lorong lantai dua. Sesekali memainkan handphonenya, membaca pesan dari grup para sahabatnya.

"Eh itu anaknya." Ucap ibu setelah melihat Juli mendorong pintu kamar dan masuk ke dalam ruangan.

Suasana ramai, kata ibu hari ini akan ada teman ayah yang mau menjenguk. Sekarang di ruang yang kecil ini, ada ibu, ayah, tante, dan om yang Juli yakin adalah teman ayahnya. Tunggu, satu lagi orang yang duduk di sofa pojok. Ia bahkan tak memperhatikan Juli yang baru saja memberi salam.

"Lama banget, sih. Sana salim sama om Irwan dan tante Iren." Perintah ibu kepada Juli yang malah duduk di dekatnya.

Juli tersenyum tipis, berjalan menuju sofa dan menyalimi dua orang yang lebih tua itu dengan sopan.

"Sa, ini loh ada yang mau kenalan. Jangan nge-game mulu." Mami menyikut lengan Angkasa yang masih fokus pada permainan.

Angkasa terlonjak kaget dan segera menjeda permainan.

"Juli," tangan Juli terulur pelan.

Angkasa mendongak pelan, lalu tangannya menyambut uluran Juli, menatap gadis yang ada di hadapannya sekarang. "Loh?! Lo kan maba yang kemarin, ya?"

Bukannya memperkenalkan diri, Angkasa malah mengeluarkan kata-kata yang membuat kedua mata para orangtua berbinar-binar.

"Jadi kalian udah saling kenal?!" Mami heboh sendiri.

"Wah, bagus itu." Ibu menanggapi dengan antusias.

Sedangkan Juli dan Angkasa mengerutkan kening heran.

Ada apa sih dengan orang-orang di sini?

***
Dilanjut.
Feb, 2020







MomenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang