Juli merasa heran saat Sasa tiba-tiba mengajaknya ke kantin pagi ini setelah jam pertama kuliah selesai. Biasanya ia mengajak Juli makan ketika jam makan siang saja. Mereka berjalan ke arah kantin dengan Juli berada di belakang Sasa. Tangan perempuan itu ditarik oleh Sasa.
"Sa, pelan-pelan kenapa sih? Kamu udah lapar banget?" Tanya Juli di belakang.
Sasa tidak menjawab, sekarang mereka sudah sampai di depan kantin yang masih sepi. Hanya ada beberapa orang yang keluar masuk.
"Udah ayo." Sasa mendorong dulu untuk melangkah lebih dulu.
"Nah itu mereka!" Sahutan dari dalam kantin membuat Juli menghentikan langkahnya.
Ia mencari sumber suara tersebut. Di pojok kantin, ada Bian yang duduk bersama seorang perempuan. Ia melambaikan tangan kepada Juli.
"Ayo." Sasa kembali mendorong Juli. Mereka berjalan ke arah Bian.
"She is beautiful." Ucap perempuan itu kepada Bian. Perempuan itu sepertinya Juli kenali atau pernah melihatnya. Tapi di mana ia lupa.
"She is." Jawab Bian. Ia beralih ke Sasa dan Juli. "Jul, kenalin ini Karina."
Perempuan itu tersenyum. Sedangkan Juli mematung di tempat.
Karina. Karina. Karina!
Ternyata Juli memang pernah melihatnya. Jadi, ini Karina? Sosok perempuan yang pernah Angkasa cintai?
Sasa menyenggol Juli yang hanya diam saja. Juli menjabat tangan Karina dengan kaku.
"Oke karena kalian udah ketemu. Gue sama Sasa pergi dulu, kebetulan ada urusan UKM yang belum kelar." Bian menatap Sasa setelahnya. Ia memberikan kode lewat mata agar Sasa ikut dengannya.
"Ayo, Sa!"
Sepeninggal Bian dan Sasa, Karina menyuruh Juli untuk duduk. Mereka duduk berhadapan.
"Sorry, aku udah pesan minum. Kamu mau pesan juga?" Tanya Karina pelan.
Juli menggeleng lemah, ia masih tidak percaya. Sekarang ia bertemu dengan orang yang akhir-akhir ini menjadi momok dalam pikirannya.
"Udah lama banget aku minta Angkasa supaya kita bisa ketemu. Akhirnya sekarang ketemu." Perempuan itu tersenyum. Ia terlihat begitu ramah.
"Mas Angkasa yang minta mbak untuk ketemu sama aku?" Akhirnya Juli mau berbicara. Walau suaranya sedikit bergetar.
Karina menggeleng cepat, "Nggak, nggak sama sekali. Angkasa bahkan ngelarang aku untuk ketemu kamu."
Juli menghela napas pelan. "Tapi kayaknya ada yang harus aku lurusin di sini." Lanjut Karina. Tak lama handphonenya berbunyi, ia pamit untuk mengangkat telepon itu kepada Juli.
Juli tidak bisa mengalihkan pandangannya kepada Karina. Perempuan itu sekarang masih membelakangi Juli. Tampaknya telepon itu sangat penting sampai ia harus menghabiskan waktu yang lama.
Karina bisa dibilang perempuan yang nyaris sempurna. Mulai dari penampilannya yang sangat terlihat fashionable. Ia juga termasuk mahasiswi yang berprestasi, Juli melihat postingan di Instagramnya sedang mengikuti lomba dan kegiatan lainnya. Karina juga selalu ramah kepada semua orang, selalu tersenyum, dan cepat akrab dengan orang baru. Tidak salah kalau dulu Angkasa pernah jatuh cinta kepada Karina.
Juli mengalihkan pandangan saat Karina berbalik. Perempuan itu kembali duduk di depan Juli.
Karina meletakkan handphonenya di meja. "Bian udah ngasih tau masalah kalian berdua. Maaf ya, aku jadi nggak enak sama kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Momen
RomanceJuli sama sekali tidak berpikir hidupnya berubah saat ia baru memasuki perguruan tinggi. Orangtuanya meminta untuk menikah dengan anak sahabat mereka. Karena Juli sangat menyayangi ayahnya, maka ia tidak bisa menolak. Angkasa sangat kaget saat salah...