Angkasa sama sekali tidak mengindahkan permintaan Juli. Ia kembali memejamkan matanya saat Juli sudah masuk ke dalam kamar mandi beberapa menit yang lalu.
Tangannya sibuk menahan pergerakan Langit di sampingnya yang sudah terbangun dan berceloteh ringan. Kadang menepuk pipi Angkasa, mencakar lengannya, atau sampai menjambak rambutnya.
"Ih, mas!" Ujar Juli setelah pintu kamar mandi terbuka. Ia sudah mengenakan pakaian di dalam kamar mandi.
"Ditinggal bentar udah merem aja!" Ujarnya sambil berjalan ke arah ranjang dan mengambil Langit.
"Ini juga ngawasin."
Juli memandang Angkasa sewot, "Mana ada!"
"Mau pergi jam berapa?" Tanya Juli yang sekarang sudah menggendong Langit dengan selendang.
"Jam 10 mungkin," balas Angkasa, ia masih merebahkan dirinya di kasur.
"Yaudah sana mandi."
"Hm,"
Juli pun keluar dari kamar untuk mengambil sarapan Langit. Ia kembali ke kamar saat Angkasa sudah berdiri di depan lemari memilih pakaiannya.
"Cepet banget?"
"Emangnya kamu." Juli mengerucutkan bibirnya sambil memutar bola matanya kesal. Ia berjalan ke arah balkon kamar Angkasa.
"Aku berangkat sekarang aja deh." Angkasa ikut menyusul Juli di balkon.
Juli yang menyuapi Langit pun menoleh dan mengangguk. Angkasa berbalik untuk segera pergi, namun Langit melambai-lambaikan tangannya.
"Cel! Cel! Cel...!" Ujar batita itu mengajak Angkasa berbicara.
"Iya uncle. Uncle mau pergi dulu yah."
"Mas, pamit dulu nih sama Langit." Ujar gadis itu saat Angkasa belum keluar kamar. Angkasa dengan enggan berbalik menghampiri mereka.
"Uncle pergi dulu. Kamu di rumah aja ya boy!" Ujar Angkasa sedikit menunduk.
Ia mengepalkan tangannya dan mengulurkan di depan Langit, "Tos dulu dong!" Juli mengambil tangan Langit dan menempelkannya ke tangan Angkasa. Langit bersorak senang.
"Cium sekalian dong uncle."
Angkasa kembali menegakkan badan. Tanpa disangka, ia menarik tengkuk Juli agar mendekat. Ia mengecup singkat bibir Juli. Mata Juli mengerjap kaget.
"Langit, maksudnya!"
Bibir Angkasa tertarik ke atas, ia tersenyum. "Nggak masalah. Sekalian." Ujarnya kemudian mengecup kedua pipi Langit dan berpamitan.
***
Juli sama sekali tidak direpotkan dengan adanya Langit. Justru ia merasa senang karena ada teman bermain walaupun Langit masih kecil. Seperti sekarang ini, Langit memakai kacamata hitam milik Angkasa dan berjoget riang di depan televisi.
Siang ini mami dan Juli bersantai di ruang tengah, usai mereka menyelesaikan masakannya.
"Awas itu ada mobil! Jangan diinjak dong, le." Ujar mami sambil mengawasi cucu kesayangan berputar-putar di depannya.
"Angkasa belum pulang, Jul?" Tanya mami menoleh sebentar ke arah Juli, lalu kembali mengawasi Langit.
"Belum, mi. Urusan di bengkelnya belum selesai mungkin."
Mami menganggukkan kepala, ia bangkit dan menghampiri Langit.
"Langit biar sama mami. Kamu istirahat di kamar aja ya, Jul."
KAMU SEDANG MEMBACA
Momen
RomanceJuli sama sekali tidak berpikir hidupnya berubah saat ia baru memasuki perguruan tinggi. Orangtuanya meminta untuk menikah dengan anak sahabat mereka. Karena Juli sangat menyayangi ayahnya, maka ia tidak bisa menolak. Angkasa sangat kaget saat salah...