Usai kejadian makrab minggu lalu, Angkasa menjadi sangat protektif. Setiap hari ia akan mengirimkan Juli pesan jika ia tidak bisa memantau secara langsung.
Udah makan belum?
Juli menghela napas pelan, sekarang ia masih berada di mushola kampus usai menunaikan shalat dhuhur.
Udh.
Pakai apa?
Kepo bgt sih. Nyari kerjaan sn biar nggk gbt.
Juli mengirimkan pesan itu dengan malas. Ia kemudian menunggu Sasa yang masih merapikan make up-nya.
Lain halnya dengan Juli yang berada di kampus, Angkasa berada di kafe Bian. Ia duduk di meja paling pojok dekat dapur. Tangan kanannya memegang rokok.
Ia tersenyum membalas pesan-pesan yang Juli kirimkan. Semenjak insiden makrab, Juli masih saja ngambek padanya.
Yaudah. Semangat kuliah ya, sayang.
Angkasa terkekeh geli melihat pesan yang baru ia kirim.
"Napa lo, Njing? Gila lo?" Bian menegur Angkasa setelah membawa satu botol minuman soda dan menaruhnya di meja.
Jujur Bian jarang melihat Angkasa bisa tersenyum geli seperti saat ini.
"Kagak." Ujar Angkasa. Ia meletakkan handphonenya di meja. Beralih mengambil botol minuman, memutar tutupnya, lalu meneguknya pelan.
Tiba-tiba handphone Angkasa menampilkan chat dari aplikasi WhatsApp yang bisa Bian liat dengan jelas.
Hm.
"Wah kemajuan nih? Chat-an sama Juli lo? Tumben biasanya jarang banget."
Angkasa tergelak, "sekedar memastikan dia baik-baik aja sih."
Bian mengerutkan kening, "Yakin nih? Bukan karena lo suka sama dia?"
Angkasa tertegun lalu mengerjap pelan, ia mengibaskan tangannya, "kagak, cuk."
"Halah, belum ngaku aja lo. Ntar juga bakal bucin pada masanya." Bian tergelak.
Angkasa hanya tertawa, "tapi dia tuh tambah bikin gue gemes, sih. Ada aja tingkahnya yang aneh."
"Waktu pertama ketemu pas pkkmb dulu tuh. Cuma dia woy yang berani bentak gue dan nggak tau gue siapa?! Ngakak sih ingat dulu." Lanjutnya.
Ya dulu waktu pkkmb kampus, Juli sempat mengomeli Angkasa yang tidak sengaja menjatuhkan slayer yang baru ia warnai, alhasil tulisannya yang belum kering jadi rusak menempel kemana-mana.
Saat itu Juli tidak tau kalau Angkasa adalah ketua panitia pkkmb fakultas. Jadi, setelah hari berikutnya, Juli sangat enggan untuk berpapasan apalagi menatap Angkasa.
Bian hanya mengangguk, kemudian ia bersandar pada kursi.
"Berarti lo udah bisa move on dong dari Karin?" Tanya Bian.
Angkasa diam sejenak, lalu kemudian mengendikkan bahu. Untuk sekarang ia tidak mau memikirkan masa lalu.
"Anjing gue lupa! Belum ngirim file buat KKN." Ujar Bian.
Ia kemudian terburu-buru menuju ruangannya di lantai dua dan kembali meninggalkan Angkasa sendiri.
Angkasa kembali menyesap rokok sembari melihat feed di Instagramnya. Tak lama kemudian ada notifikasi dari WhatsApp.
Jmpt cpt. Nggk jd kls, mls naik ojk.
***
Juli sebenarnya tahu kalau Angkasa sekarang sedang menatapnya melalui kaca spion motornya. Sesekali ia melirik, tapi lalu memalingkan wajah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Momen
RomanceJuli sama sekali tidak berpikir hidupnya berubah saat ia baru memasuki perguruan tinggi. Orangtuanya meminta untuk menikah dengan anak sahabat mereka. Karena Juli sangat menyayangi ayahnya, maka ia tidak bisa menolak. Angkasa sangat kaget saat salah...