Dua hari berada di rumah mami membuat Juli kurang istirahat dengan tenang karena ada Langit yang aktif mengajaknya bermain. Belum lagi tiba-tiba ada tugas dadakan dari dosen yang harus dikumpulkan hari senin besok.
Juli membiarkan laptop menyala di atas meja tamu. Dirinya sibuk membaca buku referensi dan menulisnya ulang di catatan.
"Kok belum tidur?" Tanya Angkasa yang baru saja datang dari pintu depan.
Juli menghela napas, "Ada tugas dadakan dikumpulin besok," jawabnya lalu melanjutkan tulisannya.
Angkasa berjalan ke arah Juli. Mengambil tempat duduk di sampingnya. Mereka lesehan menghadap layar laptop yang masih berupa slide Ms. Word kosong, belum terisi. Hanya baru ada judul dan logo kampus.
"Lah, nugas apaan nih? Masih kosong gini," Gerutu Angkasa menggerakkan mouse.
"Baru juga mulai." Juli menguap.
"Yaudah sini, gue bantuin." Angkasa mengambil alih laptop Juli.
"Nama," gumamnya.
"Julia Latashia." Dia menjawab pertanyaannya sendiri. Juli masih fokus membaca buku, "Latashia pakai H." Lanjutnya.
Angkasa mengerutkan kening, "Latahsia?" Ujarnya.
Juli mendesis, "ih, bukan."
Angkasa mengangguk lalu mulai mengetik, "Latasiah?" Lanjutnya.
Juli memutar bola matanya kesal. Kenapa namanya seribet itu, sih?
"L-a-t-a-s-h-i-a." Juli mengeja huruf satu per satu, Angkasa kemudian menyalin.
"Yailah ribet amat nama lo. Ketimbang huruf nggak kebaca aja."
Memang susah ya punya nama yang hurufnya tidak terbaca.
***
Juli keluar dari ruang kelas usai dosen berpamitan. Tugas yang baru malam tadi dikerjakan sudah berhasil dikumpulkan pagi ini. Tentunya semua berkat Angkasa yang begadang, sedang dirinya terlanjur ketiduran.
Juli bersandar di tembok sebelah pintu. Tiba-tiba kepalanya terasa berat dan keadaan seolah berputar, membuatnya hampir oleng.
Widi, teman sekelasnya yang datang dari dalam dengan sigap memegang pundak Juli, "Eh, lo nggak apa-apa?" Tanyanya pada Juli yang masih memegangi kepalanya.
Belum sempat menjawab, Juli sudah pingsan lebih dulu.
Dengan sigap Widi membawa Juli ke ruang kesehatan yang berada di gedung lima lantai dua. Ia membelah kerumunan mahasiswa lain di sepanjang lorong gedung.
Saat Widi menunggu antrian lift, Angkasa dan Bian datang dari pintu depan. Angkasa yang berjalan cepat ingin menghampiri dan menghabisi Widi, ditahan oleh Bian.
"Ngapain sih lo," sewot Angkasa. Wajahnya sudah menunjukkan bahwa emosinya siap meledak.
"Jangan malu-maluin."
"Mata lo buta?! Itu si anjing beraninya gendong istri orang!" Angkasa menepis tangan Bian.
"Ya nggak gitu juga. Lihat tuh Juli pingsan, Sa. Kita ikuti dari belakang." Akhirnya Angkasa menurut. Tapi ia memilih menaiki tangga darurat agar sampai lebih cepat.
***
Matanya perlahan terbuka. Ruangan serba putih itu membuat keningnya berkerut. Berapa lama ia tidur di sini?
"Udah bangun?" Suara itu mengagetkan Juli. Suara khas yang sudah beberapa minggu ia dengar.
"Kenapa bisa pingsan?" Tanya Angkasa. Ia berjalan menuju ranjang dan mengambil segelas air putih di nakas.
"Nggak tau." Jawab Juli. Tubuhnya masih lemas.
Memar di pelipis Angkasa lagi-lagi membuat Juli bertanya heran.
"Berantem? Sama Widi?" Angkasa mengangkat bahu. Ia sungguh cuek sekarang.
"Ya ampun, dia cuma nolong aku. Kamu kenapa sih sampai pukul dia?" Tanya Juli sebal.
Harusnya Angkasa berterimakasih kepada Widi, kan?
"Jangan kayak anak kecil." Gumam Juli sambil berusaha duduk.
"Ya lo salahin dia lah. Bawa istri orang tanpa izin."
Juli menghela napas gusar, "Angkasa. Come on. Kalau dia izin kamu dulu, aku keburu nggak ditangani. Plis, deh. Kamu berlebihan."
Angkasa tetap hanya ingin berdebat dengan Juli walau kondisi Juli jauh dari kata sehat.
Baru saja ia membuka mulut, Juli menginterupsi, "Aku lagi nggak mau debat. Mau pulang aja."
Angkasa mengambil ponselnya dari saku celana, "Oke, gue suruh Bian ke sini dulu mau pinjam mobil."
"Kamu yang ke sana!" Juli menatapnya garang.
"Fine. Tunggu di sini."
Angkasa kenapa sih? Apa dia cemburu karena aku sama Widi? Impossible!
***
Berlanjut.
Apr, 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Momen
RomanceJuli sama sekali tidak berpikir hidupnya berubah saat ia baru memasuki perguruan tinggi. Orangtuanya meminta untuk menikah dengan anak sahabat mereka. Karena Juli sangat menyayangi ayahnya, maka ia tidak bisa menolak. Angkasa sangat kaget saat salah...