Dia Lagi

30.3K 1.8K 206
                                    

Vote please, thanks.

Happy reading❤️

∆∆∆

Benci emang gak beda jauh sama cinta. Tapi, gak menutup kemungkinan kalau cinta juga bisa menimbulkan rasa benci.

∆∆∆

Aqilla dan Gea duduk di halte depan sekolahannya, menunggu angkutan umum lewat. Tidak banyak orang disana karena sebagian besar murid SMA Bhakti Nusantara khususnya cewek, lebih memilih bersorak-sorak untuk menonton pertandingan basket Sang Casanova sekolah, siapa lagi kalau bukan Arsen.

Tatapan mata Aqilla kosong pada jalanan dihadapannya. Motor dan mobil berlalu-lalang hingga mengeluarkan kepulan asap. Deru motor dan mobil yang bersahut-sahutan pun tidak menyebabkan Aqilla berhenti dari lamunannya. Entahlah apa yang ada dipikirannya saat ini.

"Lo sebenarnya suka gak sih sama Vano?" tanya Gea menyadarkan lamunan Aqilla

"Kenapa tiba-tiba lo tanya kayak gitu?" tanyanya balik sambil menaikkan sebelah alisnya

"Yaelah. Ditanyain malah balik tanya. Jawab dulu kek."

"Dengerin ya Gea yang hobinya makan tapi gak gemuk-gemuk, gue gak mungkin punya perasaan lebih ke Vano."

"Masa sih, Vano ganteng lho. Pinter, tajir, ramah. Yakin gak jatuh cinta?" pancing Gea

"Memutuskan buat jatuh cinta artinya siap untuk patah hati."

"Jangan-jangan lo sukanya tipe-tipe badboy kayak Arsen ya?"

"Yakali gue suka sama Arsen. Bandel, suka bolos, nakal pula. Lagian gara-gara dia, gue jadi puyeng. Mana pusingnya belum ilang pula." kesal Aqilla sambil memegang bagian kepalanya yang berdenyut-denyut

"Gaboleh gitu, benci gak beda jauh sama cinta." goda Gea sambil mengedipkan sebelah matanya

"Benci emang gak beda jauh sama cinta. Tapi, gak menutup kemungkinan kalau cinta juga bisa menimbulkan rasa benci."

∆∆∆

Malam yang semakin larut membuat hawa menjadi tambah dingin. Angin malam yang menerpa kulit tidak membuat Arsen beranjak dari balkon kamarnya. Ia ditemani dengan ketiga sobatnya, siapa lagi kalau bukan Vano, Hendra, dan Ardan. Disamping kanannya, ada Vano yang sedang menyesap secangkir kopi susu panas buatannya.

Arsen mengambil sebatang rokok di meja dan menyalakan mancis. Bau asap rokok yang mengepul masuk ke indra penciumannya. Melihat Arsen yang merokok lagi dan lagi, Vano lantas mengambil sebuah kotak rokok di genggaman tangan kiri Arsen.

"Itu yang terakhir." ucap Vano sambil menyimpan kotak rokok di jaket hoodie biru dongkernya

Arsen menghembuskan napas kasar. Kedua kakinya ia naikkan ke pagar balkon dengan sebatang rokok yang yang masih ia pegang. Saat ini, ia sedang malas berdebat dengan Vano. Satu hal yang tidak Arsen sukai dari Vano adalah suka mengatur walaupun itu untuk kebaikannya sendiri.

Di dalam kamar Arsen, Hendra dan Ardan sedang betah dengan dunia mereka. Hendra tidur tengkurap dengan mata memejam di kasur king size milik Arsen. Napas teratur dan denguran halus menandakan ia sudah memasuki dunia mimpi.

LOVE YOU MY ICE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang