Seandainya

6.1K 372 23
                                    

Vote please, thanks.

Happy reading❤️

∆∆∆

Semakin berangan-angan berarti semakin jauh pula dari realita.

∆∆∆

Samuel memandang anak semata wayangnya lamat-lamat. Kali ini tangannya memegang bahu Arsen. "Dengar Arsen. Ini masih belum terlambat. Kamu masih bisa memperbaiki semuanya, terima perjodohan ini. Kamu bisa sama Luna lagi. Untuk sekarang, kamu emang gak suka sama Luna. Tapi, pelan-pelan kamu pasti akan suka. Ayah juga gak bakal malu lagi."

"Maaf Yah. Untuk kali ini Arsen gak bisa nurutin perintah Ayah."

Samuel kembali mencengkeram bahu Arsen dengan kuat. Sorot matanya memandang Arsen dengan amarah yang tercetak jelas. "BILANG APA KAMU TADI HAH?! ULANGI!"

"Arsen gak bisa nurutin perintah Ayah buat nerima perjodohan ini. Ada cewek lain yang Arsen suka, dan itu bukan Luna, Yah. Maaf, buat kecewa Ayah."

"BENER-BENER ANAK GAK TAU DIRI. SAYA CUMA MINTA KAMU TERIMA PERJODOHAN INI."

"Cuma kata Ayah? "Arsen nurutin semua perintah Ayah dan Ayah bilang itu cuma?"

Arsen terkekeh pelan. "Ayah nyuruh Arsen buat sekolah di Bhakti Nusantara, Arsen turutin. Ayah nyuruh Arsen kenalan sama Luna, Arsen turutin. Ayah nyuruh Arsen buat deket sama Luna, Arsen turutin. Ayah nyuruh Arsen buat nerima Luna jadi pacar Arsen, Arsen turutin juga. Dan itu dimata Ayah cuma?"

"Arsen manusia, Yah. Arsen punya perasaan. Arsen gak suka diatur tapi Arsen ngelakuin apa yang Ayah suruh. Tapi untuk kali ini enggak. Maaf, Arsen gak bisa nurutin perintah Ayah."

Mendengar anak lelakinya yang berbicara seperti itu membuat amarah Samuel berkobar-kobar. Matanya menatap nyalang Arsen.

Plak.

Samuel tak bisa menahan amarahnya lagi. Pria itu menampar pipi kanan Arsen dengan keras membuat cowok itu terjatuh. "Saya benar-benar menyesal punya anak seperti kamu. Kamu cuma anak pembawa sial." ucapnya sebelum pergi meninggalkan Arsen yang masih terduduk di atas lantai.

Arsen memejamkan matanya. Kedua tangannya menjambak rambutnya sendiri sembari menunduk.

Pipinya kian memerah. Tetapi, rasa sakit di hatinya tak sebanding dengan tamparan kuat yang Samuel berikan tadi. Perkataan Samuel jauh membuat ia terluka.

Tes.

Setetes air mata jatuh ke pipinya. Untuk kali ini, ia tak bisa menahan air matanya. Kemudian, cowok itu mendongak ke atas, memandang langit di malam hari.

"Kenapa Bunda ninggalin Arsen sendiri disini? Kenapa bukan Arsen aja yang pergi? Kenapa Bunda yang harus pergi? Arsen mau ketemu Bunda. Gak ada yang bener-bener sayang sama Arsen."

∆∆∆

Di dalam sebuah ruangan, terdapat tiga manusia. Yang satu sedang terbaring di atas ranjang dengan keadaan lemah dan satunya lagi memandang orang itu.

Vano memandang seorang wanita yang sudah lanjut usia yang tengah tertidur dengan tenang. Walaupun rambutnya sudah beruban dan kulitnya sudah berkeriput, tak membuat kecantikannya pudar sekalipun.

LOVE YOU MY ICE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang