Sia-Sia

9.4K 520 41
                                    

Vote please, thanks.

Happy reading❤️

∆∆∆

Ada yang lebih menyakitkan selain ulangan harian mendadak, ngerjain PR yang banyak banget tapi gak ditumpuk. Kan sia-sia.

∆∆∆

Aqilla menatap pantulan dirinya di cermin rias, memperbaiki tatanan rambutnya yang sedikit berantakan.

Cewek itu mengulas senyumnya. "Semangat sekolah Aqilla! Besok udah hari Sabtu, terus lo gak perlu mikirin sekolah." ujar Aqilla menyemangati dirinya sendiri sembari mengepalkan kedua tangannya ke atas.

Akhir-akhir ini, Aqilla menginginkan hari libur yang sangat panjang. Sebulan atau dua bulan mungkin, tetapi sepertinya itu tidak akan pernah terjadi. Ia sudah sangat penat memikirkan masalah sekolah. Cewek itu butuh refreshing.

Aqilla berjalan keluar kamar menuju ruang makan. Rissa dan Wira sudah ada disana, menunggu kedatangannya untuk sarapan bersama.

Aqilla menarik kursi dihadapan Rissa lalu mendudukinya. "Pagi Pah, Mah!"

Wira mengangguk disertai senyuman. "Pagi anak Papah!"

"Pagi juga, Sayang!" balas Rissa seraya menyondorkan sepotong roti tawar dengan selai cokelat diatasnya, kesukaan Aqilla.

Cewek itu mengulurkan tangannya, menerima roti tersebut kemudian memakannya dengan lahap. Tak lama kemudian roti tersebut sudah habis.

"Aqilla dianter sama Papah kan?" tanya Aqilla setelah selesai meneguk segelas susu krimnya hingga kandas.

"Iya. Kamu belajar naik motor gih! Biar bisa berangkat sendiri, gak perlu repotin Papah kamu." Bukan Wira yang menjawab, melainkan Rissa.

Aqilla bungkam. Matanya mendelik menatap sang ibunda tercinta dengan bibir mengerucut sebal.

Untuk urusan ejek-mengejek Rissa jagonya. Aqilla tak membalas ejekan Rissa. Sebenarnya ia mampu membalas, tetapi pasti akan berakhir Rissa yang memarahinya. Ia tidak ingin dicap sebagai anak nakal apalagi di depan Wira.

Melihat Aqilla yang diam, membuat Rissa semakin gencar mengejeknya. "Masa udah kelas sebelas gak bisa naik motor. Malu lah sama anak tetangga. Kamu liat tuh Yumna, tetangga sebelah yang sekelas sama kamu! Udah pinter, rajin, cantik, mandiri lagi."

"Kamu juga liat Bejo, dia masih kelas lima tapi udah bisa naik motor. Jangankan motor matic, motor ninja pun dia juga bisa. Mau taruh dimana muka kamu! Belajar naik motor gih, kamu juga gak perlu repot-repot nungguin angkot!" ujar Rissa membangga-banggakan anak tetangga untuk yang kesekian kalinya.

Aqilla semakin memajukan bibirnya.

"Bukannya gue gak mau belajar naik motor, tapi kalo bisa dianterin kenapa harus naik motor sendiri?" batin Aqilla.

"Naik motor ataupun gak, yang penting kan sampe sekolah Mah. Ada loh anak kelas lain naik motor sendiri tapi gak sampe ke sekolah, malah bolos di angkringan. Lagian Aqilla masih umur enam belas tahun, belum punya SIM sama KTP. Nanti kalo Aqilla dicegat sama polisi kan malah repot sendiri." balas Aqilla tak terima dihina seperti itu.

Wira terkekeh pelan mendengar perdebatan kecil diantara mereka sembari menyeruput secangkir kopi panas.

"Udah-udah. Aqilla, kamu mau berangkat sekarang?" tanya Wira menghentikan perdebatan tersebut. Jika tidak dihentikan sekarang, bisa-bisa sampai Aqilla menikah dengan Cameron Dallas pun tak akan berakhir.

LOVE YOU MY ICE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang