Vano Pacaran?

7.6K 469 32
                                    

Vote please, thanks.

Happy reading❤️

∆∆∆

Cowok mah kadang suka gitu. Gimana para cewek gak baper kalo mereka bersikap manis?

∆∆∆

"Kenapa, Ge?" tanya Aqilla menyadari diam nya Gea.

Gea masih membisu, tetapi matanya masih mengarah ke titik yang sama membuat Aqilla pun mengikuti arah pandang Gea. "Eh?"

"Ganteng banget, Qil." gumam Gea dengan mulut menganga saat melihat sesosok pria yang berdiri tak jauh darinya.

"Uwaw, tampan sekali. Nikmat mana lagi yang Engkau dustakan." balas Aqilla ikut-ikutan memandang cowok tersebut. Mereka melihat orang itu hingga puas, tidak ingin melewatkan kesempatan begitu saja. Cogan lewat tepat di depan mata merupakan sesuatu yang langka. Mimpi apa mereka semalam?

Aqilla merogoh saku celana jeans nya, mengeluarkan ponsel dari balik sana. Cewek itu mengarahkan ponselnya, mengambil posisi yang sesuai agar hasil fotonya bagus.

Ceklik.

Ceklik.

Ceklik.

Aqilla memotret manusia tampan itu beberapa kali. Lumayanlah untuk sekadar cuci mata saat ia sedang bosan.

Cowok itu memiliki wajah tampan seperti orang barat. Mungkin saja ia adalah blasteran karena rambutnya pun juga khas orang barat. Tingginya sekitar 185 cm. Ia mengenakan hoodie hitam dengan celana jeans yang senada.

Gea menoleh sebentar lantas melihat ke depan lagi. "Nanti kirimin gue ya, Qil?"

"Siap."

Disebelah Aqilla, Vano hanya bisa menggeleng-geleng kepalanya melihat tingkah mereka. Ia tidak ingin menganggu aktivitas mereka. Laki-laki itu masih setia berdiri disana, sabar menunggu mereka puas memandang cowok yang menurut mereka berwajah tampan. Cewek mah gitu, kalo liat cowok yang bening dikit, lupa sama orang sekitar. Yang sabar ya Mas Vano?

Beberapa menit kemudian, cowok blasteran itu pergi dari sana membuat kedua cewek itu menghembuskan napas kasar. Belum juga sampai sepuluh menit, dia sudah angkat kaki dari sana. Mereka belum puas memandangnya.

"Udah?" tanya Vano setelah diam cukup lama.

Aqilla dan Gea mengangguk bersama, masih dengan wajah kecewa yang terlihat sangat jelas.

"Kuy, cari gedungnya!" ajak Aqilla untuk membuat Gea bersemangat lagi. Ajakan Aqilla disambut baik oleh Gea karena cewek itu mengembangkan senyumnya kembali.

Gea melangkahkan kakinya meninggalkan tempat itu diikuti Aqilla dan Vano yang mengekor dari belakang. Setelah sekian lama berjalan kesana-kemari, mereka sampai di suatu tempat. Bukannya sampai di gedung yang mereka cari, mereka malah nyasar di depan kantin.

Gea menoleh ke belakang, menghadap ke Aqilla. "Qil, kita mampir ke kantin dulu ya? Gue haus, dari tadi muter-muter. Kaki gue juga capek, pengen istirahat bentar."

Aqilla mendengus, tetapi walaupun begitu ia tetap menyetujuinya. Aqilla yakin seratus persen kalau Gea pasti akan makan juga. Jika melihat makanan yang tersaji di depannya, ia tidak bisa untuk tidak memakannya. Ia sudah hafal betul semua sifat dan sikap Gea walaupun mereka belum sampai dua tahun bertemu.

Aqilla, Gea, dan Vano duduk di tempat yang masih kosong yang berada di dekat dinding. Hanya itu satu-satunya tempat yang tersisa.

Aqilla menatap Gea. "Lo mau beli apa, Ge?"

LOVE YOU MY ICE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang