Amarah Gea

10.6K 687 40
                                    

Vote please, thanks.

Happy reading❤️

∆∆∆

Jangan datang lalu kau pergi. Jangan anggap hatiku, jadi tempat persinggahanmu untuk cinta sesaat.

∆∆∆

"Mau ngomong apa?" tanya Arsen saat mereka sudah berada di depan green house.

Green house SMA Bhakti Nusantara letaknya berada di pojok paling belakang, membuat tempat tersebut jarang disinggahi. Suasana di sana sangat sepi sehingga lebih leluasa dan cocok untuk berbicara empat mata.

"LO TUH BENER-BENER BRENGSEK YA JADI COWOK! EH, KOK GUE RAGU YA KALO LO ITU COWOK?! JANGAN-JANGAN FISIK LO COWOK TAPI RAGA LO CEWEK! LO PUNYA OTAK GAK SIH?! KALO PUNYA OTAK TUH DIPAKE, SAT! ATAU PADA DASARNYA LO EMANG GAK PUNYA OTAK?! BELI OTAK GIH! PERLU GUE BELIIN?!"

Arsen diam, tak membalas teriakan-teriakan cetar membahana dari Gea. Walaupun telinganya berdengung, cowok itu masih mendengarkan Gea yang terus-terusan memakinya tanpa sebab.

Rasanya Arsen ingin menabok mulut mercon Gea, tetapi ia masih sadar diri. Gea bukanlah lawan yang sepadan dengannya. Laki-laki dan perempuan itu berbeda. Ia tidak boleh memukul perempuan karena menurutnya perempuan adalah manusia lemah.

Melihat Arsen yang bungkam, membuat Gea semakin semangat untuk mengumpat. Jiwa nyinyir dalam diri Gea berkobar-kobar ingin segera melampiaskan apa yang ada di dalam benaknya saat ini. Nama-nama hewan pun keluar dari mulutnya.

"LO DIAM-DIAM MENGHANYUTKAN JUGA YA, SEN?! TERNYATA SELAMA INI LO TUH BUAYA DARAT! LO KETULARAN VIRUS PAKBOINYA ARDAN?! MENTANG-MENTANG TAMPANG LO GANTENG TERUS LO BISA BERBUAT SEENAKNYA?! HEH, NYUK! LO DENGERIN OMONGAN GUE GAK SIH?! DARI TADI CUMA DIEM MULU! BISU?! SARIAWAN?! BIBIR PECAH-PECAH! GUE AAMIININ NIH!"

Arsen menggaruk pelipisnya yang tidak gatal, bingung dengan arah pembicaraan ini. "Lo ngomong apa?"

Gea berdeham. Suaranya menjadi serak akibat terlalu antusias berteriak untuk menghujat Arsen. Cewek itu menelan ludahnya kasar. Ia menghela napas kasar, berusaha berbicara baik-baik dengan laki-laki di hadapannya ini.

"Gini ya Arsenio Agam Mallory anaknya Pak Samuel Mallory yang ganteng tiada tara, sayangnya gak ada otak. Gue sih seneng banget lo nembak Aqilla. Tapi kayaknya otak lo gak berfungsi dengan baik, deh? Mana ada cewek yang mau jadi orang kedua? Apalagi orang itu adalah Aqilla Clarissa Sifabella. Lebih baik untuk saat ini dan beberapa hari ke depan, lo gak usah nemuin Aqilla setelah buat dia nangis!"

"Nangis?" tanya Arsen seraya menaikkkan sebelah alisnya.

"Iya. Aqilla liat lo yang dengan santainya mesra-mesraan di kantin sama si uler, Luna. Belum ada sehari lo nembak Aqilla, Sen?! Pilih salah satu antara Luna atau Aqilla. Aqilla gak suka diduain. Kalau lo pilih Luna, jauhi Aqilla. Kalau lo pilih Aqilla, putusin Luna! Simple kan?"

Gea pun meninggalkan Arsen yang dilanda kebingungan.

∆∆∆

Sepi, itulah yang menggambarkan kondisi kelas XI MIPA 1 saat ini. Aqilla masih setia duduk di bangku kelasnya. Bel pulang sekolah sudah berbunyi lima belas menit yang lalu, tetapi ia masih belum mau beranjak dari tempat duduknya.

LOVE YOU MY ICE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang