Vote please, thanks.
Happy reading❤️
∆∆∆
Cinta itu buta dan tuli. Tak melihat, tak mendengar.
∆∆∆
Arsen menyesap sebatang rokoknya. Tangannya mengapit rokok tersebut kemudian mengetuk-ngetuk rokok itu ke asbak, mematikan rokok itu yang tinggal setengah batang.
Sudah empat batang rokok yang ia habiskan. Entah bagaimana keadaan ginjalnya.
Kadang manusia itu tolol. Sudah tahu kalau merokok itu bisa menyebabkan kematian, masih saja tetap merokok. Di bungkus rokok pun sudah ada peringatan. Otak mereka pasti ditaruh di dengkul.
Selain menyebabkan kematian, juga merupakan pemborosan. Lebih baik digunakan untuk sesuatu yang bermanfaat, seperti sedekah.
Sini, yang cowok-cowok bilang kalau skincare itu mahal?
Skincare bisa digunakan lebih dari satu bulan. Rokok kira-kira dua hari lah habisnya. Sebulan ada tiga puluh hari, tiga puluh hari dibagi dua adalah lima belas hari. Masih mahalan mana woy?!
Kembali ke topik, Arsen ditemani oleh kedua temannya yang tidak lain dan tidak bukan adalah Hendra dan Ardan. Saat ini mereka ada di rumah Arsen, hanya untuk sekadar nongkrong-nongkrong biasa.
Rumah Arsen lebih nyaman daripada angkringan, cafe, dan tempat nongki lainnya. Selain nyaman, bisa menghemat uang. Mereka tak perlu membayar makanan dan minuman. Cukup ke dapur saja, mereka bisa menemukan makanan dan minuman lengkap dan mengambilnya sepuas mereka. Dapur Arsen menyimpan berbagai jenis makanan dan minuman. Sudah seperti minimarket rasanya. Lagian, Arsen juga tak pernah melarang mereka. Mau dihabiskan semuanya pun Arsen tak akan marah. Dermawan sekali Arsen ini.
"Sen, lo tau nggak Vano gak ke sini gara-gara apa?" tanya Hendra pada Arsen setelah menelan wafer coklat di tangannya.
Arsen hanya mengedikkan bahu sebagai balasan. Sudah berwajah datar, sikap dingin, irit berbicara pula. Arsen ini manusia atau bukan sih?
Muka Arsen terlihat acuh tak acuh, tidak peduli dengan keadaan Vano. Mau ia tidak datang ke rumahnya kek, mau ia diculik tante-tante girang kek, ia tidak peduli. Teman macam apa Arsen ini?
Arsen sedang kesal dengan Vano sejak Vano berbincang dengan Aqilla tempo hari. Salahnya sendiri membuatnya penasaran. Tinggal menjawab pertanyaannya apa susahnya?
"Vano ngomong ke gue kali dia lagi ke Solo." balas Hendra menoleh ke arah Ardan. Cowok itu menaruh ponselnya di pangkuan, menghentikan aktivitas bermain game masak-masak sejenak. Hendra sempat bertanya kepada Vano sebelumnya.
"Solo? Kenapa? Bukannya semua keluarga Vano asli Jakarta ya? Vano ke sana ada acara?" tanya Ardan berlagak berpikir.
"Katanya sih nemenin Aqilla sama Gea."
"Nemenin? Ngapain pake ditemenin segala? Emang Vano pacaran sama salah satu dari mereka? Atau jangan-jangan Vano sama Aqilla pacaran? Wah, temen macam apa Vano gak bilang kalo udah punya pacar! Temen sendiri gak dikasih PJ!" ujar Ardan setengah kesal.
Tubuh Arsen menegang setelah mendengar perkataan itu. Pikiran negatif bersarang di otaknya.
"Katanya Aqilla nolak Vano, apa Aqilla bohongin gue ya?" batin Arsen.
"Gak, gak mungkin Aqilla bohongin gue." batinnya lagi mencoba berpikir positif. Ia menguatkan dirinya untuk tidak berpikiran negative.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE YOU MY ICE [END]
Teen Fiction[SEBELUM BACA, SILAKAN FOLLOW] Arsenio Agam Mallory atau kerap disapa Arsen. Si kutub dengan berjuta pesonanya yang mampu memikat kaum hawa. Rahang yang tegas, tinggi diatas rata-rata, dan paras yang tampan menjadikan ia dikagumi banyak perempuan. A...