Maaf

14.9K 1K 66
                                    

Vote please, thanks.

Happy reading❤️

∆∆∆

Mungkin gue emang kebalikan dari fatamorgana. Gue ada, tapi gue dianggap gak ada.

∆∆∆

Taman, di sini lah Aqilla dan Arsen berada. Tempat yang sama dimana mereka bertemu saat sedang jogging. Hamparan rumput yang luas, membuat mata sejuk dan segar. Langit sore yang bewarna keorange-an, sangat indah dipandang berlama-lama.

Suasana disana sangat ramai, dipenuhi berbagai orang mulai dari anak-anak kecil yang sedang bermain, beberapa orang tua yang sibuk mengawasi buah hati mereka, ataupun para remaja yang sedang bermesraan bersama pasangannya.

Arsen duduk di bangku di sebelah Aqilla. Sesekali ekor matanya melirik Aqilla, memantau apa yang sedang gadis itu lakukan. Cowok itu mendadak bingung harus berbicara apa, padahal niatnya jauh-jauh ke sini hanya untuk meminta maaf kepada gadis itu. Ya, setelah bergelut dengan pikirannya Arsen memilih untuk menurunkan egonya dan menuruti kata hatinya untuk minta maaf.

Perlahan Arsen membuka mulutnya, tetapi sedetik kemudian tertutup. Selang tiga menit ia membuka mulutnya, tetapi tertutup lagi untuk yang kesekian kalinya. Terlihat seperti mulut ikan yang sedang bernapas di dalam air. Untung ganteng.

Sesusah itukah minta maaf bagi Arsen?

Ataukah hanya di hadapan Aqilla?

Aqilla diam-diam memperhatikan tingkah lucu Arsen, bibirnya tersenyum tipis. Setelah tiga puluh menit menunggu Arsen membuka mulutnya, Aqilla memutuskan untuk memulai pembicaraan terlebih dahulu. Tidak mungkin kan mereka disana terus hingga lumutan?

"Kenapa?" tanya Aqilla menatap Arsen di sebelahnya.

Mata Arsen menatap manik mata teduh milik Aqilla. Arsen terpesona sesaat lalu cepat-cepat tersadar. Jantung Arsen bergemuruh, lidahnya kelu, otaknya blank, dan perasaan gugup menggambarkan kondisi Arsen saat ini.

Arsen menegakkan tubuhnya, berusaha menambah rasa percaya dirinya. Bibirnya ia jilat sebelum mengeluarkan suara.

"Guemaumintamaaf." ujar Arsen cepat layaknya seorang rapper.

"Hah?" tanya Aqilla tak paham disertai kerutan di dahinya.

Arsen menghela napas pelan, lalu menatap Aqilla yang terlihat kebingungan.

"Maaf." ucap Arsen lirih seraya menunduk, menandakan kalau ia benar-benar merasa bersalah.

Aqilla diam. Beberapa detik kemudian cewek itu baru membalas.

"Gak papa." balas Aqilla membuat Arsen mendongak untuk menatapnya.

Aqilla tersenyum manis, hal itu membuat Arsen kembali diliputi rasa bersalah. Padahal, selama hidupnya ia tidak pernah merasa bersalah, ia tidak pernah gugup hanya untuk berbicara, dan ia tidak pernah memikirkan apapun tentang orang lain. Sesuai dengan sikapnya yang dingin.

Aqilla, cewek itu yang mampu memporak-porandakan hati bekunya. Hanya dia seorang.

Apakah itu pertanda ia mulai menyukai Aqilla?

LOVE YOU MY ICE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang