Vote please, thanks.
Happy reading❤️
∆∆∆
Menyakitkan memang, melihat dia telah bahagia dengan pacarnya.
∆∆∆
"DASAR CEWEK MURAHAN GAK TAHU DIRI!" teriak Ela dengan tangan yang menjambak rambut Gea.
Gea pun membalas jambakan itu tak kalah kuat. Ia yakin rambut Ela banyak yang rontok. Salah sendiri berani mencari gara-gara dengannya. Biarkan saja kepalanya botak, Gea tak peduli. Ia sudah mengganggu ketenangan jiwa dan raganya.
Ela pun tak ingin Gea menang darinya. Salah satu tangannya mencakar pipi Gea membuat pipinya terdapat sedikit goresan dan disertai sedikit darah yang keluar. Sudah seperti mak lampir saja ini orang, punya kuku yang panjang. Mana cat kukunya berwarna hitam pula.
Bagi Gea, luka itu tidak ada apa-apanya dibandingkan omongan Ela tadi. Cewek itu semakin mengencangkan tarikannya pada rambut Ela membuat orang itu mengaduh kesakitan. Ini masih belum seberapa. Bahkan Gea hanya melakukan pemanasan saja, belum ke intinya.
Aqilla hanya bisa memandang mereka dari belakang. Gadis itu mengulas senyum di bibir tipisnya. Niatnya sih ingin melakukan hal serupa yang Gea lakukan kepada cewek itu, tetapi disebelahnya ada Vano. Ia tak mau Vano melaporkannya kepada Wira. Bisa-bisa ia dikurung di kamar selama seminggu dengan ponsel dan laptop yang disita. Percayalah, Aqilla tanpa kedua benda itu bagaikan hidup di zaman manusia purba. Hanya bengong saja, kesepian, dan tidak bisa melakukan apapun.
Cewek itu mengalihkan pandangannya pada kedua teman Ela. Mereka hanya diam saja sembari melihat pertunjukkan yang sangat menarik bagi Aqilla, melebihi film action ataupun drama dengan ranting tinggi.
Aqilla menarik lengan Vano saat cowok itu maju satu langkah. Aqilla tahu pasti Vano akan memisahkan kedua orang itu. Pertunjukkan baru saja dimulai, masa akan dihentikan begitu saja? Vano mah gak seru.
Vano menoleh ke belakang, menatap Aqilla. "Kenapa, Qil?"
"Misahinnya nanti aja. Baru juga dimulai, Van."
"Daripada misahin mereka, mendingan bantuin gue misahin dia sama pacarnya aja, Van." batin Aqilla untuk Arsen.
Vano melihat ke depan lagi. Dari wajahnya, Aqilla bisa tahu kalau Vano khawatir. "Tapi Qil, mereka lagi berantem. Masa lo diem aja?"
Tidak tahu saja kalo Gea sudah kebal dengan yang namanya jambak-jambakan, cakar-cakaran, maupun adu jotos. Apalagi musuhnya seperti Ela, itu bukan masalah yang besar. Gea saja bisa melawan preman dan membuatnya terbaring di rumah sakit, apalagi ini. Bukan masalah yang besar.
"Tapi, Qil-"
"Udahlah Van. Biarin kasih Gea waktu buat ngabisin tuh cewek. Tuh orang pantes dapet hadiah dari Gea." ujar Aqilla beralasan supaya Vano tidak banyak tingkah. Jiwa bar-bar dalam diri Gea pun tertular ke Aqilla.
"Aqilla." gumam Vano pelan. Dari nada bicarannya, Aqilla tahu kalo Vano sedang kesal kepadanya.
Cewek itu menghela napas kasar. Mau tak mau Aqilla melepaskan tangannya dari lengan Vano. Setelah lengannya terlepas dari genggaman Aqilla, Vano kemudian melangkah mendekati dua manusia itu yang masih dalam situasi yang tegang. Tetapi sebelum sampai sana, ada seorang cowok yang mendahuluinya membuat langkah Vano terhenti. Tiga langkah lagi ia bisa disamping Gea.
"ADA APA INI?" teriak pria yang baru datang itu dengan lantang yang tak lain adalah Farrel. Entah dari mana ia bisa muncul disini secara tiba-tiba. Mungkin, salah satu dari kedua teman Ela melaporkannya kepada Farrel. Dasar tukang lapor. Tahu begitu, Aqilla mengambil ponsel mereka saja tadi. Bodohnya Aqilla.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE YOU MY ICE [END]
Teen Fiction[SEBELUM BACA, SILAKAN FOLLOW] Arsenio Agam Mallory atau kerap disapa Arsen. Si kutub dengan berjuta pesonanya yang mampu memikat kaum hawa. Rahang yang tegas, tinggi diatas rata-rata, dan paras yang tampan menjadikan ia dikagumi banyak perempuan. A...