Halu

8.2K 484 69
                                    

Vote please, thanks.

Happy reading❤️

∆∆∆

Ada yang lebih parah daripada menyukai pacar orang, menyukai orang yang tau kita bernapas saja tidak.

∆∆∆

Arsen menatap Vano dan Aqilla dengan intens dari kejauhan. Ia bertanya-tanya mengapa cowok itu menemui Aqilla. Pasti ada hal penting yang dibicarakan karena Gea tidak diajak. Ya, Arsen sendari tadi memperhatikan mereka.

"Satu musuh aja belum ilang, eh musuh lain lagi beraksi." batin Arsen.

Perasaan tidak enak pun muncul sejak tadi. Ia berusaha untuk tidak berpikir negatif, tetapi pikiran itu terus saja muncul.

"Jangan-jangan Vano nembak Aqilla, terus Aqilla nerima Vano. Gak, gak mungkin. Mereka gak mungkin pacaran. Tapi mereka udah lama deket. Bisa aja Aqilla nerima cinta Vano. Sial lo Vano! Nikung temen sendiri. Awas aja lo!" batin Arsen kesal.

Arsen sedari tadi mondar-mandir. Ia sangat gelisah. Hal itu dilihat oleh Hendra, Ardan, dan Luna yang memancarkan raut bertanya-tanya. Arsen yang biasanya calm malah berperilaku tak jelas.

"Arsen, kamu ngapain mondar-mandir." tanya Luna gemas dengan tingkah pacarnya itu. Cewek itu mendekat ke arah Arsen sembari menggenggam pergelangan tangan Arsen.

"Hooh Sen. Lo yang mondar-mandir, gue yang pusing liatnya. Kek orang gabut aja lo, mending lap-in keringet gue aja Sen." Siapa lagi yang mengatakan kalimat konyol itu jika bukan Ardan. Sudah tahu temannya sedang gelisah malah berkata seperti itu.

Ardan melemparkan lap bewarna putih ke arah muka Arsen. Arsen dengan sigap menghindar, jijik karena bekas keringat Ardan. Mana bau lagi. Ganteng-ganteng kok jorok.

Arsen melirik tajam Ardan. Ardan malah menyengir, merasa tak bersalah. Memang sejenis teman kampret ini cowok.

Hendra menjitak kepala Ardan karena kesal. "Goblok lu!"

Ardan mengerucutkan bibirnya. Hobi banget Hendra menjitak kepalanya.

Arsen menoleh, menatap Luna. "Lun, tolong beliin gue air mineral." Niatnya menyuruh Luna adalah untuk membuat cewek itu pergi dari sini. Ia tidak bisa menahan risih.

"Oke. Tunggu bentar ya, Sen?"

Cowok itu mengeluarkan selembar uang sepuluh ribu dari kantong seragamnya dan memberikannya kepada Luna.

"Gak usah, Sen. Pake uang aku aja. Kemarin kan kamu udah beliin aku gaun, masa aku beli air mineral pake uang kamu juga. Pacaran gak harus semuanya dibayarin cowok kali. Tunggu ya, Sen." ujar Luna lantas pergi dari sana menuju kantin terdekat.

Terserahlah apa yang Luna inginkan asalkan ia segera menghilang dari pandangannya. Arsen memasukkan kembali uangnya ke dalam kantong. Cowok itu memandang kedatangan Vano dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Gue ke kelas dulu ya, mau ngambil hp." ujarnya memberitahu teman-temannya.

Cowok itu melangkah pergi. Tetapi sebelum itu Arsen menahannya. Vano sontak menoleh dengan wajah bertanya-tanya yang terpancar jelas.

"Kenapa, Sen?" tanya Vano menaikkan sebelah alisnya.

"Lo tadi ngapain sama Aqilla?" tanya Arsen to the point. Ia tidak dapat membendung lagi rasa penasarannya jika menyangkut tentang Aqilla. Lebih baik ia bertanya langsung kepada Vano.

LOVE YOU MY ICE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang