Gara-Gara Luna

11.1K 703 49
                                    

Vote please, thanks.

Happy reading❤️

∆∆∆

Belum mulai aja lo udah bikin gue sakit hati.

∆∆∆

Arsen, Hendra, dan Ardan sedang duduk di kantin. Posisi mereka tepat berada di tengah-tengah yang merupakan tempat yang paling strategis sehingga membuat beberapa pasang mata melirik mereka secara terang-terangan.

Siapa juga yang mau melewatkan kesempatan untuk melihat cogan?

Pasti tidak ada.

Tangan Arsen meraih sebuah kaleng minuman soda yang ada di depannya lalu meminumnya sampai habis dalam dua kali tegukan. Hal itu mengundang gumaman-gumaman dari kaum hawa.

"Ayang Arsen minum aja udah ganteng, apalagi kalau senyum."

"Eh liat tuh, jakunnya naik-turun! Aduh, jadi pengen pegang!"

"Mas Arsen, halalin aku dong!"

Arsen menulikan pendengarannya. Ia sudah terbiasa seperti itu, dikagumi banyak perempuan. Jika mereka tidak suka dengan sikapnya yang datar, mereka boleh menjauhinya. Toh, Arsen tak akan melarang mereka.

Cowok itu tidak bermaksud tidak menghargai keberadaan mereka dengan bersikap cuek, tetapi ia tidak ingin mereka salah kaprah saat ia membalas mereka dengan senyuman. Ia tidak ingin bertanggung jawab jika mereka baper, padahal ia tidak sedang membuat mereka baper.

Perempuan mana yang gak baper saat ada cowok yang tersenyum ke arah mereka?

Belum lagi cowok itu tampan.

Tetapi yang namanya cowok, pasti mereka tidak sadar kalau membuat anak orang baper. Bukannya bertanggung jawab, mereka malah menyalahkan perempuan yang mudah baper.

Sedangkan Hendra sedang sibuk menambahkan kecap, sambal, saos, dan sedikit micin ke dalam mangkok baksonya, meraciknya dengan pas agar enak di lidah.

Ardan sedang memperhatikan adik kelas di seberang sana yang menjadi targetnya kali ini. Sudah banyak siswi yang menjadi korban, berpacaran lalu memutuskan hubungan sebelah pihak hingga berulang-ulang. Paling lama berpacaran pun pasti tidak lebih dari lima hari.

Mau-maunya mereka berpacaran dengan cowok itu.

Sepertinya Ardan memakai aji-aji semar mesem.

Ardan bertopang dagu seraya menatap adkel itu disertai seringaian di bibir tipisnya. Merasa ada yang menatapnya sedari tadi, adkel yang bernama Via itu mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru kantin dan mendapati Ardan yang tengah memandangnya. Cowok itu mengedipkan sebelah matanya, menggoda Via dan Via pun salting dibuatnya.

"Vano kira-kira kemana ya? Tumben tuh orang gak sekolah? Dia kan yang paling rajin di antara kita." ujar Hendra membuka suara setelah menelan bakso miliknya.

Ardan mengalihkan pandangannya dari Via, menatap Hendra sambil mengedikkan bahu. "Entah. Lo pikir gue cenayang apa?"

"Kagak, lo kan setan berwujud manusia."

"Tai lo." umpat Ardan.

"Biasanya kalau ada apa-apa pasti Vano bakal ngabarin. Lah ini boro-boro ngasih tau, gue ngechat aja kagak dibalas. Padahal, banyak cewek yang ngantre supaya bisa ngechat gue." tambah Ardan yang masih sempat-sempatnya besar kepala.

LOVE YOU MY ICE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang