Curhat

9.5K 573 24
                                    

Vote please, thanks.

Happy reading❤️

∆∆∆

Mentang-mentang gue jomblo, lo seenaknya nyomblangin gue sama dia. Bukannya gue benci, tapi gak suka aja.

∆∆∆

"Thanks ya udah nganterin gue pulang sampe rumah. Lo mau mampir dulu gak?" tawar Aqilla seraya turun dari motor besar milik Putra.

"Sama-sama, Ila. Gak usah, lain kali aja. Semoga kita bisa ketemu lagi yah?"

Aqilla hanya membalas dengan kekehan. Tangannya memukul bahu cowok itu pelan. "Bisa aja lo."

"Gue pamit dulu ya mantan terindah?"

Dahi Aqilla mengernyit.

"Mana ada mantan terindah? Yang namanya mantan, semuanya sampah." batin Aqilla.

"Bye, Ila."

"Bye."

Deruman motor terdengar nyaring, perlahan mulai mengecil dan menghilang. Aqilla membuka pintu gerbang rumahnya setelah kepergian Putra, kemudian menutupnya kembali. Cewek itu berjalan menuju pintu rumah, membuka pintu tersebut tetapi kegiatannya terhenti saat ada seseorang memanggil namanya.

Aqilla membalikkan tubuhnya, mendapati seorang perempuan yang masih mengenakan seragam SMA yang tak lain adalah sahabatnya sendiri, Gea.

Aqilla berjalan ke arahnya, membuka gerbang tersebut. Raut kebingungan terpancar jelas di wajah Aqilla. Setelah gerbang terbuka, Gea langsung memeluk tubuh Aqilla erat dengan air mata yang menggenang di pelupuknya.

"Hiks."

Suara tangisan terdengar di gendang telinga Aqilla, membuat Aqilla cemas dengan keadaan cewek itu. "Gea, lo kenapa? Cerita sama gue!"

"K-kak Farrel hiks."

"Kak Farrel kenapa? Kita masuk dulu, yuk!" titah Aqilla, menuntun Gea masuk ke dalam rumahnya.

Aqilla memberikan tissu kepada Gea saat mereka duduk di sofa ruang tamu. Gea menerimanya lalu mengelapi pipinya yang sudah basah.

Setelah tangisan Gea agak mereda, Aqilla memutuskan untuk bertanya apa yang terjadi. "Jadi, Kakak Farrel kenapa?"

"Kak Farrel mutusin gue."

"Hah? Kok bisa? Perasaan tadi lo seneng banget diajak ketemuan sama dia? Kenapa tiba-tiba kalian putus?"

Gea pun menceritakan kejadian yang terjadi tadi sore secara detail dan rinci, sesuai dengan fakta yang ada tanpa menambah ataupun mengurangi.

"KAK FARREL JAHAT BANGET!" teriak Gea dengan air mata yang menetes lagi.

Aqilla menaruh kepala Gea ke pundaknya, mengelus surainya dengan sayang. "Kalo lo mau nangis, nangis aja. Kapanpun itu, bahu gue selalu ada saat lo butuh."

Tangisan Gea semakin mengencang, membuat Aqilla kelabakan. Bisa-bisa rumahnya didatangi para tetangga.

"Ssst, tenang Gea. Cup cup cup. Nangisnya gak usah keras-keras, kayak mau ngelahirin aja. Nanti kalo didatengi tetangga gimana? Bisa gawat!"

Gea menegakkan tubuhnya. "L-lo mah k-kayak gitu sa-sama sahabat sendiri. Gu-gue lagi se-sedih juga." ujar Gea sesegukan.

Aqilla meringis. "Habisnya tangisan lo kenceng banget kayak toa masjid." canda Aqilla.

LOVE YOU MY ICE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang