Akhir

26.6K 809 110
                                    

Vote please, thanks.

Happy reading❤️

∆∆∆

Jangan berharap sama seseorang yang nyatanya emang bukan buat lo!

Sedalam apapun rasa cinta lo sama dia, sekeras apapun usaha lo buat dapetin hati dia, kalo emang Tuhan gak berkendak lo bisa apa?

Yang ada, itu malah bikin lo tambah sakit hati.

∆∆∆

Aqilla melepaskan tas ransel bewarna merah mudanya saat telah sampai di tempat tujuannya, ruang kelas XI MIPA 1. Ia mendudukkan tubuhnya di bangku yang biasa ia tempati, yaitu di barisan paling depan. Cewek itu melirik ke sampingnya yang terdapat bangku yang masih kosong. Bukan hanya bangku disebelahnya saja yang kosong, melainkan semua bangku yang ada disana kecuali bangku milik Aqilla. Hanya ada cewek itu didalam kelas.

Gadis itu menghela napas pelan. Ia melirik jam tangannya yang baru menunjukkan pukul enam pagi.

Aqilla menghindari keramaian. Ia tak ingin kejadian serupa terjadi lagi, maka dari itu ia memutuskan berangkat pagi sekali dari rumah. Aqilla tak ingin murid-murid meliriknya dengan sinis apalagi mencemooh dirinya.

Gadis itu memakai jaket ke tubuhnya. Udara di pagi Hari membuat tubuhnya sedikit terasa kedinginan. Aqilla menaruh kepalanya di atas meja, dengan telapak tangan sebagai bantal.

Baru saja ia hendak memejamkan matanya, derap langkah seseorang membuatnya Menegakkan tubuhnya seketika. Ia melihat pintu ruang kelasnya, mendapati seseorang sedang masuk dan menghampirinya. Orang itu tak lain adalah Arsenio Agam Mallory.

Dahi cewek itu mengkerut, menandakan kalau ia sedang bingung. Bingung karena kedatangan Arsen di kelasnya secara tiba-tiba dan bingung karena cowok itu datang ke sekolah di pagi buta seperti ini. Itu bukanlah kebiasaan Arsen.

Aqilla masih setia memandang Arsen, mengamati gerak-gerik dari cowok itu. Cowok bertubuh jangkung itu menarik bangku disebelah Aqilla, yang biasa ditempati oleh Gea. Kemudian ia duduk di kursi itu.

Manik mata Arsen menatap Aqilla dengan dalam. Aqilla merasa risih dilihat seperti itu. Sedari tadi cowok itu hanya menatapnya, tanpa berbicara sepatah kata apapun.

"Kenapa, Sen?" Aqilla akhirnya bertanya setelah ia tak tahan dengan situasi canggung itu. Cewek berambut sepinggang itu memilin jemarinya sendiri, berusaha mengurangi rasa gugup yang melandanya.

Arsen tak langsung membalas pertanyaan yang Aqilla lontarkan. Ia masih setia memandang wajah cewek dihadapannya itu. Sedetik, semenit, masih belum Arsen balas.

"Gak papa. Emangnya gue gak boleh kesini?" balas Arsen tak lama kemudian. Ia beralih memandang tubuh Aqilla yang dibalut jaket. "Dingin?"

"Enggak sedingin lo yang kayak manusia es." batin cewek itu menjawab.

"Sekarang udah mendingan, gak sedingin yang tadi." balas cewek itu sembari melepaskan jaket yang ia kenakan.

"Kalo masih dingin pake aja, jangan dilepas!" titah Arsen menghentikan aktivitas Aqilla yang hendak melepas jaket miliknya.

"Udah gak dingin kok, Sen." Aqilla tak menuruti permintaan Arsen. Ia tetap kekeh melepas jaket miliknya.

"Nih pake!" Arsen memberikan jaket bomber hitam kesayangannya setelah ia lepas dari tubuhnya, kemudian memberikan benda tersebut kepada gadis yang ada disebelahnya itu.

LOVE YOU MY ICE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang