Baper

16.6K 1K 41
                                    

Vote please, thanks.

Happy reading❤️

∆∆∆

Kalau suka sih gue rasa belum, tapi kalau kagum maybe.

∆∆∆

Aqilla duduk di bangku halte dengan hati gusar. Ia mengentakkan kakinya di trotoar dengan kedua jemari tangan yang mengenggam erat ponsel dengan logo apel gigit keluaran terbaru. Perasaan cemas menghantuinya. Gadis itu melihat jam tangan rantai di pergelangan tangan kirinya yang menunjukkan pukul lima. Jam pulang sekolah sudah berlalu satu setengah jam yang lalu, tetapi gadis itu masih berada di lingkungan sekolah.

Aqilla beranjak dari duduknya, menengok ke kanan-kiri berharap ada angkutan umum yang lewat, tetapi nyatanya tak ada kendaraan pun yang melintas. Mungkin karena hari mulai petang, menjadikan orang-orang lebih memilih menghabiskan waktu di rumah daripada keluyuran tak jelas. Cewek itu menatap nanar ponselnya Yang kehabisan baterai. Sial sekali nasibnya.

Lelah berdiri, Aqilla memutuskan untuk duduk di atas trotoar dengan kaki yang ia silangkan. Terlihat seperti pengemis emperan, jika ia menengadahkan tangan. Gadis itu tak peduli, toh tidak ada kendaraan yang lewat. Kepala Aqilla menunduk tanda sudah pasrah dengan takdirnya.

Aqilla tersentak saat ada yang menyentil dahinya. Ia mendongak, melihat siapa gerangan yang menganggunya. Matanya mengerjap-ngerjap melihat sosok tersebut.

"Kok ada pangeran sih disini? Kalo ini mimpi, gue harap jangan bangun. Eh, kalo gue gak bangun berarti gue mati dong. Jangan deng, gue kan belum nikah sama Manu Rios." batin Aqilla dengan khayalan muluknya.

"Butuh sumbangan?" tanya orang itu dengan nada bariton sambil melambai-lambaikan telapak tangannya di depan wajah Aqilla yang terbengong.

Aqilla tersadar dari lamunannya. Ia mendengus kesal. Mood nya tambah buruk dengan kehadiran Arsen yang mengejeknya. Apakah cewek yang sedang badmood akan bertingkah seperti itu? Entahlah yang jelas di mata orang, cowok selalu salah di mata cewek. Kasihan sekali kalian wahai kaum adam!

Arsen berjongkok saat Aqilla tidak menjawabnya. Sorot matanya masih saja tajam seperti biasa. Cowok itu merogoh saku celana abu-abunya, mengeluarkan sesuatu, lalu menarik telapak tangan kanan Aqilla dan menaruh benda tersebut. Aqilla melihat ke telapak tangannya.

"Uang?" batin Aqilla bertanya-tanya.

Beberapa detik kemudian, Aqilla baru sadar maksud Arsen memberinya selembar uang sepuluh ribuan, lalu melayangkan tatapan sinis kepadanya.

"Lo pikir gue pengemis?!" murka Aqilla.

"Eh tapi kalau buat gue beneran sih gakpapa." ujar Aqilla sambil memasukkan uang tersebut ke saku roknya melupakan rasa jengkelnya.

"Lucu." batin Arsen saat melihat perubahan wajah Aqilla yang tapinya melotot dengan bibir cemberut sekarang tersenyum sumringah.

"Siapa tahu?" balas Arsen enteng sambil berdiri dari posisi jongkoknya dengan kedua tangan ia masukkan di saku celana.

"Tebar pesona." gumam Aqilla, masih dapat di dengar oleh Arsen.

"Emang kenapa kalau gue tebar pesona? Lo tambah suka kan?" tanya Arsen sambil tersenyum menyeringai.

"Tambah ganteng. Kalau suka sih gue rasa belum, tapi kalau kagum maybe." ucap Aqilla yang hanya bisa ia ucapkan dalam hati.

LOVE YOU MY ICE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang