Chapter 3

1K 161 58
                                    

Setelah itu Chaca masuk ketempat kerjanya dan langsung ganti baju, Chaca di sana bekerja sebagai pelayan Cafe itu alias mengantarkan makanan ke pelanggan dan sekarang ia akan mengantarkan pesanan minuman tapi.
"GIMANA SIH KAMU INI BAJU MAHAL TAU NGGAK KAMU NGGAK AKAN BISA BELI BAJU INI!!" bentak pelanggan itu.

"Maaf bu, saya nggak sengaja." Sambil berusaha membersihkan tapi malah ditepis.

"Udah nggak usah pegang-pegang nanti malah rusak lagi, mana manager kamu?" tanyanya dengan amarah dan ternyata tanpa berselang lama managernya datang.

"Maafkan pegawai saya nyonya," ucapnya.

"Saya akan beritakan Cafe ini buruk dalam pelayanan!!" tekan pelanggan itu.

"Jangan nyonya saya mohon!!" mohon manager itu.

"Jika tidak mau pecat pelayan sialan ini!!" tahan amarahnya, dan langsung meninggalkan Cafe setelah mengucapkan kalimat itu.

DEG.

"Maaf Cha tapi ini demi kebaikan Cafe saya pecat kamu, saya mohon maaf," kata manajer itu, karena ia tau kalau Chaca adalah pelayan yang sopan.

"Oh tidak apa apa pak saya mengerti kalau begitu saya permisi," ucap Chaca dan berlalu untuk ganti baju dan pergi dari Cafe itu.

Dilain tempat.

David masih memikirkan kejadian yang baru saja terjadi di depan matanya dan David sendiri yang menyebabkannya.

"Om bisa tidak antar Chaca ke tempat kerja Chaca yang di Cafe pelangi!!" pinta Chaca memohon dengan imutnya.

"Boleh lagian di depan ini kan juga Cafe pelangi, dah sampai."

shit dia imut banget, batinku.

"Terima kasih om, maaf Chaca merepotkan," ucap Chaca.

"Tidak apa apa, ok saya pergi dulu, ya." setelah mengantarnya aku segera melajukan mobilku menjauhi cafe namun, sebuah kejadian yang tak diingin terjadi.

Brak

Syukur aku banting stir dan aku tidak apa apa aku langsung bergegas keluar mobil dan menghampiri korban dan membawa korban ke rumah sakit terdekat.

"DOKTER!!"

"SUSTER!!" seruku.

Suster mendekatiku seraya membawa brankar, aku menaruhnya dan segera dibawa ke ruang IGD untuk ditangani. Cukup lama aku menunggu akhirnya dokter keluar membuatku berdiri menghampiri dokter itu.

"Bagaimana dok keadaan pasien?" tanyaku.

"Pasien ingin bertemu orang yang membawanya ke sini." aku bergegas masuk ke dalam untuk menemui orang yang kutabrak. Ia terlihat lemah dengan beberapa luka yang terbilang parah, aku yang melihatnya semakin merasa bersalah. Aku tak bermaksud untuk menabraknya, entah kenapa dia tiba-tiba muncul dihadapanku membuat aku terkejut dan reflek banting stir namun ternyata terlambat.

"Ada apa bu? kalau ibu mengkhawatirkan biaya ibu tidak perlu khawatir saya akan membiayai semuanya," ucap tegasku.

"Tidak nak yang ibu khawatirkan anak ibu, ibu punya anak berusia 15 tahun dia hanya punya ibu. jadi, ibu percayakan anak gadis ibu pada kamu, nama anak ibu Shasa putriana dan di dompet ibu ada alamat rumah ibu, tolong setelah ini langsung kuburkan ibu di tpu mekarsari tepat di samping suami ibu namanya HANDI FIRMAN, terima kasih" setelah mengucapkan itu ibu yang kuketahui bernama SALFADINA ini menghembuskan nafas terakhirnya tepat dihadapanku.

"Dokter!!"

"Maaf pasien telah meninggal."

Aku merasa bersalah, aku tidak tau, aku takut semuanya bercampur menjadi satu, setelah itu aku akan mengabulkan permintaanya.

Innocent Girl (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang