"Ca yuk pulang!" ajak Nathan. Sekarang sudah pukul 19.00 jadi mereka memutuskan untuk pulang.
"Ayok Chaca udah ngantuk," setibanya di mobil Nathan Chaca langsung tertidur dengan pulas.
.
.
.Tak terasa waktu terus berjalan sekarang Chaca sudah selesai mengerjakkan Ulangan kenaikan kelasnya.
"Gimana Ca menurut kamu soalnya?"
"Lumayan kok," jawab Chaca.
"Lumayan susah?" tanya Bila.
"Gampang," jawab polos Chaca membuat Bila dan Dian melongo. Soal yang mereka kerjakan tadi itu sulit, bagaimana tidak bisa terlihat banyak kelas lain yang baru keluar tepat waktu selesai padahal biasanya kurang 45 atau 30 menit sudah banyak yang selesai.
"YA AMPUN CHACA TADI TUH SOALNYA BIKIN PUYENG DAN LO BILANG GAMPANG!" pekik Bila histeris sedangkan Dian hanya diam karena malu dengan sikap sahabatnya itu.
"Udahlah, aku ke loker dulu," ucap Dian.
"Chaca ikut," Chaca pun mengikuti langkah Dian sedangkan Bila pergi ke kantin karena sudah lapar.
Saat Chaca membuka loker miliknya, "AKHHHHHHH!" teriak Chaca. Ia histeris melihat isi lokernya ada bangkai tikus dengan darah belum lagi tulisan 'LO BAKAL MATI!'.
"Ada apa Ca?" panik Dian bersamaan dengan murid yang berada di tempat.
"I-itu Ian," sahut Chaca dengan gemetar belum lagi wajah memerah dan air mata sudah mengalir.
"Ya ampun!" kaget Dian membekap mulutnya.
"Terornya masih berlanjut," gumam Dian dan menggiring Chaca keluar dari sana.
"Ca kamu telpon daddy kamu yah," Chaca hanya diam karena masih shock. Dian pun memutuskan dirinya yang menelpon Darkan.
"Hallo ada apa Ca?"
"Em... maaf om saya Dian teman Chaca."
"Iya ada apa? kenapa hp Chaca ada di kamu?"
"Ini om ada sedikit kejadian."
"Kejadian apa?"
"Chaca di teror lagi om."
"APAA! saya akan segera ke sana."
Tut tut
🍁🍁🍁
Darkan langsung memutuskan sambungan telponnya dan bergegas keluar kantor. Ia berlari di sepanjang koridor kantor tanpa memerdulikan pandangan karyawannya yang menatapnya heran. Yang sekarang ada dipikirannya adalah keadaan Chaca.
Setelah sampai di basement ia langsung masuk kedalam mobilnya dan melajukannya secepat mungkin agar segera sampai di sekolahnya Chaca, Lalu melihat keadaan putrinya. Apalagi serelah mendengar bahwa teror itu datang lagi, menghatui Chaca. Apa yang membuat Chaca hingga diteror lagi?
Sepertinya ia harus segera menyelidiki ini. Bagaimaba tidak sudah hampir setahun dan detektif suruhannya belum memberikan keterangan apa-apa. Setelah kejadian ini kesabaran Darkan sudah habis.
Setelah sampai ia langsung berjalan ke arah kelas Chaca. Terlihat Chaca dan kedua perempuan. "Daddy," panggil Chaca dengan nada lemas.
"Hey, kamu baik-baik aja kan sayang?" tanya Darkan setelah sampai tepat di depan Chaca.
"Saya tadi yang menelpon om," acung Dian.
"Terima kasih yah," melihat Chaca yang masih lemas, Darkan menggendong Chaca ala koala. Langsung saja Chaca menyembunyikan wajahnya di ceruk Darkan. Darkan menggendong tas Chaca ke punggungnya. Darkan langsung membawa Chaca kemobilnya dan membawanya ke rumah.
🍁🍁🍁
"YA AMPUN CHACA KENAPA DAD?" histeris Ranti melihat Chaca yang berada di gendongan suaminya.
"Stsss diam dulu mom, Chaca udah tidur," Ranti menurut dan memilih berjalan ke arah ruang tv.
Setelah menunggu Darkan kembali turun ke bawah menemui istrinya. "Jadi ada apa mas?"
"Teror itu kembali lagi Ran."
"Bagaimana bisa?"
"Bisa Ran kita belum tahu siapa yang meneror Chaca belum lagi sekarang hubungan kita dan David sedang tidak baik," mengingat itu membuat Ranti sedih. Memang David yang menyelidiki mengenai teror Chaca. Tapi setelah Meli mantan kekasih David kembali sikap David menjadi berubah, membuat Darkan dan Ranti tak habis fikir. Apa yang sudah Meli lakukan hingga David begitu percayanya kepada dia dan membuat David menjauh dengan keluarganya sendiri.
Makasih yang udah mau baca.
Jangan lupa vote N Komen dan baca Cerita Arissa yang lain.
👇👇👇👇👇👇👇👇
KAMU SEDANG MEMBACA
Innocent Girl (COMPLETED)
Dla nastolatków(Masih belum rapi) "Kenapa dia bisa kenal aku?"gumamku. "Ayo sebaiknya kamu tinggal sama aku, lagian kamu kan sendirian disini!" ajak pria itu dan entah kenapa aku hanya menurutinya saja. ****** "Ihhhh udah deh kamu ngikutin aku terus, huftt!" dengu...