Chapter 38

261 14 0
                                    

"Iya selamat tidur yah," yang dijawab anggukan oleh Chaca.

Di dalam kamar tanpa melepas sepatu Chaca langsung memejamkan matanya. Chaca sekarang sedang sangat lelah entah itu dari fisik atau batinnya. Sekarang Chaca hanya berharap bahwa sikap David akan berubah lagi nantinya. Setelah beberapa menit akhirnya Chaca sudah dalam alam bawah sadarnya.

.
.
.

Sinar matahari pagi sudah bersinar, Chaca sudah bersiap untuk sarapan dan pergi ke sekolahnya.

"Pagi dad, mom!" sapa Chaca.

"Pagi sayang," jawab keduanya kompak.

"Mau sarapan apa sayang?"

"Nasi goreng aja mom," Ranti pun mengambilkan makanan yang di katakan Chaca.

"Makasih mom," lalu mulai memakannya dengan tenang.

"Mulai dari sekarang kamu akan daddy antar jemput," ucap tegas Darkan setelah menyelesaikan sarapannya.

"Iyah dad."

"Ayok Ca berangkat kamu udah selesaikan?" hanya diangguki kecil oleh Chaca.

"Mom aku berangkat," pamit Chaca dan salim dengan mommynya.

"Hati-hati dad!" seperti biasa Darkan mengecup lembut kening istrinya.

"Aku pamit Ran."

"Iya mas."

"AYO DAD!" teriak Chaca yang sudah berada di luar membuat Darkan terkekeh.

"Tuh liat anak gadismu sudah nuggu," terkekeh geli Ranti.

"Iya aku berangkat!" ucap Darkan masih dengan sesekali tertawa.

"Daddy lama banget," ngambek Chaca.

"Iya maaf sayang, yuk masuk!" bujuk Darkan yang diikuti oleh Chaca walau masih kesal.

"Udah sampai, jangan makan sembarangan dulu, jangan sebelum daddy jemput yah!" pesan Darkan.

"Iya," ucap sedikit ketus Chaca.

"Udah ah jangan terus," bujuk Darkan.

"Iya, bye dad!" Chaca pun keluar dari mobil Darkan dan memasuki kawasan sekolahannya.

"Ca!!"

"Hai Bila tumben udah berangkat?" bingung Chaca pasalnya ini baru jam 06.20 dan biasanya Bila sampai pada pukul 06.45.

"Ya nggak papakan sesekali berangkat pagi," jawab Bila santai.

"Iya sih."

"Udahlah yuk masuk kelas!" ajak Bila.

"Hai Dian!" sapa kompak Chaca dan Bila setelah sampai di dalam kelas.

"Hai Ca, Bil!!" sapa balik Dian.

"Tumben dah dateng mesti ada maksud?" melihat Bila sudah sampai.

"Heheheheheh tau aja, liat tugas bahasa inggris yah," bujuk Bila ia memang lemah pada bidang bahasa dan hitungan.

"Iya silahkan," dengan menyerahkan bukunya kepada Bila.

Bila langsung senang dan menyalin jawaban dari Dian. "Bila nyontek?" kaget Chaca.

"Iya kamu baru liat yah?"

"Iya."

"Bila itu kalo mapel bahasa sama hitungan selalu gitu, kalo aku malah kalo masalah sejarah paling malas," kekeh Dian.

"Dan Bila paling bisa sejarah?" tebak Chaca yang ternyata tepat.

"Iya dia ini jago kalo soal sejarah."

"Udah masuk."

Maaf, batin seseorang yang dengar.

"Gevan boleh pinjam bolpoin?"

"Nih," serah Gevan pada Chaca.

"Makasih," yang diangguki kecil olehnya.

Chaca pun kembali fokus pada apa yang di jelaskab oleh guru di depan.

🍁🍁🍁

"Dad!" panggil Rantim. Sekarang ia sudah berada di kantor suaminya.

"Kenapa mom?"

"Jadi apa yang harus kita lakuin terhadap David? mommy khawatir Chaca akan memikirkan perilaku David," cemas Ranti.

"Tenang mom, daddy sedang mencoba memikirkan caranya, mommy nggak perlu cemas ingat juga dengan kondisi kamu," yang diangguki pasrah oleh Ranti.

"Kamu mending makan dulu yah!" titah Darkan.

"Tapi...

"Stsss kamu makan aku temenin!" akhirnya Ranti hanya pasrah dengan perintah suaminya. Darkan memang orang yang tidak suka dengan yang namanya bantahan. Entah itu dari bawahannya sampe istrinya sendiri.

Darkan merasa ia melakukan hal yang benar. Maka dari itu hal yang sudah ia lakukan tidak boleh untuk dibantah. Ia termasuk orang yang keras kepala susah menerima pendapat orang jika tidak sama dengan pendapatnya.

Mungkin sikap keras kepala juga Darkan turunkan kepada David. Maka dari itu David susah mempercayai apa yang di katakan oleh kedua orang tuanya tentang sikap Meli.



















Dah lama rasanya nggak up karena tugas numpuk dan ide susah di kembangin.
Makasih yang udah mau baca + vote.
Jangan lupa Vote N Komen dan baca cerita Arissa yang lain.
👇👇👇👇👇👇👇👇📌

Innocent Girl (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang