"Loh kok marah, bukannya memang bener?" ucap Chaca polos membuat emosi Meli semakin mendidih, dengan sengaja ia menjeburkan Chaca ke kolam renang yang dalamnya sekitar 4 meter, Chaa yabg tidak terlalu pandai berenang pun mencoba menghirup oksigen. Ternyata di saat yang bersaan David sudah kembali.
"To-tolong!" sebelum dirinya tenggelam sepenuhnya.
"CHACA!!" teriak David.
.
.
.David segera terjun ke kolam dan membawa Chaca ke tepi kolam. Ia menekan dada Chaca agar air yang masuk segera keluar. Namun usahanya belum berhasil lantas ia mendekatkan wajahnya dan memberi nafas buatan pada Chaca.
"Ukhuk ukhuk, huh huh huh huh," airnts berhasil keluar dari dada Chaca membuat David menghembuskan napas lega.
"Bang...."
"Stsss, kita ke rumah sakit," tiba-tiba David mengangkat tubuh Chaca membuat si empu memekik sebab terkejut.
"Kamu istirahat aja!" David mulai menjalankan mobil menuju rumah sakit. Tak berselang lama mereka sampai di rumah sakit. David Chaca yang terlelap menuju brankar. Chaca segera dibawa ke ruang gawat darurat.
Setelah proses pemeriksaan David diminta menemui dokter sementara Chaca diberi obat bius agar dapat beristirahat dengan baik. "Jadi bagaimana dok?" setelah keduanya sampai diruangan dokter.
"Keadaan pasien tidak ada yang serius, hanya pemulihan sampai benar-benar pulih. Saya mohon anda selalu menemani pasien ini hanya untuk berjaga-jaga kalau tiba-tiba pasien teringat dengan kejadian ini. Saya sarankan untuk sementara jangan biarkan pasien mendekati hal yang berhubungan dengan kejadian," jelas dokter itu.
David mendengarkan dengan baik setiap penjelasan dari dokter seperti Chaca yang harus meminum vitamin, bedrest selama beberapa hari kedepan dan yang lain. David tidak mau hal ini terulang lagi karena kesalahannya. Oh iya dia belum mengatakan pada kedua orang tuanya.
"Terima kasih dok," David pun keluar dan menelpon daddynya.
"Hallo."
"Ada apa, Vid?"
"Dad, ke rumah sakit mitra sekarang!"
"Siapa yang sakit kamu? Tumben padahal belakangan ini jarang telpon."
"Dad, yang sakit Chaca."
"APA!!" oke daddy ke sana!"
Tut tut
"Giliran anak sendiri disindir," dumel David seraya berjalan ke arah administrasi.
Setelah selesai David berjalan ke ruang rawat Chaca. Terlihat Chaca yang masih terlelap karena obat bius dengan di area hidung ada alat bantu pernapasan. David memilih duduk di samping brankar.
"Maafkan abang yah Cha," hanya itu kata yang bisa diucapkan oleh David sekarang, yang pasti ia hanya bisa berdoa Chaca akan memaafkannya terlebih lagi sifatnya setahun belakangan. David tidak menyangka bahwa rencananya membutuhkan waktu yang cukup lama seperti ini. Tadinya David hanya memperkirakan paling lama 3 bulan tapi ini malah satu tahun lebih.
🍁🍁🍁
Sedangkan di tempat berneda tepatnya di ruang kantor seorang Fahreza Regantara sedang dalam suasana
Tegang. "Bagaimana?""Sudah bos, ia berada di dekat kita, di kota yang sama, tapi maaf saya masih belum menemukan lokasi tepatnya saya janji tidak sampai satu hari sudah ditemukan dan ada satu berita mengejutkan ibu nona sudah meninggal," ucapnya.
"Bagaimana bisa?"
"Saya curiga bahwa ada dalangnya tuan."
"Cari tahu segera saya tidak mau tahu!" pria tadi pun keluar meninggalkan Reza dengan raut wajah menyesal.
"Maaf... maaf," ya hanya kata itu yang bisa Reza katakan sekarang. Entah dia sanggup atau tidak bertemu dengan putrinya dan menceritakan semua yang ia tahu. Ia takkan sanggup melihat raut sedih di wajah putri satu-satunya yang bahkan ia belum tahu bagaimana wajahnya. Ia menyesal tidak pernah melihat bagaimana tumbuh kembang putrinya seperti saat Nathan. Ah Nathan, semoga ia dapat menerima kehadiran adiknya.
Jangan lupa Vote M Komen dan baca cerita Arissa yang lain.
👇👇👇👇👇👇👇👇👇
KAMU SEDANG MEMBACA
Innocent Girl (COMPLETED)
Teen Fiction(Masih belum rapi) "Kenapa dia bisa kenal aku?"gumamku. "Ayo sebaiknya kamu tinggal sama aku, lagian kamu kan sendirian disini!" ajak pria itu dan entah kenapa aku hanya menurutinya saja. ****** "Ihhhh udah deh kamu ngikutin aku terus, huftt!" dengu...