Chapter 39

258 12 0
                                    

Darkan merasa ia melakukan hal yang benar. Maka dari itu hal yang sudah ia lakukan tidak boleh untuk dibantah. Ia termasuk orang yang keras kepala susah menerima pendapat orang jika tidak sama dengan pendapatnya.

Mungkin sikap keras kepala juga Darkan turunkan kepada David. Maka dari itu David susah mempercayai apa yang di katakan oleh kedua orang tuanya tentang sikap Meli.

.
.
.

"Ca!" panggil Dian setelah guru keluar kelas.

"Kenapa Ian?"

"Gini kita berdua ada rencana mau ke mall hari ini, kamu mau ikut?"

"Mau, tapi ijin dulu sama daddy nanti," sajut antusias dari Chaca.

"Oke nanti kita ijin yah," yang diangguki antusias oleh Chaca.

"Yuk kita ke kantin!" ucap Bila yang sedari tadi diam.

"Iya Chaca juga udah laper," ucapnya polos.

"Hihihihi kamu gemesin banget sih," cubit Dian.

"Udah yuk nanti keburu tambah penuh kantinnya." Mereka bertiga pun berjalan ke arah kantin dengan diselingi dengan obrolan ringan.

🍁🍁🍁

"Yah udah penuh kita duduk dimana?" ujar Chaca melihat sekeliling kantin. Sampai Gevan memannggilnya.

"Ca!!" serunya.

"Kenapa Gev?"

"Sini!!" ucapnya singkat.

Chaca yang merasa di suruh menghampiri pun berjalan ke arah Gevan.

"Kenapa Gev?"

"Duduk," Chaca hanya menurut walau masih masih belum mengerti.

"Lalu?" mendengar ucapan Chaca, Gevan menghembuskan nafasnya.

"Kamu duduk di sini aja Ca kursinya penuh semua," ucap lembut Gevan membuat kedua sahabat Gevan cengo.

"Van lo kerasukan?"

"Oh gitu ya Gev aku mau panggil temenku yah."

"Nggak usah mereka udah duduk," tunjuk Gevan yang menghiraukan ucapan temannya.

"Ya udah Chaca mau beli makan dulu," saat akan bangkit tangan Gevan terlebih dahulu mencekalnya. Chaca mengangkat alisnya sebagai tanda tanya.

"Temen aku aja yang pesen, Chaca duduk aja."

"Emang nggak ngerepotin?" mata Gevan memberi isyarat kepada temannya untuk mengiyakan.

"Iya nggak kok," jawab teman Gevan.

"Ya udah, aku pesen mie..

Saat akan melanjutkan Chaca mendapat telpon.

"Hallo."

"Hai sayang."

"Kenapa Dad?"

"Kamu mau pesen mie kan?"

"Eeee nggak dad."

"Daddy tau Ca, kamu mau daddy ke sana atau ganti makanan?"

"Ganti dad."

"Jangan dimatikan telponnya daddy mau denger."

Chaca menurut dan tidak mematikan telponnya.

"Em Chaca pesennya bakso aja sama milkshake strawberry yah," ucap Chaca dan teman Gevan hanya mengangguk paham. Chaca pun melanjutkan telponnya kepada daddynya.

"Udah kan dad?"

"Iya, oke belajar yang rajin yah sayang!"

"Iya dad, daddy juga jangan lupa makan siang."

"Iya bye sayang."

"Bye."

Tut tut

"Daddy kamu Ca?"

"Iya Ian dia tahu kalau Chaca mau pesen mie," lesu Chaca.

"Udah yah," tenang Dian.

"Ini makanannya."

"Gevan kamu belum ngenalin temen kamu loh," ucap Chaca.

"Mereka nggak penting Ca," sahut Gevan membuat kedua temannya melongo.

"Ihh Gevan nggak boleh gitu," membuat Gevan menghembuskan nafasnya kasar.

"Iya yang ini SATYA DIRGANTARA  panggil aja kak Sat dia ini kelas XI dan ini DAFI ROGER DARKAN panggil aja kak Dafi dia juga kelas XI," terang Gevan.

"Jadi mereka bukan seumuran sama Gevan?" Gevan hanya menjawab dengan gelengan.

"Gitu yah." Paham Chaca.

"Udah makan dulu aja yah!" titah Gevan.

Istirahat ini pun mereka bertiga mendapat teman baru walau tidak seangkatan dengan mereka.

"Udah bel ke kelas yuk!" ajak Dian yang di setujui semua kecuali Gevan.

"Ayok Gev!" ajak Chaca yang merasa Gevan hanya diam.

"Nanti aja," santai Gevan. Chaca yang kesal menarik telinga Gevan dan menggiringnya menjauh dari kantin yang lain melihat itu hanya melongo. Seorang Gevan yang terkenal dingin dan pendiam tiba-tiba di jewer oleh seorang perempuan yang terkenal akan kepolosannya itu.































Makasih yang udah mau baca.
Jangan lupa Vote N Komen dan baca cerita Arissa yang lain.
👇👇👇👇👇👇👇👇👇

Innocent Girl (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang