"Aku melakukannya karena dia telah melakukan sebuah kesalahan yang sangat ku benci," tatapan marah dan benci terlihat jelas pada raut wajahnya.
"Dan kamu bertugas agar ini berjalan senatural mungkin tidak ada yang lecet!" Ucap tak terbantahkannya, setelah itu ia berjalan meninggalkan pria itu.
.
.
."Mom, Dad Chaca berangkat sekolah dulu!" Pamit Chaca setelah sarapan. Hari ini sifat David masih membuat Chaca khawatir. Ia merasa David berubah, David tidak seperti dulu, tidak ada David yang baik, tidak ada David yang lembut, tidak ada David yang memanjakaannya. David yang sekarang adalah David yang membuatnya takut jika berada di dekatnya, yang membuatnya merasa terintimidasi, yang membuatnya tidak nyaman. Chaca ingin David yang dulu, kata itulah yang sekarang terus berputar-putar dalam kepalanya.
"Non sudah sampai!" Ucapan supir membuat lamunan Chaca tersadar seketika.
"Iya makasih pak," Chaca keluar dari mobil dan masuk ke area sekolahnya.
"Chaca!!" Seru Dian dari belakang Chaca.
"Hai Dian!" Sapa balik Chaca.
"Kamu udah sehat?"
"Alhamdulilah udah," sahut Chaca.
"Syukur deh, yuk masuk kelas!" Ajak Dian lalu menggandeng tangan Chaca.
"Pembelajaran saat aku nggak masuk gimana?"
"Kamu memangnya belum dikasih file materi?"
"Udah, daddy yang minta sama pihak sekolah, tapikan biasanya agak beda dari file materi yang dikasih," jelas Chaca.
"Iya sih, tapi tunggu daddy?"
"Owh itu ayah bang David," jawab Chaca. Mereka sudah sampai di kelas dan duduk di tempat masing-masing, tetapi Dian membalikkan badannya ke belakang menghadap Chaca.
"Gitu yah, yang teror itu gimana Ca udah ketemu pelakunya?" Tanya penasaran Dian.
"Belum Ian tapi teror itu masih ada," ucap lirih Chaca.
"Jadi kamu masih kena teror?" Yang diangguki oleh Chaca.
"Woy pada gosip kagak ngajak!" Seru Bila disertai gebrakkan pada meja Chaca.
"Kita nggak lagi gosip kok Bil," jawab Chaca.
"Udah bell jadi sana kalian hadap depan!" Usir halus Chaca sedangkan teman sebangku Chaca baru masuk saat bell masuk baru berbunyi.
Gevan langsung duduk tanpa menghiraukan bahwa ada Chaca di sampingnya. Ia memang terkenal dengan sifat dinginnya pada orang.
"Baiklah pelajaran mari kita mulai..." ujar guru yang mengajar. Tak terasa sudah 3 jam pelajaran mereka lewati, waktu istirahat telah tiba waktu yang para siswa nantikan.
"Sekian materi yang bisa di sampaikan, minggu depan kita akan Ulangan Harian mapel Matematika Wajib ini," setelah mengatakan itu sang guru langsung keluar tanpa menghiraukan tatapan cengo dari muridnya.
"GILA TUH GURU, GUE NGGAK PAHAM APA-APA!" seru Bila pertama kali setelah guru itu keluar yang membuat kelas menjadi riuh.
"Bener tuh."
"Sama gue nggak paham samsek."
"Gile gimana nih UHnya," Paniknya.
"Nanti gue nyontek ye."
"Gue mau nyontek di disiapa nin?"
Kira-kira seperti itulah keadaanya.
"Dian ayok ke kantin Chaca laper pengen makan," ucap polos Chaca, ucapan itu membuat Dian terkekeh bagaimana tidak disaat kelas ribut pasal ulangan teman yang satu ini malah memikirkan makanan.
"Ya udah yuk!" Ajak Dian, sedangkan Gevan memang sudah keluar sejak guru keluar.
"Dian gimana sama materinya paham nggak?"
"Lumayanlah bisa buat ngisi kalo Chaca gimana?," jawab Dian.
"Chaca pahamkan kalo bingung tinggal tanya daddy atau mommy," ucap Chaca polos.
Lah iya kan Chaca tinggal sama keluarga Arkana, enak banget dong, batin Dian.
Bukannya iri tetapi Dian merasa Chaca mendapat suatu keberuntungan bisa berada di tengah-tengah keluarga penting itu.
"Kalau boleh tahu gimana kamu bisa kenal sama pak David dari mana?" Tanya Dian penasaran. Mereka saat ini sedang menunggu pesanan makanan mereka.
"Owh itu dulu Chaca pernah hampir ke tabrak sama bang David, terus Chaca tinggal sama bang David karena waktu kematian ibu ada bang David dan dia nawarin Chaca buat tinggal bareng gitu," jelas Chaca dengan nada polos.
"Kenapa bang David bisa ada di sana?" Chaca hanya mengedikkan bahunya tidak tahu karena ia memang tidak tahu tentang itu. Akhirnya mereka memakan makanan yang dipesan dengan tenang.
Jangan lupa Vote N Komen dan baca cerita Arissa yang lain.
👇👇👇👇👇👇
KAMU SEDANG MEMBACA
Innocent Girl (COMPLETED)
Teenfikce(Masih belum rapi) "Kenapa dia bisa kenal aku?"gumamku. "Ayo sebaiknya kamu tinggal sama aku, lagian kamu kan sendirian disini!" ajak pria itu dan entah kenapa aku hanya menurutinya saja. ****** "Ihhhh udah deh kamu ngikutin aku terus, huftt!" dengu...