Bagian 8

170 17 0
                                    

"aku tuh dari dulu suka sama kamu ca. Dari dulu aku nunggu kamu ca. Aku pikir setelah SMP kamu gak akan jalin hubungan sama Bagas tapi ternyata aku salah" ucap Yuda lagi.

Aca menggenggam tangan Yuda "aku sama Bagas tuh gak ada hubungan apa-apa. Dari dulu sampai sekarang kita cuma sahabatan kok" jelas Aca.

Sejujurnya Aca bingung pada situasi ini, bingung harus menyikapi ini semua bagaimana. Aca dan Aga memang hanya sebatas sahabat, tapi ketika Aca melihat Bagas dengan perempuan lain hati kecil nya merasa tersayat-sayat.

Yuda mengalihkan pandangannya ke arah lain "kalau aku ini termasuk orang spesial kamu, pasti hal penting yang menyangkut masa depan kamu aku tau ca. Tapi apa? Hal yang menyangkut masa depan kamu ajah aku gak tau sama sekali" jelas Yuda lagi.

"Yuda, kamu jangan bilang gitu. Kamu itu penting buat aku kok. Kamu harus nya paham dong Aga sama aku kenal udah dari lama, ya menurut aku wajar dong kalau Aga tau semua tentang aku" balas Aca yang masih setia memegang tangan Yuda.

Yuda menatap lekat mata milik Aca "menurut aku itu gak w a j a r!!" Ujar Yuda menekankan kata wajar nya.

Aca pun mulai dibuat kesal oleh tingkah Yuda "gak wajar gimana sih? Aga itu sahabat aku, sahabat itu segalanya yud. Kamu harus nya ngerti!" Ucap Aca sedikit meninggikan suaranya.

"Aku yakin kamu sama Bagas itu ada hubungan lebih dari sekedar sahabat!!!" tutur Yuda melepaskan genggaman tangan Aca.

"Apa sih maksud kamu yud aku makin gak paham" ucap Aca yang suara nya sudah mulai bergetar "Aga itu baik sama aku! Dia selalu ada saat aku susah! Dia sahabat aku yuddd!!!" Jelas Aca.

"Aku yang gak paham sama kamu. Gak mungkin cowok sama cewek kenal dari kecil tapi gak punya perasaan sama sekali!!" Tegas Yuda, membuat Aca makin nyesek dengan perkataan nya.

Aca yang sudah tak kuat lagi mendengar kata-kata dari Yuda pun memutuskan masuk ke dalam rumah "terserah!!" Bentak Aca lalu berlari masuk ke dalam rumah.

Hubungan Aca dan Yuda padahal baru berjalan hampir seminggu tapi sudah mendapatkan masalah seperti ini. Aca sebenarnya sudah tidak tahan lagi, air mata nya hampir menetes namun ia tahan. Karena, ia tak mungkin nangis di depan kedua orang tuanya.

Aca masuk ke dalam rumah ternyata kepulangannya sudah di tunggu oleh mama dan papa nya. Aca mengerti pasti orang tuanya ini menanyakan soal kuliah nya.

Aca duduk di single sofa masih dengan kepala yang ditundukkan "Aca, papa pengen kamu menerima beasiswa di luar negri nak. Papa mohon, papa hanya minta satu hal itu saja dari mu nak" pinta papa, Aca masih setia menunduk.

Aca menatap papa nya "besok Aca berikan jawaban pa. Sekarang Aca capek" ucap Aca seraya berdiri meninggalkan mama dan papa nya.

Aca langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur. Aca berpikir kalau misalnya Aca keluar negri Aca akan meninggalkan Aga. Aca bisa menuruti keinginan orang tua nya, dan saat ini memang Aca harus menjauhi Aga supaya Aca dapat mematahkan kata-kata Yuda. Aca akan membuktikan kepada Yuda kalau hubungan Aca dan Aga hanya sebatas sahabat.

Kemudian Aca terlelap setelah melamun begitu cukup lama memikirkan tentang masa depan dan soal hati.

Dilain tempat Bagas sedang bersama Farah. Hubungan kedua nya memang sangat baik, Bagas yang sesekali memberikan perhatian kepada Farah dan Farah selalu memberikan yang terbaik untuk Bagas. Terkadang Farah harus menahan kesal karena sering di abaikan oleh Bagas.

"Kak?" Panggil Farah.

"Iya kenapa Ra" balas Bagas.

Farah melihat sekilas ke arah Bagas yang tersenyum kepadanya "kakak mau jadi pacar Farah??" Ucap Farah. Farah memang memberanikan diri untuk mengatakan itu, karena memang Farah sudah mulai jatuh hati pada kakak kelasnya itu.

Bagas tersenyum mendengar penuturan Farah, sebenarnya Farah ini anak nya manis dan baik siapa yang dekat dengan Farah maka akan nyaman tapi bagi Bagas tidak dapat merubah rasa nyaman Bagas ketika dekat dengan Aca.

"Iya kalau Farah mau" jawab Bagas.

Farah yang mendapat jawaban seperti itu pun langsung membelalakkan mata nya lalu mengerjapkan nya beberapa kali, merasa tak percaya. Farah pikir Bagas tak mau menjadi pacar nya.

"Kakak seriusan mau jadi pacar Farah?" Tanya Farah lagi karena dia merasa belum percaya. Bagas menganggukkan kepala nya. Bagaimana pun Bagas harus nurut apa yang Aca katakan, Aca ingin Bagas memacari Farah jadi Bagas lakukan.

Sebenarnya Bagas hanya kagum kepada adik kelas nya yang bernama Farah itu. Sikap Farah yang lembut, tutur kata yang sopan, bahkan perhatian. Jadi bukan rasa suka atau cinta Bagas menerima Farah melainkan suruhan Aca.

Saat sepulang dari mengantar Farah, Bagas memutuskan untuk pulang kerumah. Setelah sampai rumah niatnya Bagas akan ke rumah Aca menceritakan soal dia telah menerima Farah menjadi pacarnya. Tetapi niat nya itu diurungkan karena dilihat dari luar jendela kamar Aca bahwa kamar Aca sudah gelap, menandakan Aca sudah terlelap.

🍁🍁🍁

Dua Minggu menjelang ujian Aca dan Aga selalu meluangkan waktu untuk belajar dan sudah sebagai jadwal rutin untuk Bagas.

Hari Minggu yang biasanya Aca sudah mengganggu waktu tidur Bagas, tetapi tidak dengan hari ini. Aca akan membuktikan bahwa Aga hanya sahabat nya, Aca tidak boleh selalu bergantung pada Aga.

Saat ini Aca sedang berada di ruang keluarga bersama kedua orang tua nya. Aca telah janji kepada papa nya bahwa akan memberikan jawaban pada hari ini.

Aca meminum jus mangga "Aca terima beasiswa itu pa" ujar Aca seraya meletakkan gelas di meja yang berada di depannya.

Mama menatap Aca "Aca serius? Aca gak main-main kan?" Tanya mama meyakinkan.

"Iya ma Aca serius" balas Aca dan meninggalkan kedua orang tua nya.

"Akhirnya Aca mau juga ya ma" ucap papa senang.

"Mama gak yakin itu keinginan Aca dari dalam lubuk hatinya. Mama gak setuju kalau sampai Aca tertekan pada pilihannya" ujar mama. Papa yang mendengar kata mama Aca langsung terdiam.

Aca di dalam kamar menatap ke luar jendela yang ia tatap yaitu jendela kamar Aga. Biasanya kalau Minggu pagi Aca akan menganggu tidur nya Aga, tetapi tidak dengan pagi ini.

"Aga pasti masih molor dah" gumam Aca.

Dilain tempat suasana di rumah Bagas, Bagas masih dalam alam mimpinya. Sehingga membuat bunda nya mengoceh di pagi hari.

Bunda sedang berada di kamar Bagas "Aga bangun nak. Udah siang bolong juga masih aja molor" omelan bunda Bagas seraya menggoyang-goyangkan tubuh Bagas.

"Eunghh" gumam Bagas.

Pukk...puk...pukk...




Bersambung...

Cinta Selamanya [E N D]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang