Bagian 29

139 16 0
                                    

Aca yang mendengar itu pun langsung menuju ke ruang tamu dan pamit untuk segera pulang. Sebelum menuju ke ruang tamu Aca menyeka air matanya yang sudah jatuh menetes.

Aca melangkah dengan menundukkan kepalanya, ia mendapati bunda yang menatap Aca yang baru keluar dari arah ruang keluarga.

"Aca, sudah bangun nak?" Tanya bunda.

Aca tersenyum "iya Bun. Aca pulang dulu bun, yah, ga" pamit Aca

"Permisi om dan Tante" ucap Aca lagi seraya tersenyum.

Aca berjalan ke arah rumahnya dengan tergesa-gesa. Rasanya ia tak ingin muncul lagi ke bumi, ia ingin menghilang. Tak ingin lagi bertemu Bagas yang akan menikahi wanita lain bukan dirinya.

Sedangkan Bagas yang menatap Aca hanya bisa terdiam di tempatnya. Entah dia harus berbuat apa. Sulit untuk dijelaskan menurutnya.

Aca yang masuk kamarnya dengan terburu-buru langsung menutup pintunya dengan membantingnya. Aca sudah menangis sejadi-jadinya, mau berbuat apa Aca pun tak tau. Sebentar lagi sahabat sekaligus pacar mungkin akan menikah dengan wanita pilihan orang tuanya.

Pada posisi lain Bagas masih pada diamnya. Memikirkan hal-hal apa yang akan terjadi selanjutnya. Hubungannya dengan Aca baru saja akan dimulai tetapi, rintangan sudah datang.

"Bagaimana nak?" Tanya seorang lelaki paruh baya itu.

"Maaf Bagas gak bisa terima perjodohan ini" ucap Bagas sedikit ragu dengan jawabannya. Takut ayah nya akan menentang jawaban dari nya.

"Kenapa?" Bukan ayah, bunda, dan temannya ayah. Tetapi gadis yang menggunakan dress merah muda itu yang menjawab.

"Maaf yah, Bun, om, Tante dan eumm ..."

"Bela" ucap nya

"Iya Bela, maaf saya tak bisa menerima perjodohan ini" ucap Bagas lagi.

Ayah menenangkan suasana dengan tertawa sedikit "kalau gitu mari kita makan malam dulu bram" ucap ayah. Om Bram yang di sebut ayah itu pun menyetujui ajakan ayah.

Suasana makan malam saat ini ramai. Biasanya hanya ada ayah, bunda dan Bagas tetapi malam ini ada om, Tante serta Bella anaknya.

Seusai makan malam ayah, bunda dan teman ayah melanjutkan obrolannya. Sedangkan Aga terduduk di teras depan rumahnya, seraya menatap lekat rumah yang ada di seberangnya.

Bela yang melihat Bagas sedang menatap ke arah seberang nya terduduk di samping Bagas "apa yang ada di rumah itu?" Tanya Bela. Bagas menoleh ke arah Bela dan memberi senyum getirnya.

"Ada yang spesial sepertinya?"

"Hmm"

Bela menganggukkan kepalanya "kenapa kamu tolak perjodohan ini?"

"Karena aku sudah mencintainya"

"Siapa?" Tanya Bela lagi.

"Sahabat ku"

"Di rumah itu?" Tanya Bela, yang sepertinya mata nya menuju pada rumah Aca.

"Hm"

"Sudah sejak lama?"

"Gak tau berapa lama. Tapi aku sangat mencintainya" jelas Bagas.

Dalam hati Bela rasanya sakit, dia telah mengharapkan sosok Bagas sejak lama. Ayahnya selalu menceritakan tentang perjodohan dengan Bagas. Sehingga membuat Bela berambisi untuk mendapatkan Bagas.

Memang ini awal pertemuannya dengan Bagas. Tetapi Bela telah mengetahui bagaimana rupa Bagas sejak lama. Bela mengharapkan Bagas sangat. Saat waktunya tiba tetapi pria yang diharapkan justru mencintai wanita lain.

Raut sedihnya nampak tercetak jelas di wajahnya, Bagas menoleh ke arah Bela dan menatapnya "kenapa kamu mau dijodohkan?" Tanya Bagas.

"Sudah lama aku tau kamu. Ayah yang mengenalimu lewat foto. Ayah bilang kamu adalah calon suami ku" jelas Bela.

"Aku hanya tau kamu sebagai calon suami ku yang akan menikahi aku. Aku kira ingin membicarakan soal pernikahan. Ternyata kamu baru tau kalau akan dijodohkan pada saat tadi" sambungnya menjelaskan.

"Aku minta maaf" balas Bagas memalingkan pandangannya ke arah lain.

"Bukan salah kamu. Aku yang terlalu berharap sama kamu, padahal jelas-jelas kamu gak kenal sama aku"

Bagas berdiri dari tempat duduknya. Melangkah menuju masuk ke dalam rumah yang di dalamnya terdapat orangtua nya dan bela.

Bagas bergabung dengan semua orang yang berada di ruang tamu tersebut "maaf ayah, bunda, om dan Tante. Bagas menolak perjodohan ini" ucap Bagas seraya meminta maaf.

Ayah tersenyum ke arah om Bram "Bram kita bicarakan lain waktu ya soal perjodohan ini"

"Baik tidak masalah. Kalau begitu kita sekeluarga pamit pulang" balas om Bram, seraya pamit kepada keluarga Bagas.

Keluarga Bela pun pamit dengan keluarga Bagas. Setelah itu Bagas masuk ke dalam kamarnya. Tetapi langkah menuju kamarnya terhalang oleh sang ayah yang memanggil namanya.

"Bagas"

"Iya yah" jawab Bagas seraya menoleh ke arah sang ayah. Bunda yang sedari tadi di samping ayah hanya diam saja.

"Kenapa kamu tolak perjodohan ini?"

"Maaf yah, Aga gak bisa"

"Sudah yah jangan dipaksa kalau anaknya gak mau" ujar bunda membela Bagas.

Bagas menunduk "Bagas minta maaf yah. Bagas bener-bener gak bisa" ucap Bagas.

"Kamu mau tunggu apalagi nak?" Tanya sang ayah "Ayah sudah mengulur waktu sampai sejauh ini. Seharusnya kamu sudah menikah dengan Bela" sambung Ayah.

"Aku punya pilihan sendiri" ujar Bagas.

Bunda mendekati Bagas dan mengelus pundak kekar milik sang anak "siapa gadis itu nak?" Tanya bunda.

"Ayah janji dulu sama Aga kalau akan membatalkan perjodohan ini" ucap Aga.

"Ayah tidak tau" balas ayah.

Tanpa menunggu aba, Bagas langsung melangkah ke arah kamarnya. Dia menutup pintu rapat-rapat.

Kondisi Aca saat ini sedang berada di dalam kamarnya yang akan menjadi saksi patah hati nya itu. Bagas yang jelas-jelas sudah mengajaknya serius malah akan dijodohkan. Sudah lelah dengan semuanya Aca pun terlelap dalam tidurnya. Sampai-sampai ada pesan yang masuk ke dalam ponselnya yang terabaikan.

Aga💩: good night zeyeeenk!!!

🍁🍁🍁

Esok paginya Aca sudah rapih dengan pakaian nya dan segera akan berangkat ke kampus. Hari ini Bagas juga ada jadwal tapi ia urungkan untuk menghampiri Bagas. Peristiwa semalam memberi peringatan bahwa dirinya dan Bagas tak akan bisa bersama.

"Ma, pa. Aca berangkat" ucap Aca seraya mencium tangan kedua orang tuanya dan mencium pipi dari kedua orang tuanya itu.

Tanpa menunggu balasan Aca pun melangkah menuju ke halaman rumahnya. Di sana sudah siap sepeda motornya yang selalu siap mengantarnya kemana saja.

Ia lajukan kendaraan nya dengan kecepatan sedang. Sesampainya di kampus Aca langsung menuju ke ruang A1 di sana sudah terdapat mahasiswa yang sedang sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing.

Sudah selesai Aca mengikuti kelas pertamanya. Aca pun keluar kelas bersama dengan Winda yang selalu setia berada di samping nya. Winda mengajak Aca ke kantin dan disetujui oleh Aca.




Bersambung...

Cinta Selamanya [E N D]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang