3 bulan kemudian...
Saat ini keduanya telah berada di sebuah gedung kampus yang berada di daerah Jakarta.
Bagas dan Aca memilih satu kampus yang sama, tetapi beda jurusan dan kelas. Mereka yang sengaja memilih jurusan yang berbeda karena sesuai minat dari keduanya.
Aca memilih jurusan kedokteran dan Bagas memilih jurusan Management. Kehidupan perkuliahan mereka yang baru dijalani terasa menyenangkan belum terlalu berat bagi keduanya.
Baru memasuki semester pertama, mereka selalu berangkat bersama jika ada jadwal yang ternyata berbarengan. Kalau tak ada jadwal yang sama maka mereka berangkat sendiri-sendiri.
Saat ini keduanya sedang berada di perpustakaan pusat yang berada di kampus. Bagas yang setia menemani Aca.
Aca yang fokus dengan bukunya dan Bagas menopang kepalanya di atas meja. Lalu sesekali melirik Aca yang terus fokus pada bukunya.
"Ca" rengek Bagas.
Aca tak menghiraukan Bagas "Aca...... " Ucapnya lagi.
Aca menoleh "kalau gak niat nemenin Sanah pergi" ucap Aca.
"Ikhlas ko Aca, cuma bete aja gak asik banget ternyata di perpustakaan"
"Yaudah diem ini perpustakaan" balas Aca.
Seketika Bagas terdiam, dia sudah tak bisa berbuat apa-apa jika ibu negara nya sudah berbicara. Aca dan Bagas yang sama-sama tak memiliki kekasih membuat mereka lebih dekat lagi, mungkin jika orang lain yang tak kenal mereka maka akan dianggap sebagai sepasang kekasih.
Tiba-tiba ada seorang yang datang menghampiri keberadaan mereka. Dia langsung duduk di hadapan Aca.
"Hai, kamu Hafsya?" Tanya seorang laki-laki itu, membuat Aca mendongak dan menatapnya.
"Iya, kenapa?" Tanya Aca, Bagas memperhatikan dengan saksama saja.
"Maaf ganggu waktu kamu. Kamu yang dapet beasiswa itu kan?" Ucapnya, dibalas anggukan oleh Aca "kenalin aku Aldi dari semester 3, aku juga kayak kamu dapet beasiswa" ucapnya lagi yang seraya menyodorkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Aca, Aca pun membalas.
"Panggil Aca aja kak" balas Aca "ada perlu apa kak?" Tanya Aca to the point.
"Wali dosen aku nugasin aku buat bimbing adik tingkat yang dapet beasiswa. Kebetulan yang aku cari pasti banyak di tempat kayak gini" jelasnya, Aca membalas dengan anggukan kepala saja.
"Kalau boleh tau ruangan kelas kamu dimana?" Tanya nya lagi.
"Di ruang A1 kak" balas Aca. Lalu Aldi meninggalkan Aca dan Bagas karena ada hal yang harus diurus lagi.
Setelah kepergian orang itu, Aca langsung melanjutkan membaca buku nya lagi. Sementara Bagas merasa kesal dengan Aca yang merespon orang tak dikenalnya dengan begitu ramah.
"Kalau orang kayak gitu mah modus ca!" Ucap Bagas "jangan terlalu percaya deh sama yang kek gitu, inget loh cari yang serius. Jangan jatoh ke lubang yang sama lagi. Di pacarin sama cowok-cowok buaya" sambung nya lagi.
"Iya Aga, gak akan terulang lagi kok tenang aja. Makasih udah diingetin, tapi Lo tuh harus ngaca kalau Lo juga buaya"
"Enak ajah buaya, enggak lah. Gua mah punya prinsip ca. Wanita yang gua miliki harus jadi nomer satu dan sekaligus yang terakhir. Liat nanti kalau gua udah nikah ca" jelas Bagas.
"Gimana cara liatnya?" Tanya Aca.
"Nikah sama gua lah ca" ucap Aga dengan cengiran kudanya.
Plak...
Satu pukulan dari Aca mendarat di lengan Bagas. Membuat sang empunya meringis. Lalu membalas perbuatan Aca.
"Mau kan nikah sama gua?" Tanya Bagas.
"Iya, nanti kalau gak hari Sabtu ya hari Minggu yak terus kalau gak hujan yak" balas Aca meninggalkan Bagas di perpustakaan.
"Eh Aca kampret masa calon suami ditinggalin sih" teriak Bagas.
Penjaga perpustakaan pun berdiri dari tempat duduknya "hei keluar kamu!!" Tegas nya.
Bagas pun langsung berlari keluar perpustakaan. Menyusul Aca yang sudah meninggalkannya.
Aca berpikir apakah yang diucapkan oleh Bagas tadi serius atau hanya sebuah candaan. Entah lah Aca sedang tidak bisa berpikir jernih, kalau Bagas mengajak nya menikah dia akan sangat senang sekali. Tapi kalau hanya gurauan hati Aca merasa sedih dan kecewa "semoga tak bercanda apa yang dia katakan" gumam Aca dalam hati seraya terus berjalan menyusuri koridor kampus.
Bagas yang menyusul Aca pun langsung merangkul pundak Aca yang sedang berjalan terus.
"Marah ya beb?" Tanya Bagas yang dibuat-buat.
Aca melepaskan tangan Bagas dari pundaknya "jijay ihhh, ngapain sih panggil beb-beb emang gua bebek!!" Balas Aca yang terus melanjutkan langkahnya.
Mereka menuju ke kantin yang berada di kampus. Sudah waktu jam makan siang jadi Bagas dan Aca harus mengisi perutnya.
Saat sudah di kantin terlihat lah cewek-cewek yang memberikan tatapan pada Bagas dengan tatapan yang menikam mangsa.
Bagas yang merasa dirinya dilirik oleh banyak kaum hawa, merangkul Aca kembali dengan disengaja. Aca pun tak menolak perlakuan dari Bagas, ia malah menyebarkan senyuman manisnya itu.
Mereka duduk bersebelahan seraya menunggu pesanan makanan mereka "Aga, nyadar gak sih cewek-cewek itu pada nataap lo?" Tanya Aca dengan berbisik.
Bagas mengangguk "sadar banget. Biasa orang ganteng mah gitu" ucap Bagas dengan tengil, yang langsung digaplok oleh Aca.
"Jangan KDRT dong ca, sakit tau!!" Balas Bagas yang mengelus pipinya bekas gaplokan Aca.
Aca yang melihat nya hanya tersenyum "uluh uluh, manja" balas Aca dengan mengelus pipi kiri Bagas.
Kegiatan Bagas dan Aca saat kuliah tak berbeda jauh dari dulu saat masih sekolah. Pergi-pulang bersama jika tak ada halangan. Nongkrong bareng, belajar bareng, bercanda, berantem dan hal-hal yang mereka lakukan dari kecil tak pernah berubah hingga saat ini. Mungkin ada yang berubah tetapi perubahan itu tak membuat keduanya merasa menjauh. Dengan perbedaan. Meraka juga bisa saling melengkapi satu sama lain.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Selamanya [E N D]
Teen FictionKisah dua insan yang berlawanan jenis, status hubungan nya adalah sebagai sepasang sahabat. Rasa nyaman yang sudah sewajarnya ku dapatkan dari seorang sahabat selalu terasa dan melekat yang ku dapat dari sosok nya. ~Hafsya Melati Sahabat adalah sega...