41

150 15 0
                                    

Esok pagi yang cerah masih dengan rasa kesal nya dengan calon suami nya itu. Aca yang sedang sarapan terlihat menekuk wajahnya seperti tak ada Semangat pada dirinya. Padahal hari ini ia akan mengambil undangan untuk disebarkan dan mengambil pesanan sovenir yang hari lalu dipesannya juga.

"Kamu kenapa sih pagi-pagi udah cemberut aja?" Tanya papa.

"Masih berantem sama Bagas?" Tanya mama.

"Enggak berantem ma, pa. Cuma kesel aja sama dia gak pernah percaya sama Aca" jelas Aca yang memasukkan potongan roti tawar ke dalam mulutnya.

"Selesai kan baik-baik dong ca kalau ada masalah tuh. Jangan dibiarkan berlarut. Gak baik buat hubungan kamu sama Aga kedepannya" pencerahan yang keluar dari mulut mama.

"Iya ma. Nanti Aca kan ketemu Aga. Mau nyebar undangan juga" balas Aca.

"Good girl sayang. Kamu juga harus pengertian sama Aga, dia itu gak kayak kamu. Diusia nya yang masih muda dia harus kerja dan kuliah. Jadi kamu harus paham betul dia" jelas sang papa kepada putri nya yang tidak lama lagi akan mengakhiri masa lajangnya.

"Iya papa sayang Aca ngerti. Mungkin kemarin Aca aja yang terlalu kekanak-kanakan"

"Yasudah sarapan. Nantikan kamu bertemu dengan Bagas" ujar sang papa.

Ting

Pesan masuk di ponsel Aca, Aca membuka satu pesan itu.

Aga💩: nanti gua jemput buat ambil undangan. Sekarang berangkat sama siapa ke kampus?

Aca👸: iya. Ojek online.

Aga💩: hati-hati❤️

Tak dibalas nya lagi pesan terakhir Bagas, ia langsung memasukan ponselnya dalam tas dan segera mengakhiri sarapannya.

🍁🍁🍁

Seusai kuliah Aca dan Winda langsung mengunjungi kantin. Aca bertujuan menunggu Bagas di kantin dan Winda menemani Aca.

"Gimana persiapan nya?" Tanya Winda.

"Eum udah hampir selesai semuanya. Hotel udah, sovenir udah, catering udah, baju udah, cincin udah, penata rias aman, undangan juga aman. Paling tinggal Bagas yang nyiapin seserahan gitu deh" jelas Aca.

"Semangat sistah, lancar pokoknya"

"Aamiin" ucap mereka berdua bersamaan.

"Wah ada apah ini. Meng-aamiin kan doa siapa ini?" Tanya seseorang yang langsung duduk di sebalah Aca. Aca menggeser tubuhnya sedikit agar menyisakan jarak di antaranya.

"Eh hai kak Aldi" sapa Winda.

"Hai win" balas Aldi. Aca masih tidak menghiraukan kehadiran dari Aldi.

"Oiya aku mau ngomong empat mata sama kamu ca. Tapi ada Winda gpp?"

"Ngomong aja kak" balas Aca.

"Oke langsung aja ya. Eum... Aku suka ca sama kamu. Aku harap kamu bisa menerima aku" ujar kak Aldi. Winda yang sedang minum estehnya seketika tersedak.

"Uhukk... Uhukk... Uhuk..."

"Duhh win pelan-pelan dong kalau minum. Lagian gak ada yang minta juga tuh es Lo" balas Aca memberikan segelas air putih milik Aca yang langsung diminum oleh Winda.

"Aca gimana?"

"Maaf kak, aku gak bisa Nerima Kakak. Makasih sebelumnya kakak udah ada rasa sama aku. Aku cukup menghargai itu, tetapi maaf aku belum bisa menerima kakak" jelas Aca "aku permisi" sambung Aca yang seraya berdiri kemudian meninggalkan Winda dan Aldi disana.

Aca berjalan dengan tergesa menuju parkiran yang berada di fakultas nya. Ia sudah melihat Bagas yang sedang menunggu nya.

"Maaf lama" ujar Aca.

"Yuk langsung" ucap Bagas seraya memberikan helm kepada Aca.

Aca yang sudah siap dan Bagas melajukan motornya dengan kecepatan rata-rata saja. Suasana ibukota yang terik pada pertengahan siang membuat Aca sedikit merasa haus.

Sesampainya di tempat percetakan undangan. Bagas mengeluarkan uang untuk membayar pesanannya itu. Undangan sudah tercetak, hari ini Aca  dan Aga akan menyebarkan undangan pernikahan nya.

Aca akan menyebarkan undangan via online kepada temannya yang tak mudah di jangkau. Begitu juga dengan Aga akan melakukan hal yang sama pasalnya itu permintaan dari Aca.

Saat ini keduanya sedang rehat di warung pinggir jalan yang menjadi tempat mereka singgah untuk sekedar minum.

"Ca... Maaf soal hari lalu. Gua gak percaya sama Lo, dan maaf juga gua sempet kesel sama Lo soal panggilan Lo sama penjaga sovenir"

"Eum... Di maafin kok mas. Maaf juga Aca yang udah gak peka sama keadaan. Jadi bikin kamu kesel, dan soal panggilan itu aku bener-bener gak ada niat buat disengaja. Aku minta maaf ya udah kekanak-kanakan banget" jelas Aca.

"Bisa diulang gak ca ngomong mas nya" goda Bagas.

"Tuh kan mulai dahh. Jangan mancing emosi dong, plis deh baru baikkan banget nih masa mau perang dingin lagi"

"Iya iya maaf ya sayang" balas Bagas seraya mengelus puncak kepala Aca.

Aca tersenyum seraya meminum air mineral nya yang berada dalam genggaman nya.

"Kamu dapat foto aku dari siapa mas?" Tanya Aca menatap lekat wajah Bagas.

"Aku lagi selidiki siapa orang yang kirim itu ke aku. Kamu tenang aja aku akan selalu percaya sama kamu" ujar Bagas.

"Oiya aku seneng sama panggilan baru kamu. Apa motif kamu nih?"

"Jadi setelah aku pikir-pikir gak ada salahnya aku coba panggilan itu ke kamu. Bener kata orang tua kita bisa karena terbiasa. Jadi aku mau mulai biasain gitu" jelas Aca, membuat Bagas mengembangkan senyumannya.

"Makasih calon istri ku sayang" balas Bagas.

"Gombal" ujar Aca seraya menepuk pipi Bagas dengan pelan.

"Aduh mulai KDRT nih"

Aca tertawa mendengar perkataan dari Bagas. Bagas yang akan selalu menemani nya kala suka dan duka untuk selamanya. Menjadi pendamping hidupnya dan yang akan menjadi saksi setengah perjalanan hidup Aca begitupun dengan Bagas.

Dulu memang sebatas sahabat namun kemudian hari yang akan datang status itu akan segera berubah. Mereka tetap menjadi sahabat, sahabat yang akan menemani sampai maut memisahkan mereka. Aca yang akan menjadi bidadari untuk Bagas. Bagas yang akan menjadi seorang imam untuk Aca dan bahkan nanti keluarga kecil mereka.




Bersambung...

Cinta Selamanya [E N D]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang