Bagian 23

126 12 0
                                    

Aca telah mengetahui hubungan Bagas dan Farah telah berakhir. Bagas yang nampak biasa saja padahal hubungannya dengan kekasih nya telah berakhir.

Saat ini kedua nya tengah menghadiri acara porm night yang diadakan sekolah setiap tahunnya. Aca yang sudah rapih dengan penampilan nya begitu juga Bagas.

Setelah seminggu Bagas putus dari Farah, hati Bagas masih tetap sama yaitu untuk Aca. Bagas meminta Aca menjadi pasangan prom night nya, awalnya ditolak mentah-mentah oleh Aca. Namun, dirinya pun tak punya pasangan untuk diajak promo night jadilah ia mau pergi bersama Bagas.

Acara yang membawa mereka terkenang akan masa-masa SMA nya. Tiga tahun bersama, mencari jati diri pada masa-masa itu. Masa yang sulit untuk dunia percintaan yang kadang ditinggalkan atau justru meninggalkan.

Aca yang menikmati acara ini dan Bagas pun sama, selalu merangkul Aca bak pasangan kekasih. Teman seangkatan mereka semua tau kalau Aca dan Bagas hanya sebatas sahabat. Tapi dalam lubuk hati Bagas, Bagas menginginkan Aca melebihi sahabat.

Penampilan-penampilan yang dibawakan oleh pengisi acara dapat menghibur semua para tamu undangan yaitu alumni SMA Insan Cendikia ini. Setelah itu beranjak ke acara akhir yaitu berdansa dengan pasangannya.

Aca dan Bagas berdansa dengan sangat menikmati alunan musik. Degup jantung Bagas yang tak bisa dikondisikan sama dengan jantung Aca yang terus berdegup kencang.

"Ca... Janji ya selalu terus di samping aku sampai kapan pun" ucap Bagas, dibalas anggukan oleh Aca.

Saat acara prom night berlangsung ketika sedang acara makan dan ngobrol-ngorol ada yang menghampiri Aca. Orang itu adalah Damar.

"Ca, gua yakin setelah ini Lo bakal nemuin kebahagiaan" ucap Damar. Aca tak mengerti kenapa Damar bicara seperti itu.

Aca menganggap perkataan Damar adalah sebuah do'a "thanks bro!! Makasih ya udah terus mau sahabatan sama gua yang kek gini" ucap Aca dengan terkekeh. Damar mengangguk dan pergi meninggalkan Aca seraya menepuk bahu Aca.

🍁🍁🍁

Setelah acara prom night selesai, Aca dan Aga bergegas menuju angkringan. Saat ini kedua nya memesan dua nasi kucing dan dua es teh manis.

"Gimana kalau mulai besok kita cari kampus ca" ucap Bagas.

"Boleh juga tuh"

Bagas menoleh ke arah Aca yang sedang melahap nasi kucing nya "okeh besok kuy kita keliling cari kampus. Tapi kalau Lo dapet kampus yang ngasih Lo beasiswa Lo harus terima ya jangan ditolak. Lo itu pinter dan cerdas" ujar Bagas.

"Akhirnya ngakuin juga kalau gua pinter dan cerdas"

"Iya makanya yuk jadi bini gua ca, biar anak-anak gua pinter dan cerdas kek ibunya" ucap Bagas, lalu Aca yang mendengarnya sontak langsung menoleh ke arah Bagas.

"Hah??" Pekik Aca bingung.

"Apa?" Tanya Bagas.

"Maksud dari ucapan Lo apa?" Tanya Aca.

"Yang mana?"

"Yang tadi. Ibu dari anak-anak Lo maksudnya?"

Bagas menggaruk tengkuknya yang tak gatal "ah enggak.... Bukan maksud apa-apa, salah denger kali kuping Lo" ujar Bagas mengelak.

Entah kapan Bagas berani mengungkapkan isi hatinya. Isi hatinya yang berkata mencintai Aca.

"Ouhh"

"Ca, gak ada niatan nyari pacar?" Tanya Bagas.

"Enggak deh. Gua gak mau cari pacar yang gak ada serius-serius nya sama sekali. Gua mau nyari yang langsung serius sama gua. Di fase ini gua kayak ngerasa males banget buat main-main. Kenal, Deket, jadian, disakitin, ninggalin, terpuruk. Gua gak mau berada pada fase itu yang cuma ulang-ulang aja" jelas Aca seraya terus menyantap nasi kucingnya.

"Eum iya ca bagus tuh kayak gitu. Gua juga gak mau berada di fase itu terus. Kalau misal dalam waktu dekat ini ada yang ngajak Lo serius gimana tuh ca?"

"Ya kalau emang dia mau serius sama gua yaudah gua mau aja buat ngenal dia dari bibit, bebet dan bobotnya" balas Aca seraya tersenyum.

Bagas tersenyum mendengar jawaban dari Aca, tapi entah kenapa dia merasa takut jika suatu hari nanti ada seseorang yang mampu membuat hati Aca luluh dan orang itu bukan lah Bagas. Orang itu yang mampu mengambil Aca dari nya. Apa Bagas akan rela jika Aca dipinang oleh orang lain? Pasti tentu tak rela. Tapi jika Bagas mengungkapkan isi hatinya, apa Aca akan menerima dirinya yang notabene nya hanya seorang sahabat? Bagas tersenyum kecut.

"Nikah sama gua yuk ca" ucap Bagas lirih tapi mampu didengar oleh Aca.

Aca menoleh ke arah Bagas yang sedang menatap ke pandangan kosong "hah? Apa ga?" Tanya Aca bingung, sebab ia tak mendengar begitu jelas. Pertanyaan yang keluar dari mulut Bagas membuat hati Aca berbunga, karena Aca juga memiliki perasaan yang sama. Tapi Aca selalu menampik bahwa perasaan itu tak boleh terjadi.

"Apa?" Bagas menoleh ke arah Aca.

"Tadi Lo bilang sesuatu?"

"Ah enggak. Salah denger kali" balas Bagas mengelak. Aca menganggukkan kepala dan beroh-ria.

Bagas menatap lekat Aca yang sedang meminum segelas es teh nya "kalau bahagia Lo bukan sama gua, gua ikhlas ca. Yang terpenting lo pernah menjadi alasan gua untuk bahagia" gumam Bagas dalam hati seraya mengelus rambut Aca.

Aca yang mendapat perlakuan seperti itu dari orang yang berada di sampingnya langsung menoleh. Menatap pelaku yang berhasil membuat dirinya seperti jantungan.

Mereka saling menatap satu sama lain. Bagas dengan pikirannya yang mengatakan bahwa Aca selalu cantik di matanya. Aca yang memikirkan bahwa dia berharap suatu saat nanti kelak mendapat pendamping hidup seperti sosok sahabatnya ini. Tersadar akan hal itu Aca langsung memutus kontak mata dengan Bagas.




Bersambung...

Cinta Selamanya [E N D]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang