Pagi-pagi sudah dibuat sibuk dengan beberapa undangan yang akan diberikan kepada rekan-rekan bisnis ayah beserta papa.
Bagas yang akan bersiap untuk ke kampus, dan Aca membantu mengemas undangan yang akan disebarkan.
Setelah bersiap Bagas langsung menuju rumah Aca "Aca udah?" Tanya Aca seraya berdiri di ambang pintu rumah Aca.
Aca menoleh ke arah Bagas "udah nih. Jadi nanti sebagian buat ayah dan bunda siapa tau ada yang mau mereka undang. Papa sama Mama udah ambil undangan juga" jelas Aca.
"Siap deh"
Papa yang baru datang di ruang tamu "eh Aga, mau kampus atau ke kantor nih?" Tanya papa.
Aga langsung mencium tangan papa "ke kampus, pa"
"Yasudah berangkat dan hati-hati ya kalian"
Aca mencium punggung tangan papa dan Bagas mengikutinya "Aca berangkat pa"
"Berangkat ya pa"
"Iya nak" balas papa.
Aca yang membawa paperbag yang berisi undangan pernikahan yang akan disebarkan, tidak terlalu banyak. Bagas dan Aca akan mengunjungi beberapa temannya untuk menitipkan undangan tersebut, jadi lebih mudah untuk menyebarkan dengan bantuan teman.
Hari ini Aga dan Aca ke kampus membawa mobil milik Aga, katanya supaya bidadari nya gak kepanasan. Saat ini keduanya sudah berada di dalam mobil.
"Mas, kemarin kak Aldi bilang suka sama Aca" ujar Aca.
Bagas melirik ke arah Aca dan menepikan mobil yang ia kendarai.
"Dia bilang apa?"
"Iya dia bilang suka sama Aca, dan katanya semoga Aca juga punya perasaan yang sama kayak dia. Aca bilang aja kalau Aca gak bisa terus Aca pergi" jelas Aca.
"Menurut mas, Aca harus undang dia?" Tanya Aca.
"Iya kasih aja undangannya buat dia. Kamu gak masalah kan kalau kamu nikah muda kayak gini?"
"Iya gpp kok emang apa masalahnya. Aku juga rencana undang temen sekelas aku mas"
"Okeh deh sayang" balas Bagas yang melanjutkan laju mobilnya dengan kecepatan sedang.
Sesampainya di kampus, Bagas langsung mengantar Aca ke fakultas kedokteran setelah itu baru ia ke fakultas nya dan memarkirkan mobilnya. Bagas juga membawa beberapa undangan yang ia akan berikan kepada teman-teman sekelasnya yang dekat dengan nya saja.
Saat Aca tiba di kelas Aca sudah mendapati Winda yang sedang fokus dengan buku-bukunya.
"Pagi zeyeeng" sapa Aca.
"Pagi. Happy bener nih, gimana?"
"Apanya?"
"Persiapannya?"
"Oh udah kok tinggal sebar undangan. Btw Lo sebarin undangan buat temen kelas ya gua titip ke Lo aja oke" ujar Aca.
"Siap bos. Oiya gimana urusan kak Aldi?"
"Gua rencana undang dia. Bagas juga setuju sih. Lagian gua juga gak suka kan sama dia dan yang suka sama dia itu lo" ujar Aca.
Winda tersipu dibuat oleh Aca sampai mesam-mesem tidak karuan.
"Lagian kenapa kak Aldi suka sama Lo coba jelas-jelas Lo udah mau nikah sama Aga"
"Hahah mana gua tau. Kalau suka kak Aldi Pepet dong Win"
"Nih undangan nya nanti lo sebar ya ke anak kelas, nanti gua buru-buru mau ada yang gua urus" sambung Aca lagi seraya memberikan beberapa undangan.
Winda mengulurkan tangannya untuk menerima pemberian Aca. Dosen yang mengisi mata kuliah hari ini datang dengan sedikit terlambat tapi tak membuat Aca tak bersemangat.
Setelah usai mata kuliah Aca langsung menuju ke ruang pertemuan para anak beasiswa. Hari ini ada kumpulan tapi Aca izin tidak bisa mengikutinya, makanya dia menuju ke ruang perkumpulan untuk menemui ketua dari perkumpulan tersebut. Ketuanya adalah Aldi, momen yang pas untuk izin dan memberikan undangan.
Saat sudah sampai ruangan Aca tak menemui Aldi "kak, kak Aldi nya mana ya?"
Aca bertanya kepada Ody, Ody adalah wakil dari Aldi, sama sama semester 3 dan satu kelar dengan Aldi.
"Dia hari ini gak ngampus soalnya sepertinya dia ikut kegiatan gitu" jelas kak Ody.
"Ouh gitu ya kak. Eum aku mau izin gak bisa ikut perkumpulan hari ini. Sama mau titip ini buat kak Aldi" jelas Aca seraya memberikan undangan untuk Aldi.
Ody menerima satu undangan dari Aca tetapi kemudian Aca menyodorkan satu lagi "ini untuk kakak. Jika kakak berkenan hadir. Makasih ya kak, maaf merepotkan" Ody tersenyum menerima pemberian Aca.
"Dengan senang hati aku hadir, semoga lancar ya Aca" Aca tersenyum dan pamit meninggalkan Ody di depan ruang pertemuan.
Setelah itu Aca meninggalkan ruang pertemuan dan kemudian ke kantin kampus. Dirinya sudah janjian dengan Aga untuk bertemu disana.
Saat di tengah perjalanan ke arah kantin, langkahnya tercegah oleh seorang gadis dengan rambut pendek dan gaya modisnya. Gadis itu adalah Bela, sudah lama tak menampakkan diri dan hari ini ia menampakkan dirinya di depan Aca.
"Lo tuh bener-bener gak tau diri yaaa!!" Pekik gadis itu.
"Maksud Lo apaan sih?"
"Lo pikir gua gak tau Lo itu rebut Bagas dari gua!!!"
"Gua sama sekali gak rebut Bagas dari Lo, sejak kapan Bagas jadi milik Lo hah?"
"Dasar cewek gak tau diri!!! Lo itu sahabat nya doang cukup sahabatnya dan gak akan bisa jadi istri Bagas!!! Camkan itu!!!!"
Aca melanjutkan langkahnya tak memperdulikan Bela yang terus mengoceh macam burung beo.
"Maaf mas nunggu lama"
"Eh iya gpp. Gimana undangannya?"
"Udah beres semua mas"
Tiba-tiba gadis yang sempat mencegah Aca untuk ke kantin pun hadir "hai Bagas dan eum maaf siapa...?" Ucapnya berpura-pura. Aca sudah jengah mendengar dia yang terus saja mengganggu Aca.
"Aca" balas Aca.
"Iya Aca, boleh gabung?" Tanya Bela.
"Tentu saja" balas Aca yang langsung mendapat pelototan mata dari Bagas.
Bela langsung duduk tepat di sebalah Bagas, dan Bagas menggeser duduknya supaya tercipta jarak antara Bela dan Bagas.
"Bagas apa kabar? Tanya Bela.
"Baik"
"Gimana kuliahnya?"
Aca lebih memilih membuka ponselnya daripada melihat modus yang dilontarkan oleh bela.
"Baik"
"Syukur deh. Kamu gak marah kan sama aku?" Tanya Bela.
"Gak"
"Eum syukur deh kalau gak marah. Walaupun aku gak jadi istri kamu tapi boleh kan aku berteman sama kamu"
"Gak boleh!!!!" Batin Aca berteriak.
"Hm" balas Bagas.
"Aaaa makasih yaa Bagas" ucap Bela serta bergelayut manja di lengan Bagas. Bagas pun langsung melepaskan tangan Bela yang bergelayut di lengan Bagas.
Aca berdiri dari duduknya "aku duluan deh ya, aku tunggu kamu di tempat biasa kamu nunggu aku!" Ucap Aca lalu pergi meninggalkan Bagas dan Bela.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Selamanya [E N D]
Teen FictionKisah dua insan yang berlawanan jenis, status hubungan nya adalah sebagai sepasang sahabat. Rasa nyaman yang sudah sewajarnya ku dapatkan dari seorang sahabat selalu terasa dan melekat yang ku dapat dari sosok nya. ~Hafsya Melati Sahabat adalah sega...