Bagian 32

138 13 0
                                    

Aca melihat ke arah Winda "siapa?"

"Bagas"

"Ouh"

Winda menganggukkan kepalanya dan menyantap pesanan yang sudah datang. Aca dan Winda memang sudah akrab sejak SMP jadi tak heran jika kemana-mana Aca akan mengajak Winda. Apalagi pada situasi seperti ini, tak akan ada Bagas lagi dalam hidupnya.

"Oiya tadi kata Lo Bagas udah punya calon bini? Terus kapan nikah nya"

"Iya punya. Namanya Bela. Coba Lo tanya sama orang nya langsung aja mba" ucap Aca sedikit sewot. Karena dirinya tak ingin membicarakan soal Bagas untuk saat ini.

"Nanti dah kalau ketemu gua tanya"

Setelah mereka menghabiskan makan siang yang tertunda mereka berdua pun bergegas menuju rumah Winda. Winda dan Aca akan menyelesaikan tugasnya.

Saat ini keduanya sedang sibuk mengerjakan beberapa tugas yang diberikan oleh dosennya. Keduanya sama-sama fokus pada kerjaannya.

Ponsel Aca yang dibiarkan berdering terus pun sudah sangat menganggu. Sehingga Aca menonaktifkan ponselnya untuk sementara waktu.

🍁🍁🍁

Pukul 8 malam Aca baru tiba di rumah. Ia yang ingin memasuki pekarangan rumahnya melihat Bagas yang duduk di teras rumahnya.

Aca melepas helm yang ia kenakan, memarkirkan motornya dan membawa helm seraya melangkah masuk ke dalam rumah. Bagas yang mengetahui Aca sudah datang pun berdiri dari tempat duduknya.

"Dari mana aja kok jam segini baru pulang?"

"Sendirinya dari mana aja baru nongol. Oiya lupa udah ada yang punya" batin Aca.

Aca melangkah masuk ke dalam rumah namun di halangi oleh tubuh tegap Bagas.

"Minggir" ucap Aca.

"Ca... Kenapa sih kok menghindar?"

"Jangan ganggu gua lagi. Gua mohon, Lo udah punya kehidupan baru Lo sama Bela" balas Aca seraya kepala nya menunduk.

"Aca liat gua, gua gak ada hubungan apa-apa sama Bela. Gua udah nolak dia, jadi sekarang gua mau mgebuktiin ucapan gua buat ngajak lu serius" jelas Bagas.

Aca yang mendengar itu pun langsung masuk ke dalam tak memperdulikan Bagas sekalipun. Mama yang baru akan keluar rumah bertemu dengan keduanya, dengan keadaan Aca yang ingin masuk ke dalam rumah dan Bagas yang berada di ambang pintu.

Mama mengajak Bagas duduk di bangku yang berada di teras. Bagas terduduk dan menundukkan kepalanya sedangkan mama menatap iba kepada Bagas.

"Bisa dibicarakan nanti baik-baik sama Aca, kamu yang sabar" ujar Mama.

"Sebenernya kamu menerima perjodohan itu gak sih?" Tanya mama.

"Enggak ma. Bagas udah terlanjur sayang sama Aca, Bagas serius sama Aca" ujar Bagas.

"Pilihan ada di tangan kalian berdua. Kalau Aca memilih kamu, yang pasti sangat mama restuin" ujar mama. Bagas pun mengangguk tanda setuju.

Urusan ini akan Bagas selesaikan dengan ayah nya. Secepat mungkin ia akan bicarakan kepada ayahnya jika Aca lah calon dari pasangan hidupnya.

🍁🍁🍁

Saat ini Bagas bersama bunda nya sedang duduk bersama di ruang tamu. Ayah belum pulang dari rumah temannya itu diyakini itu rumah om Bram ayah dari Bela.

"Bunda, Aga serius Bun. Gak menerima perjodohan sama Bela. Aga udah punya pilihan sendiri. Pilihan Aga pun siap Bun" jelas Bagas.

Bunda membulatkan matanya seperti tak percaya penjelasan dari sang anak "siapa? Emang ada yang mau?"

"Ih bunda kok gitu sih"

"Siapa emang yang kamu ajak serius?"

"Aca"

"Uhuk...uhuk... Jangan bercanda Aga!!"

"Ih bunda serius ini, bunda bantu bilang sama ayah. Bagas mau nikah sama Aca"

"Becanda ah malem-malem mending tidur"

"Bunda kok gak percaya sih sama Aga"

"Kamu sama Aca sahabatan dari kecil loh. Kamu yakin nikah sama dia?" Tanya bunda meyakinkan.

"Bunda tatap mata Aga deh. Masa bunda gak percaya sih sama Aga. Awalnya Aga juga gak yakin tapi makin lama perasaan ini semakin jadi Bun. Aga gak kuat kalau Aca harus dimiliki sama orang lain kecuali Aga" jelas Bagas, membuat bunda melongo dengan penjelasan Bagas.

"Bunda restuin kamu ga. Bunda akan bantu bilang sama ayah soal ini" ujar bunda seraya mengelus bahu sang anak.

Sedangkan Aca yang berada dalam kamar hanya terngiang-ngiang dengan perkataan Bela. Bela meminta supaya Aca menjauhi Bagas. Dia akan melakukan itu, Aca terus mengingat betul perkataan dari Bela.

Aga💩: Aca pengen curhat:(
Aga💩: Aca beneran deh gak ada yang bisa diajak curhat selain Lo:( butuh Lo banget:(

Aca yang membaca singkat pesan dari Bagas ia pun merasa sedih, bagaimana tak sedih. Seorang sahabat yang sejatinya selalu hadir kala senang atau duka, dan kini sahabat nya tak ada.

Aca👸: besok cerita sama gue

Bagas yang mendapat balasan pesan dari Aca pun merasa kegirangan seraya mengucapkan "yesss!!!" Pekik Bagas.

Ayah yang sudah nimbrung di ruang tamu pun terkejut mendapati anaknya berteriak seperti itu.

"Kenapa kamu?" Tanya ayah

"Yah, ini penting banget pokoknya" ujar Bagas.

"Kenapa?" Tanya ayah, bunda yang terus menatap keduanya dengan hati yang terus berdoa supaya anaknya ini mendapatkan cinta yang sebenernya bukan cinta paksaan.

"Ayah, Bagas udah ada calon" ujar Bagas

"Siapa? Kenalkan segera ke ayah atau sebulan lagi kamu akan menikahi Bela"

"Tanpa Aga kenalin ke ayah, orangnya udah ayah kenal kok dan dia juga sudah sangat kenal betul dengan keluarga kita" jelas Bagas.

"Siapa?" Tanya ayah lagi.

"Aca"

"Hahahahah becanda kamu, kamu itu sahabatan loh sama dia. Buruk dan baik kalian sudah tau semua nya loh. Ayah gak percaya ah" ujar ayah mengelak.

"Yaudah kalau ayah gak percaya" balas Bagas meninggalkan kedua orang tuanya.

Selepas kepergian Bagas kedua orang tua nya masih melanjutkan perbincangan.

"Bunda pokoknya menentang ayah untuk menjodohkan Bagas!!!" Ucap bunda.

"Iya besok aku akan bawa Bagas untuk membatalkan perjodohan itu"

"Restuin Bagas dengan Aca, bunda cuma minta itu aja buat kebahagiaan anak kita" ujar bunda seraya meninggalkan ayah di ruang tamu.

Ayah terdiam seketika memikirkan hal yang baik untuk anaknya. Besok ia dan Bagas akan kerumah keluarga Bram dan membatalkan perjodohan ini demi kebahagiaan anaknya itu.



Bersambung...

Cinta Selamanya [E N D]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang