Bagian 16

152 13 0
                                    

Hari pertama Ujian membuat seorang Bagas merasakan takut. Takut akan gagal, jika gagal sudah lah tamat riwayatnya.

"Udah si selow napah tegang banget kayak mau ijab qobul" ujar Aca dengan tawanya itu.

"Santai dan rileks aja sob" ucap Damar yang menyambar "Lo enak belajar gua sama sekali gak Belajar" sambung nya lagi.

"Lo mah gak ada otak" ucap Bagas yang sukses membuat Aca dan Damar tertawa.

Bel masuk berdering, Bagas yang selalu merapalkan mantra-mantra nya. Aca menatap Bagas yang menunjukkan bahwa matanya mengatakan "Semangat Aga" lalu Bagas membalas dengan senyuman.

Aca, Bagas dan Damar memang satu ruangan. Mereka duduk terpisah, karena ujian itu duduknya sendiri-sendiri dan sesuai dengan aturan sekolah.

Saat mengerjakan ujian sesekali Aca melirik ke arah Bagas begitupun sebaliknya. Terkadang mereka saling melemparkan tatapan bahkan saling membalas senyuman.

Bagas sedang fokus pada lembar jawabannya "ini mah yang udah gua pelajarin sama Aca keluar semua" ucap nya dalam hati.

Selesai sudah hari pertama ujian, saat ini kedua nya sedang berada di kantin. Sebelum mengisi perut tak afdhol baginya untuk pulang ke rumah.

Aca memesan nasi goreng dan Aga memesan nasi beserta ayam bakar. Mereka berdua menikmati pesanannya itu dengan khidmat.

"Eh Lo gak dijemput laki Lo?" Tanya Bagas yang sontak membuat Aca kaget.

Aca berdiri "ah gila lupa gua gas ya ampun" ucap Aca dengan nada mercon nya itu.

"Kampret-kampret masih aja manggil gua gas, gas, gas!!!" Balas Aga.

Aca pun langsung meminum es tehnya dengan cepat, lalu meninggalkan Bagas.

Bagas yang baru sadar dan berdiri dari tempat duduknya "woi kampret belum bayar ini" teriak Bagas.

Terdengar suara samar Aca "talangin dulu bos" teriaknya.

Aca berlari melewati koridor-koridor kelas. Dilihatnya seseorang sedang menunggu di depan gerbang sekolah.

Sampai sudah pada tujuannya di gerbang sekolah. Nafas nya terengah-engah, dan Yuda menatap nanar sang kekasih.

"Kok lama?" Tanya Yuda.

"Hosh... Hosh... Hosh..." Nafas nya masih belum terkondisikan.

"Iyah tadi eumm...." Ucap Aca menggantungkan kata-katanya karena bingung harus jawab apa.

"Tadi apa?" Tanya Yuda menaikkan sebelah alisnya.

"Hm ohh iya itu tadi dipanggil sama guru" ucap Aca berbohong.

"Ouhh. Yaudah yukk!!" Ajak Yuda untuk segera mengantar Aca pulang ke rumah.

Aca pun segera naik ke atas motor Yuda dan Yuda melajukan motornya dengan kecepatan rendah.

Sesampai nya di depan gerbang rumah Aca, Yuda selalu saja menanyakan kapan akan dikenalkan ke orang tua Aca. Aca pun selalu menjawab jika orang tuanya sedang sibuk. Sekalipun itu weekend Aca akan beralibi seperti itu.

Entah ada apa dengan Aca, dirinya merasa tak siap untuk mengenalkan Yuda. Karena Yuda menurutnya tak layak untuk dihadapkan dengan kedua orang tuanya. Karena obsesinya yang sungguh terlalu menurut Aca, dan keegoisan dari Yuda.

Reaksi Yuda tak pernah berubah, tak pernah curiga juga. Yuda pun tak mengetahui kalau Aga dan Aca sudah tidak saling menjaga jarak.

🍁🍁🍁

Saat ini Aca sedang berada di ruang keluarga setelah belajar bersama Bagas.
Papa nya yang baru pulang dari luar kota, membawakan oleh-oleh untuk anak-anaknya.

Aca sedang fokus pada cemilan dan tontonannya saat ini. Sedangkan sang adik sibuk membuka oleh-oleh dari sang papa. Mamanya sedang melihat tingkah dari sang putri bungsunya.

"Ca.. kalau kamu gak berminat kuliah di luar negeri dan Ambil beasiswa itu papa gak keberatan sama sekali" ujar sang papa membuat Aca menoleh dan menatap sang papa dengan tatapan tak percaya.

"Ara setuju kalau kak Aca kuliah di dalam negeri aja pa!!!" Ucap Ara yang tak dimintai persetujuan sama sekali.

"Kok Ara yang jawab sih?" Ujar sang mama.

"Jawab dong kak. Bilang kalau Kakak tuh gak mau kuliah di luar negeri" ucap Ara mendesak Aca.

"Ehem... Iya pa sebenarnya Aca agak keberatan untuk menerima beasiswa itu dan jauh dari mama, papa serta Ara. Aca belum siap" jelas Aca dengan sangat hati-hati, sebab takut menyakiti hati sang papa.

Papa tersenyum hangat kepada sang anak "kalau Aca keberatan, papa gak akan maksa Aca kok. Aca bebas memilih pilihan hidup Aca termasuk nanti pasangan Aca" balas sang papa membuat Aca terharu.

Aca menghampiri sang papa dan memeluk sang papa "Aca sayang papa. Makasih ya pa" ujar Aca seraya mencium pipi sang papa.

"Padahal mama yang bujuk papa supaya kamu gak perlu kuliah di luar negeri" ucap mama yang sepertinya cemburu.

"Uluhhh... Uluhh.... Mama ku sayang" ucap Aca seraya melakukan hal yang sama dengan sang papa tadi.

"Padahal Ara loh yang yakinin papa kalau kak Aca ini bisa dapet beasiswa di universitas yang ada di Jakarta dan gak perlu jauh-jauh ke luar negeri" ujar Ara yang sepertinya ingin Aca perlakukan sama.

Tetapi saat Aca beranjak untuk ke arah Ara "eitsss Aca gak minta di cium. Ara cuma minta kakak traktir Ara selama satu Minggu!" Ujar Ara.

Aca mengacak-acak rambut Ara seraya menggelitiknya "rese-rese dasar adik yang selalu gak ikhlas sama kakak nya!!!" Ucap Aca dan tingkah mereka membuat tertawa satu ruangan.

Aca tidak jadi tinggal di luar negeri, hatinya serasa berbunga. Tidak ada LDR di antara siapapun. Kabar bahagia yang harus segera tersampaikan oleh Aga.



Bersambung...

Cinta Selamanya [E N D]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang