Bagian 36

146 13 0
                                    

Gadis itu adalah Bela, mantan jodoh dari calon suaminya. Bela yang masih memegang tangan Aca sampai pada tempat yang menurut Bela aman untuk bicara berdua.

Aca melepas cekalan tangan Bela, seraya mengelus tangannya bekas cekalan dari Bela.

"Lo tuh munafik ya, bener-bener munafik. Lo bilang sama Bagas cuma sahabatan. Tapi dengan embel-embel sahabat Lo malah Nerima lamaran dia. Lo punya otak gak sih?"

Aca terkekeh "maksud Lo apa?" Tanya Aca.

"Lo masih tanya apa maksud gua? Lo tau gak sih Lo itu orang yang munafik. Gua udah bilang jangan deketin Bagas tapi Lo malah deketin. Lo tuh mau nya apaan sih dari Bagas? Hartanya? Atau apanya? Biar gua kasih ke Lo dan Lo lepasin Bagas"

"Heh jaga tuh mulut Lo!!! Gua gak perlu harta dari Bagas karena orang tua gua juga mampu ngasih ke gua tanpa gua minta. Lo tuh punya mulut dijaga!!! Gak diajarin bukan sama orang tua Lo hah??"

Plak....

Satu tamparan mendarat pada pipi Aca, membuat Winda menoleh ke arah keduanya dan melangkah menuju ke arah Aca dan gadis itu. Suara tamparan yang menggema, suara tamparan yang terdengar di telinga Winda.

"Heh ngapa Lo nampar Aca? Salah apa Aca sama Lo?" Ujar Winda.

Aca yang masih memegang pipinya bekas tamparan dari Bela pun sudah tak tahan menahan air matanya.

"Lo tanya sama temen Lo yang murahan dan munafik!!!!" Ujar Bela seraya meninggal kan Winda dan Aca di tempat itu.

"Hiks..." Isak Aca yang mampu didengar oleh Winda.

Aca yang menutup wajah nya dengan kedua tangannya, dengan isakan kecilnya. Winda membawa Aca ke bangku yang dekat dengan sudut tempat yang ada di koridor kampus.

Winda memegang bahu Aca "kenapa? Cerita sama gua"

"Udah hey cep" ujar Winda.

Winda yang masih berusaha menenangkan Aca disana, tiba-tiba sosoknya datang menghampiri Aca. Siapa lagi kalau bukan Bagas, Bagas yang sedari tadi menjadi sosok Aca yang sudah tidak ada di kelas saat jam mata kuliah berakhir. Bagas mencari tau ke teman Aca yang lain dan mereka ketahui kalau Aca sedang di kantin jadi Aga menyusuri koridor kampus untuk mencari sosok Aca.

Bagas mendapati sosok Aca sedang duduk bersama Winda, Aca yang menutup wajah dengan kedua tangannya dan Winda yang merangkul Aca supaya Aca bisa menyandarkan kepalanya.

Bagas yang mendapatkan Aca pun berlari kecil menghampiri Aca dan Winda. Setelah sampai pada tujuan Bagas langsung merangkul Aca dan Aca menyandarkan kepalanya pada bahu Aga. Seraya menatap Winda yang tatapannya mengartikan untuk meminta penjelasan, namun Winda menggelengkan kepala tanda tak tau menahu.

"Kenapa ca? Cerita sama gue" ujar Bagas seraya menenangkan Aca yang masih terisak.

"Tadi ada cewek Dateng kesini, rambut pendek dan gayanya modis gitu. Gua gak tau apa yang mereka bicarakan, tapi gua denger suara tamparan dan gua yakin cewek itu nampar Aca" jelas Winda.

Bagas mengangguk dan memegang tangan Aca "hei udah ah kenapa sih?" Tanya Aga.

"Hiks... Kalau gini jadinya mending gua mundur"

"Mundur? Apa sih maksudnya ca?"

"Kalau jadi nya kayak gini gua gak mau deh Nerima Lo" ucap Aca seraya menyeka air matanya.

"Jelasin ke gua kenapa ca, gua baru Dateng dan gua gak tau kenapa sama Lo"

Pipi Aca memang terlihat merah, diusapnya pipi Aca oleh tangan Bagas "Bela?" Tanya Bagas yang mendapat anggukan dari Aca.

"Lo diapain sama cewek itu?"

"Dia bilang gua munafik, gua cuma pengen harta Lo, dia bilang kayak gitu"

"Udah gak usah dengerin dia lah ca, lo tenang ya, Kita gak perlu persetujuan dari dia kok. Sesulit keadaannya Lo gak boleh nyerah ada gua disini, okey" ujar Bagas dengan lembut.

Winda terlihat bingung sehingga terus menatap intens keduanya. Tanpa bertanya dan tanpa komentar.

"Kita fokus sama pernikahan kita ya" ujar Bagas.

Sontak membuat Winda harus berkomentar dengan kebiasaannya yang nyerocos tak ada hentinya.

"Omaygat!!!!" Pekik Winda

"Apa nih gua gak salah denger kan? Kalian apa tadi hah? NIKAH?" Ucap Winda dengan membulatkan matanya dan mengerjapkan matanya sesekali karena merasa tak percaya.

Aca tersenyum dan melihat ke arah Bagas yang sama tersenyum nya. Aca menegakkan tubuhnya dari sandaran Bagas.

"Kalian Gilak kali ah. Becanda nih kalian gak nikah kan? Cuma lelucon kali ya atau kuping gua salah denger. Plis deh kalian kalau ngehalu jangan sahabat sendiri yang jadi korbannya. Gua tau kalian sama-sama jomblo tapi gak usah ngehalu juga keleeesss" ocehan dari Winda.

"Win, gua serius mau nikah sama Bagas. Doain yah biar lancar sampai hari-H. Lo jangan bilang siapa-siapa, okey" ucap Aca meyakini Winda, dan Winda masih belum percaya dengan ucapan sahabat nya.

Winda menatap ke arah Bagas, dan Bagas menganggukan kepalanya "jadi kalian beneran? Nikah? Kapan? Omaygattt gak sangka gua!!!" Pekik Winda lagi.

"Gua doain semoga lancar ya kalian berdua dan yang kayak tadi tuh manusia musnah dari bumi" ujar Winda.

"Aamiin" ucap mereka ketiganya

Mereka pun memutuskan untuk pergi ke kantin bertiga. Aca yang dirangkul oleh Bagas membuat tatapan para mahasiswi seperti ingin memangsa.

Sesampainya di kantin, Bagas, Aca dan Winda langsung menempati tempat yang sudah sewajarnya berada di kantin.

Ketika sedang asik berbincang seraya menunggu pesanan datang, tiba-tiba hadirlah orang di tengah-tengah mereka. Posisi Aca yang duduk berada di samping Aga dan Winda berada di sebrang Aca.

"Hai semua. Boleh gabung?" Ucap seseorang itu yang baru hadir.

Winda menoleh kepada sang pemilik suara "boleh kak silahkan" ujar Winda, tanpa meminta persetujuan dari Bagas dan Aca.

"Terimakasih" balas nya seraya duduk di samping Winda dan sebelumnya Winda menggeser duduknya menjadi berhadapan dengan Bagas.

"Hai Ca, gimana kuliah hari ini?" Tanya Aldi.

"Lancar kak" balas Aca seraya tersenyum.

"Ehem..." Dehaman Bagas membuat Aca menoleh.

"Kenapa lo?" Tanya Aca menatap lekat Bagas.

"Gpp" balas Bagas singkat. Winda ketahui bahwa Bagas sedang menahan cemburunya.

"Kamu gak niat nanya aku balik ca?" Tanya Aldi lagi.

"Oiya kak Aldi gimana kuliahnya?" Sambar Winda.

"Lancar kok. Terimakasih loh" balas Aldi. Bagas yang mendengar ingin tertawa terbahak-bahak, dan Aca sudah menahan tawanya dengan menutup mulutnya menggunakan tangannya.

Mereka berempat makan bersama di kantin, dengan sesekali Aca yang diberikan perhatian kepada Aldi. Membuat Bagas ingin menonjok lelaki yang diyakini kakak tingkat dari calon istri nya itu. Winda yang selalu memberi kode kepada kak Aldi untuk disave nomer ponsel nya.

Bahkan seusai makan di kantin pun Bagas masih mendiami Aca. Dibilang cemburu tapi Bagas mengelak itu. Menurut Aca, Bagas sangat manis kalau cemburu.




Bersambung...

Cinta Selamanya [E N D]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang