"...Ah, baiklah. Kalau begitu akan kututup teleponnya."
Setelah mendapat jawaban dari lawan bicaranya, Yoongi segera mematikan telepon dan mengembalikan ponselnya ke dalam saku. Dia menoleh, memandang adiknya yang sedari tadi diam. Helaan nafas berat terdengar setelahnya. Kemudian dia berdiri dan berkata, "Kak Seokjin tidak bisa menjemput karena ada pasien darurat. Kita pulang dengan bus, ya." ujarnya kepada sang adik.
Jungkook hanya menoleh sekilas lalu mengangguk. Dia segera berdiri dan berjalan bersama Yoongi ke halte bus yang tak jauh dari sekolah. Keduanya berjalan dalam diam, tak mengeluarkan sepatah kata pun. Dalam kasus ini Yoongi hanya tidak ingin mengganggu Jungkook yang sedang menenangkan diri.
Bahkan sampai keduanya sampai di halte bus lalu duduk menunggu pun masih tak ada yang bersuara. Beberapa kali Yoongi menoleh ke arah sang adik lalu membuka mulut berniat untuk bersuara, tapi kemudian diurungkannya. Entah apa yang membuatnya ragu.
"Kak Yoongi."
Si pemilik nama spontan menoleh, tapi tak bersuara dan lebih memilih untuk membiarkan Jungkook kembali mengatakan sesuatu. "Kakak masih sering sakit atau tidak?" tanya Jungkook.
Kerutan muncul di dahi sang kakak. Dalam hati Yoongi bertanya mengapa adiknya tiba-tiba menanyakan hal semacam itu. Tapi seakan mengingat sesuatu, Yoongi langsung menormalkan ekspresinya kembali. "Kenapa? Dia masih tidak pergi?" kata Yoongi balas bertanya.
Jungkook mengangguk. Senyum tipis tercetak di wajah Yoongi diikuti oleh kepalanya yang mengangguk-angguk pelan. "Setidaknya kakak tidak sakit sesering dulu." ujar Yoongi.
Laki-laki yang lebih tua empat tahun dari Jungkook itu menoleh, meneliti sekelilingnya. Seolah-olah dia akan mendapati seseorang di sana padahal tidak ada orang lain yang terlihat selain dia dan adiknya.
"Jadi kau tidak akan menggangguku lagi, kan? Aku kan sudah meminta maaf." ujar Yoongi kepada angin kosong.
Jungkook hanya memperhatikan apa yang dilakukan oleh kakaknya dalam diam. Matanya melirik sosok anak yang duduk di sebelah Yoongi lalu kembali kepada kakaknya yang seolah-olah tahu jika sosok itu ada di sana. Mungkin terlalu sering mendengar cerita Jungkook tentang sosok itu membuat Yoongi ikut bisa merasakannya, meskipun tidak dengan melihat atau mendengar suaranya.
Tiba-tiba Jungkook tersentak, terkejut karena matanya bertubrukan dengan tatapan kosong sosok itu. Dia ingin segera melepaskan kontak, tapi tatapannya malah terpaku. Lagi-lagi sosok itu malah mengganggunya.
"Hei, Jungkook. Katakan jika aku tidak akan mengganggu. Tapi aku akan tetap mengikuti kakakmu sampai kapan pun."
Setelah menyuarakan itu, dia melepaskan kontak. Jungkook segera mengalihkan tatapannya sembari mengatur nafasnya yang mulai terasa tercekat. Tangannya terangkat kemudian memijit pelipisnya kala pening menghantamnya.
"Kookie, kenapa?"
Jungkook hanya menggeleng pelan tanpa menatap kakaknya itu. "Tidak apa-apa, kak." jawabnya lirih, nyaris tanpa suara.
"Sakit lagi?"
"Tidak, kak."
"Jangan berbohong."
"Tidak."
Decakan dari Yoongi terdengar lalu sedetik kemudian laki-laki itu menangkup wajah adiknya, memaksa yang lebih muda untuk menatapnya. Jungkook terlalu terkejut untuk bereaksi hingga kakaknya berhasil menangkap sisa ringisannya.
"Ayo katakan, Kookie."
"A-akh..."
Yoongi panik dan langsung merengkuh adiknya itu. "Kookie kenapa? Apa yang sakit?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Why I Can See You [END]
Fanfiction[방탄소년단 : 전정국] Jungkook tidak pernah berpikir jika dirinya akan terus melihat presensi aneh di sekitarnya. Ia hanya bingung, tak tahu harus bereaksi seperti apa ketika wujud wujud mengerikan itu tiba-tiba muncul di depan matanya. Mungkin dia berpikir...