TING TONG!
Mendengar suara itu, Yoongi langsung menoleh. Sempat terdiam sejenak, tapi dia langsung meletakkan amplop surat yang sudah hampir ia buka ke atas meja. Dengan segera ia berjalan ke arah pintu utama untuk melihat siapa yang barusan membunyikan bel rumah.
"Oh, Jimin?"
Setelah menggumamkan nama tetangganya itu, Yoongi memandang laki-laki yang berdiri di sampingnya. Dia bahkan tidak repot-repot berpikir jika mungkin itu tidak sopan saat pandangannya turun untuk memindai penampilan si orang asing.
Jimin yang sadar jika laki-laki itu sedikit tidak nyaman dengan pandangan tak bersahabat dari Yoongi langsung berucap, "Dia sepupuku, kak." sembari merangkulnya dengan senyum lebar. "Namanya Jihyun. Mulai sekarang akan tinggal bersamaku. Jadi aku mengantarnya untuk berkenalan." lanjutnya.
"Oh." Yoongi masih enggan memberikan sikap yang lebih bersahabat. Jihyun bahkan langsung menoleh ke arah Jimin, seolah sedang meminta sepupunya itu untuk segera mengakhiri suasana canggung yang tercipta. Namun sebelum Jimin mengatakan sesuatu Yoongi kembali berucap meskipun dengan nada yang terkesan tidak tulus, "Yoongi. Senang berkenalan denganmu."
Jihyun memaksakan seulas senyum yang jelas terlihat kaku karena situasi yang kurang mendukung. "Mohon bantuannya, kak." ujarnya sembari sedikit membungkuk.
Yoongi mengangguk singkat lalu memandang Jimin yang entah kenapa ikut merasa canggung. "Kookie dan Kak Seokjin tidak ada di rumah. Kalian boleh kembali nanti malam jika ingin berkenalan. Kebetulan aku harus menghabiskan stok bahan makanan sebelum semuanya tidak bisa digunakan." ujarnya.
"Oh, benarkah? Kalau begitu kami akan kembali nanti malam. Sampai nanti, kak." setelah mengatakan itu Jimin langsung menarik Jihyun untuk pergi dari sana, meninggalkan Yoongi yang masih memandang kepergian mereka.
Belum sempat Yoongi melakukan hal lain, deruman mobil yang memasuki halaman rumah menahannya. Dia memberi senyum tipis kepada Jungkook yang langsung keluar dan berlari menghampirinya dengan semangat, sama sekali tidak mendengar teriakan Seokjin agar berhati-hati.
"Hei, pelan-pelan." Yoongi semakin melebarkan senyum kala si bungsu langsung menubrukkan tubuh untuk memeluknya. Tidak ingat umur memang. Mentang-mentang paling muda. Tapi kenapa tidak jika kedua kakaknya saja senang?
"Jangan berdiri di sini. Ayo masuk." ucapan Seokjin langsung mendapat desisan kesal dari si bungsu. Kakak tertuanya itu selalu saja mengganggu momen manis dengan Yoongi. Menyebalkan. Tapi karena Yoongi langsung mengangguk dan menggandengnya untuk masuk ke dalam rumah, Jungkook tidak berkesempatan untuk menyatakan kekesalan. Dan bahkan setelah itu Yoongi langsung menyuruh sang adik untuk membersihkan diri sementara ia menyiapkan makan malam. Jadi karena pada dasarnya Jungkook selalu menurut kepada Yoongi, dia langsung naik ke kamarnya.
"Kak, ingin ku buatkan teh?" tawar Yoongi kepada sang kakak yang langsung duduk di sofa sembari menghela nafas lelah. Dia bukannya tidak menyadari wajah pucat itu sejak kedua saudaranya itu pulang.
"Ya, terima kasih."
Maka Yoongi langsung pergi ke dapur, meninggalkan Seokjin yang sedang menyandarkan tubuhnya di sana. Helaan nafas terdengar begitu berat dari belah bibirnya. Banyak masalah seharian ini. Bahkan tadi terjadi pendarahan luka. Sebenarnya dari pada duduk di sini, Seokjin lebih ingin membaringkan tubuh di tempat tidurnya. Tapi tubuhnya sudah terlanjur lemas, jadi Seokjin ingin mengumpulkan tenaga terlebih dahulu.
Tak sengaja ia mendapati amplop putih di meja dengan lipatan kertas yang mengintip keluar. Karena penasaran, Seokjin langsung mengambilnya dan membaca surat itu. Tapi beberapa detik kemudian ia langsung meremas kertas itu hingga menjadi bola kecil lalu melemparkannya ke tempat sampah dengan wajah yang semakin kusut.
"Apa ada masalah? Kakak terlihat lelah sekali."
Seokjin menolehkan kepalanya ke arah Yoongi yang datang dari arah dapur. "Yah, seperti biasa. Tidak perlu dipikirkan." ujarnya sembari mengambil cangkir berisi teh yang diberikan oleh sang adik.
"Kalau begitu kakak beristirahat saja. Aku akan memasak makan malam." Yoongi sedikit mengangkat sudut bibirnya lalu berbalik untuk kembali ke dapur. Seokjin memilih untuk tidak menahannya karena sedang dalam kondisi yang tidak baik. Jadi setelah sedikit mengumpulkan tenaga di sana, dia bergegas naik ke kamar dan beristirahat.
***
"Wah kakak memasak banyak sekali."
Yoongi hanya tersenyum kecil untuk menanggapi ucapan sang adik yang sedang menghampirinya. Anak itu langsung duduk di meja makan dan memandang semua makanan yang ada di sana sebelum menatap Yoongi yang datang dengan makanan baru lagi. "Apa ada yang akan datang?" tanyanya.
"Ya. Sepupu Jimin akan tinggal bersamanya mulai hari ini. Kakak memintanya datang karena Kookie dan Kak Seokjin tidak ada di rumah saat mereka datang tadi." jawab Yoongi sembari merapikan alat-alat makan di meja. Sementara Jungkook hanya ber-oh ria sembari memandang pekerjaan sang kakak.
"Kakak akan memanggil Kak Seokjin dulu." Setelah mengatakan itu, Yoongi langsung pergi dari sana.
"Kakakmu itu ternyata lebih baik daripada yang kupikirkan."
Jungkook menoleh untuk memandang Jihoon yang berdiri di sampingnya. Ya, dia akhirnya mengikuti Jungkook daripada menjadi penghuni rumah sakit. "Kau pikir kakakku seperti apa? Dia memang sangat baik." balas Jungkook sedikit membanggakan sang kakak.
"Berhenti membual, bocah."
Kali ini Jungkook dibuat mendecak karena kesal mendengar suara Daehyun yang sangat ia benci di saat seperti ini. "Tidak bisakah kau membiarkanku tenang sehari saja?" kesalnya kepada sosok itu.
"Aku akan melakukannya."
Dan setelah itu sosok Daehyun langsung menghilang entah kemana, bersamaan dengan kemunculan kedua kakaknya. Jungkook berusaha menghilangkan raut kesal di wajahnya dengan mengembangkan senyum.
"Siapa yang akan datang?" tanya Seokjin sembari duduk di sebelah Jungkook. Dia sama herannya ketika melihat ternyata Yoongi memasak sebanyak ini. Jelas tidak mungkin jika hanya untuk mereka bertiga. Tapi sebelum Yoongi sempat menjawab, suara bel rumah terdengar dan dia langsung pergi untuk membukakan pintu. Tak lama kemudian dia kembali dengan dua orang lainnya.
Seokjin tersenyum ramah menyambut keduanya, tapi tidak dengan Jungkook. Mendadak tubuhnya menegang ketika menyadari siapa yang datang. Terlebih saat laki-laki yang datang bersama Jimin memberi salam basa-basi lalu memandangnya dengan tatapan penuh arti.
Padahal Jungkook sempat berpikir tidak akan melihatnya lagi setelah kejadian itu. Dia pikir semuanya sudah selesai dan orang itu akan membiarkannya hidup dengan tenang. Tapi ternyata Jungkook terlalu banyak berharap.
"Aku yang tertua di sini. Panggil saja Kak Seokjin. Ini Jungkookie."
Jihyun mengangguk, masih dengan senyuman yang terlihat mengerikan di mata Jungkook. "Halo, kak. Semoga kita bisa berteman baik, Jungkookie."
Tak ada respon dari Jungkook hingga ketiga orang lainnya saling menatap dengan bingung. Seokjin menepuk pundak sang adik, mengingatkannya agar bersikap sopan. Maka dengan kaku, Jungkook memaksakan seulas senyum dan mengangguk pelan.
Aku harap ini tidak nyata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why I Can See You [END]
Fanfiction[방탄소년단 : 전정국] Jungkook tidak pernah berpikir jika dirinya akan terus melihat presensi aneh di sekitarnya. Ia hanya bingung, tak tahu harus bereaksi seperti apa ketika wujud wujud mengerikan itu tiba-tiba muncul di depan matanya. Mungkin dia berpikir...