CHAPTER 4 : Bagian 9

476 71 0
                                    

Hoseok masih belum percaya jika semua ini nyata, bahkan setelah Jimin menjelaskan semuanya. Jemarinya masih sibuk mencari foto-foto lain di ponsel Jimin. Gila, mereka ternyata dekat. Buktinya banyak sekali foto Jihyun di sana. Kenapa selama ini dia tidak tahu jika mereka sepupu?

"Kau tahu kelakuannya di sekolah?" tanya Hoseok sembari menyodorkan kembali ponsel Jimin kepada pemiliknya.

Sementara Jimin hanya mengendikkan bahu lantas menyimpan ponselnya kembali. "Dia memang begitu. Tapi setidaknya dia sudah berubah menjadi lebih baik dari pada sebelumnya." balasnya.

"Bagian mananya yang lebih baik?" sentak Hoseok dengan tatapan tak percaya. Kelakuannya saat ini saja sudah sangat keterlaluan, tidak masuk akal. Apa Jimin memintanya untuk memikirkan sesuatu yang lebih buruk dari itu?

"Kak, kau akan sependapat denganku jika melihat bagaimana kelakuannya dulu."

Mendadak ia penasaran. Peristiwa mengerikan semacam apa yang membuat Jimin berpikiran semacam itu? Bagaimanapun juga semuanya sangat tidak masuk akal untuk bisa dicerna otaknya. "Apa yang dia lakukan dulu?" tanyanya sembari memajukan tubuh, menyatakan seberapa antusiasnya untuk mendengar penjelasan Jimin yang lain.

Mengacuhkan antusiasme laki-laki yang lebih tua, Jimin malah menghela nafas sembari menyandarkan tubuhnya ke sofa. Hal yang membuat Hoseok mendesah kecewa lalu mengambil air mineral dan meneguknya. Jimin sedikit mendongak dengan pandangan menerawang, seolah sedang berpikir dan mengingat-ingat kejadian apa yang bisa membuat laki-laki itu puas. "Merundung teman sekelasnya hingga bunuh diri." ujarnya tanpa nada.

"Uhuk..."

Ingatkan Hoseok untuk tidak coba-coba minum saat sedang membicarakan hal serius. Dia sampai tersedak karena terlalu terkejut. Namjoon yang duduk di sampingnya langsung memberi tepukan pelan di punggungnya lalu menyodorkan selembar tissue.

"Dia juga pernah membuat adik kelasnya masuk rumah sakit dalam keadaan kritis hingga koma selama seminggu."

Hoseok mendelik. Seharusnya Jimin memberinya waktu untuk meredakan keterkejutannya atas pernyataan yang tadi. Sekarang ada lagi? Sebenarnya Jihyun itu seorang psikopat, ya? Dia tidak percaya Jimin bisa menceritakan ini dengan begitu tenang.

Tapi mendengar semua itu membuat Hoseok berpikir, apa yang dilakukan Jihyun kepada Jungkook tadi pagi. Mana mungkin berandal sepertinya mau menolong orang lain tanpa tujuan khusus. Mungkin terdengar kejam karena seharusnya Hoseok tidak menuduh sembarangan. Tapi sekarang tidak ada pemikiran positif di kepalanya setelah mendengar itu semua.

Hoseok menoleh, memandang Jungkook yang kembali tertidur beberapa menit yang lalu. Mungkin saat anak itu bangun nanti Hoseok harus menanyakan semuanya. Dia tidak ingin Jungkook berhubungan dengan Jihyun. Itu berbahaya sekali.

"Tapi kurasa kau harus tahu alasan dia melakukan itu juga, kak."

Ucapan Jimin yang tiba-tiba berhasil menarik perhatian Hoseok, bahkan Namjoon dan Taehyung yang sedari tadi hanya mendengarkan. Sementara Hoseok mendenguskan tawa, berpikir hal apa yang membuat seseorang melakukan hal sekejam itu. Saat masih dibawah umur pula. "Kau pikir apa yang bisa menjelaskan semuanya?"

Jimin tersenyum tipis, miris sekali. Dia sudah menduga akan mendapat respon semacam itu. Maka dengan diiringi helaan nafas, ia mengotak-atik ponselnya sejenak lalu memperlihatkan sebuah foto kepada mereka. "Laki-laki yang ini, dia adik kembar Jihyun. Dia mencoba membalas perlakuan buruk orang-orang kepada adiknya meski dengan cara yang salah. Tapi belakangan dia mengakui sesuatu kepadaku. Jihyun melakukan perundungan kepada orang yang sama sekali tidak bersalah. Entah atas alasan apa, aku tidak bisa memaksanya mengatakan hal yang tidak ingin dia katakan. Bahkan aku tidak tahu siapa yang ia maksud."

Ketiganya memandang foto itu dengan cermat sebelum kemudian sebuah pernyataan lain membuat mereka tercekat. "Namanya Jihoon. Dia meninggal beberapa hari yang lalu karena kecelakaan lalu lintas."

"Maksudmu...?!"

Jimin mengendikkan bahu sekali lagi. "Dia terlihat sangat menyedihkan jika sedang sendiri, tapi kembali menjadi berandal saat ada orang lain di sekitarnya. Kemarin dia pindah ke rumahku karena merasa tidak dianggap lagi di rumah. Orangtuanya hanya menyayangi Jihoon dan terus menyalahkan Jihyun karena tidak bisa menjaganya hingga adiknya itu meninggal."

Sepertinya Hoseok menyesal karena terus menyalahkan Jihyun sedari tadi. Ternyata ada banyak rasa sakit yang ditanggung laki-laki itu hingga semua ini terjadi. Dan lagi dia malah tidak percaya jika Jihyun dan temannya yang membantu Jungkook tadi. Hoseok bertekad untuk meminta maaf jika bertemu lagi.

Belum ada yang sempat bersuara lagi saat suara pintu terbuka mengambil alih atensi mereka. Tapi sedetik kemudian mereka mendelik tak percaya saat melihat Yoongi yang datang dengan seorang perawat yang membantu mendorong kursi roda dan membawakan infusnya. Serentak mereka berdiri lalu menghampiri laki-laki itu, tak peduli dengan reaksi risihnya karena dikerubungi.

"Kak Yoongi, bagaimana bisa? Kami bahkan tidak boleh masuk ke ruang rawatmu sejak tadi." Namjoon yang bersuara, tak habis pikir taktik kotor apa lagi yang membuat perawat ini membiarkan Yoongi keluar dari ruang rawatnya.

"Menyingkir dari hadapanku!" bukannya menjawab, Yoongi malah mendesis kesal. Karena tak memiliki pilihan lain kecuali menurut mereka segera menyingkir, membiarkan perawat itu mendorong kursi roda Yoongi melewati semuanya.

"Lihat, di sini masih cukup luas. Kenapa tidak membiarkanku berada di sini saja?" itu Yoongi, berbicara kepada perawat yang mengantarkannya. Bahkan dia tidak segan mendebat semua perkataan yang menolak pendapat yang ia ucapkan. Dan seperti yang sudah-sudah, tidak ada yang bisa memenangkan debat dengan laki-laki itu.

Yoongi menjentikkan jari, puas dengan kesepakatan final antara dia dan si perawat. Dia akan memindahkan Yoongi ke sini, persis seperti permintaan laki-laki itu. Jadi setelah mengucap terima kasih yang begitu tulus, Yoongi membiarkan perawat itu pergi untuk menyiapkan semuanya.

"Jadi sejak kapan kalian di sini?" tanya Yoongi kepada keempat orang yang sedari tadi hanya diam memperhatikan interaksinya dengan si perawat yang barusan pergi.

"Ah, Jungkookie meneleponku tadi pagi. Jadi aku langsung datang." jawab Hoseok.

Yoongi mengangguk-anggukkan kepalanya lantas beralih kepada tiga orang yang lain. "Kalian?" tanyanya.

"Aku mendengar kabar dari Jihyun, jadi langsung datang dengan Taehyung kemari. Kak Namjoon memang ada di rumah sakit untuk menjaga adiknya."

Yoongi merasa tidak ada yang aneh kecuali saat mama Jihyun disebutkan. "Jihyun juga tahu? Bagaimana bisa?"

"Dia yang pertama datang dan membawa kalian ke rumah sakit, kak."

"Ah..." Yoongi menggumam singkat lalu terdiam sebentar. "Aku harus berterimakasih nanti." lanjutnya pada diri sendiri.

"Tapi, kak... Apa yang sebenarnya terjadi?"

Pertanyaan Taehyung membuat Yoongi langsung bungkam. Dia ingat semua yang terjadi, termasuk Seokjin yang nyaris membunuhnya dan Jungkook yang datang membantu sesaat sebelum ia kehilangan kesadaran. Tapi ada sesuatu yang harus ia pastikan. Dan sampai saat itu, dia tidak bisa mengatakan apapun kepada mereka.

"Entahlah, aku tidak ingat." pada akhirnya hanya itu yang bisa ia katakan.

Why I Can See You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang