CHAPTER 2 : Bagian 8

767 91 0
                                    

Pada akhirnya Seokjin dan kedua adiknya tetap berada di rumah sakit, tidak pulang. Diputuskan seperti itu karena akan lebih mudah bagi Jungkook untuk pemeriksaan selanjutnya. Dia juga harus menjalani terapi beberapa hari ke depan. Sedangkan Yoongi drop lagi untuk yang kesekian kali, jadi membutuhkan perawatan juga. Saat ini keduanya tertidur di ruangan yang sama, tapi di ranjang yang berbeda. Seokjin yang memintanya.

Tapi meskipun kedua adiknya sudah terlelap, si sulung masih sibuk dengan lembaran laporan hasil pemeriksaan. Melihat betapa fokusnya laki-laki itu meneliti larik-larik tulisan dengan ditemani secangkir cokelat panas, sepertinya dia lupa bahwa dirinya hampir pingsan tadi siang.

Bagi Seokjin asal dirinya sudah tidak merasakan sakit lagi, maka dia harus kembali ke rutinitasnya. Termasuk pekerjaan dan memperhatikan kedua adiknya tentu saja. Jadi karena dia meninggalkan tugasnya tadi siang-meskipun digantikan Seokjung-maka sekarang dia mulai memeriksa beberapa dokumen dari pasien yang sudah dijanjikan akan diambil besok.

Karena malam sudah larut dan kedua adiknya sudah tertidur, hanya suara detak jam yang terdengar memenuhi ruangan. Sesekali dentingan cangkir dengan tatakannya setelah Seokjin menyesap minuman panas itu lalu meletakkannya kembali.

Suasana di luar juga tenang, seperti biasa. Karena peraturan rumah sakit agar tidak membuat keributan, tentu saja. Sebenarnya suasana seperti ini sudah biasa baginya. Beberapa bulan terakhir dia mulai mengambil shift malam dan berakhir di tempat ini hingga pagi menjelang. Bedanya kali ini dia ditemani dua adiknya yang terlelap dengan nyaman.

"Assh, kenapa..."

Seokjin menghentikan aktivitasnya untuk sekedar menyandarkan tubuh lalu memijit kepalanya ketika pening kembali menyerang. Sejenak dirinya diam dalam posisi sekarang. Tapi kemudian dia menutup map yang berada di tangannya lalu melempar benda itu ke atas meja. Sadar jika dirinya sudah mencapai batas, Seokjin segera merubah posisinya untuk berbaring dan memejam sejenak.

Mungkin dia akan bertahan dalam posisi itu hingga beberapa saat ke depan jika suara ketukan samar tidak terdengar setelahnya. Seokjin bangkit, terduduk kembali. Kemudian dengan rasa penasaran dirinya berdiri untuk melihat siapa yang mengganggunya.

Begitu pintu dibuka, Seokjin mengernyit dalam. Bukan karena apa, hanya merasa aneh karena Seokjung berdiri di sana. Terlebih dengan raut tak bersahabat yang ditampilkan wajahnya. Dalam hati Seokjin mengumpat. Rasanya dia memiliki teman dengan kemampuan cenayang. Apa Seokjung tahu bahwa dirinya hampir pingsan lagi barusan?

"Apa yang kau lakukan? Ada shift malam?" tanya Seokjin karena laki-laki di hadapannya itu tetap diam.

"Aku hanya memeriksa. Kupikir kau tidak ada di sini."

"Oh.." rasanya Seokjin tidak memiliki kata lain untuk merespon ucapan dari temannya itu. "Kupikir aku akan tinggal di rumah sakit hingga beberapa hari. Yoongi dan Jungkook sakit lagi, kau tahu itu." lanjutnya.

Seokjung hanya mengangguk singkat lalu memandang isi ruangan, memperhatikan dua manusia yang terlelap di ranjang masing-masing. Kemudian atensinya kembali kepada Seokjin yang masih diam di hadapannya, sepertinya tak membiarkan Seokjung masuk barang sebentar. Benar juga, sih. Sudah malam dan Seokjin juga ingin beristirahat.

"Kalau begitu beristirahatlah. Aku harus memeriksa beberapa pasien."

Kali ini Seokjin yang mengangguk kemudian membiarkan temannya itu pergi meninggalkannya di ruangan itu bersama kedua adik. Setelah memastikan Seokjung menghilang di ujung lorong, dia segera menutup pintu lalu menghamburkan tubuhnya ke sofa.

Laki-laki itu menguap singkat, pertanda kantuk mulai menyerangnya. Tentu saja, hampir tengah malam. Dengan segera dirinya merapikan map-map laporan yang berserakan di atas meja lalu menumpuknya menjadi satu. Rasanya dia terlalu malas untuk sekadar pergi ke ruangannya dan menyimpan semua itu di sana. Padahal ruangannya tidak jauh dari sana, tapi tetap saja Seokjin malas. Jadi dia hanya menyimpan semuanya di atas meja lalu membaringkan tubuhnya di sofa untuk beristirahat.

"Kak..."

Seokjin sudah memejamkan mata dan hampir terlelap saat mendengar suara adiknya. Jadi dia langsung bangun dan menoleh untuk memeriksa. Yoongi di sana, duduk bersandar sembari memandangnya.

"Kau bangun? Ada yang sakit?" tanya Seokjin sembari berjalan menghampiri adiknya itu. Awalnya dia berniat untuk memeriksa, tapi Yoongi menahan tangannya lalu menarik Seokjin untuk duduk. Lihat, dia memang bisa bersikap manja-terkadang.

"Rasanya tidak nyaman. Bau obat di mana-mana. Aku ingin pulang." keluhnya sembari menyandar ke bahu lebar sang kakak.

Tapi nyatanya keluhan itu tidak ditanggapi serius oleh Seokjin yang sudah terlampau sering mendengarnya dari sang adik. Dia hanya bergerak untuk mengelus surai adiknya lalu kembali diam. Yoongi? Awalnya menolak, tapi akhirnya menikmati gerakan halus di kepalanya.

Yoongi hanya akan menerima perlakuan manis dari Seokjin di saat seperti ini. Maksudnya saat dia sakit sementara Jungkook terlelap. Kenapa? Karena si bungsu tidak akan membiarkan Seokjin menyentuh kakak keduanya jika dia dalam keadaan baik untuk terjaga. Memang begitu, Jungkook terkadang bersikap posesif jika Yoongi sakit.

Sementara Seokjin tidak akan membuat adik bungsunya berteriak dan hanya memeriksa Yoongi seperlunya. Setelah itu selalu Jungkook yang keras kepala berniat menjaga kakaknya. Bahkan terkadang dia tertidur begitu saja di sisi tempat tidur hingga akhirnya Seokjin harus menggendongnya untuk tidur dengan benar.

Lagi pula Yoongi tidak suka jika Seokjin bersikap terlalu 'memanjakannya' seperti saat ini. Terkadang dia memang diam saja dan menikmati, tapi di lain waktu benar-benar tidak ingin disentuh Seokjin jika kakaknya itu sudah terlihat akan memperlakukannya seperti itu.

"Kakak sudah tidak ada pekerjaan, kan?" Yoongi kembali bersuara tanpa mengubah posisi, masih menikmati usapan lembut di kepalanya.

"Tidak, sudah selesai. Lagi pula ini sudah tengah malam. Jika kau ingat, kakak juga manusia dan butuh beristirahat." jawab Seokjin asal.

Yoongi mengernyit singkat, selalu tak menyukai candaan kolot dari kakaknya. Tapi kemudian dia memutuskan untuk tidak mempermasalahkan itu karena sudah terlalu terbiasa. "Kakak tidur denganku saja. Berbaring di sofa tidak terlihat nyaman." ujarnya kemudian.

"Ti..."

"Di sini tidak nyaman. Aku memerlukan seseorang untuk memelukku hingga tertidur." Yoongi sengaja memotong ucapan Seokjin karena tahu bahwa kakaknya itu akan menolak.

"Heol, kau mengatakan apa barusan? Aigo, aku tidak percaya ini."

Yoongi berdecak kesal. Seokjin memang selalu menemukan sesuatu yang bisa digunakan untuk menggodanya. Dia itu sangat menyebalkan dan itulah yang membuat Yoongi terkadang ingin menjauhkannya. Yah, meskipun pada akhirnya tidak bisa berjauhan dengan kakaknya itu.

"Kak, aku ingin tidur sekarang. Berhenti berbicara, oke?" ujarnya dengan nada kesal yang begitu kental.

"Oke, oke. Berhenti marah-marah seperti itu."

Dan akhirnya konversasi antara kakak beradik itu harus berakhir dengan keduanya yang beranjak untuk pergi ke alam bawah sadar masing-masing.

Why I Can See You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang