Yoongi tiba di rumah dengan perasaan aneh dan bingung. Dia mengernyit, merasa heran karena rumah sepi. Seingatnya Seokjin telah mengatakan bahwa dia akan tinggal di rumah untuk menjaga Jungkook. Tapi ciri-ciri kakaknya itu ada di rumah adalah rumah rapi dengan sedikit kebisingan. Tidak mungkin Seokjin membiarkan Shiro-kucing Jungkook-mengacak-acak ruang tengah seperti yang dilihatnya sekarang.
Laki-laki itu menghela nafas dan segera mengangkat Shiro sebelum kucing berbulu putih itu menjatuhkan vas bunga yang ada di atas meja. "Shiro, kau dalam masalah jika Kak Seokjin mengetahui apa yang kau lakukan?" ujar Yoongi kepada kucing itu sembari berjalan membawanya ke kasur kucing yang dibeli Seokjin dua hari yang lalu.
"Diam di sini, oke?" kata Yoongi yang langsung membuat si kucing menggeliat lucu lalu mengeong. Yoongi yang melihatnya langsung tersenyum. Jika ini bukan kucing Jungkook, maka Yoongi sudah lama mengangkat Shiro sebagai saudaranya.
"Baiklah. Jangan berulah, ya." itu kalimat terakhir Yoongi sebelum kemudian berbalik dan berjalan menaiki anak tangga. Awalnya Yoongi ingin langsung masuk ke kamarnya dan mengganti seragamnya dengan pakaian rumah. Tapi ketika melihat pintu kamar Jungkook dia mengurungkan niatnya dan malah berjalan menuju kamar sang adik.
Tanpa harus mengetuk-karena mungkin Jungkook sedang tidur dan Yoongi tidak ingin mengganggu-Yoongi membuka pintu perlahan dan melongok ke dalam. Tidak sesuai dugaannya, kamar adiknya itu sangat berantakan dengan berbagai benda yang berserakan di mana-mana.
Yoongi berjalan masuk lalu menutup pintu dengan hati-hati. Jungkook masih terlelap dan Seokjin yang memeluknya ikut tertidur. Melihat kekacauan ini membuat Yoongi berpikir jika mungkin telah terjadi sesuatu yang buruk. Tentu dia masih ingat bagaimana Jungkook memberontak tadi malam. Mungkin saja selama dia sekolah terjadi sesuatu semacam itu.
Tanpa menunggu lama Yoongi memunguti barang-barang yang berserakan di lantai dan menatanya di tempat semula. Hampir semua barang yang ada di dekat tempat tidur jatuh ke lantai. Bahkan ada pecahan gelas dan mangkuk yang masih terisi. Ini benar-benar kacau.
"Akh.."
Yoongi mengerang pelan ketika mendapati jarinya tertusuk pecahan gelas dan langsung mengeluarkan darah. Tapi seakan tak peduli Yoongi hanya meraih kotak tissue lalu membersihkan darah yang keluar dan kembali membersihkan kekacauan itu.
"Yoongi? Sudah pulang?"
Mendengar suara sang kakak, Yoongi spontan menoleh dan mendapati Seokjin sedang memandangnya masih dalam posisi berbaring. Seokjin bangkit dengan hati-hati, tak ingin si bungsu terganggu.
"Astaga, Yoongi! Tanganmu..."
Yoongi merotasikan matanya, tak senang mendapat reaksi berlebihan dari kakaknya. "Kak, jangan berlebihan." ujarnya sembari melanjutkan aktivitasnya yang tertunda.
"Jangan mengambilnya dengan tangan kosong seperti itu. Yoongi, berhenti."
"Kak..."
Seokjin yang sudah hampir berdiri langsung terdiam karena mendengar suara Jungkook. Bukan hanya dirinya, Yoongi juga ikut menoleh ke arah si bungsu. Jungkook masih memejamkan matanya, hanya meracau menggumamkan 'jangan pergi' dan 'jangan tinggalkan aku' berulang kali.
Akhirnya Seokjin mengurungkan niatnya untuk bangun dan kembali mendudukkan diri di tepi tempat tidur. Tangannya bergerak untuk mengusap surai si bungsu sembari memberi kecupan singkat untuk menenangkan adiknya itu. Sepertinya Jungkook memang tidak akan membiarkannya pergi selangkah pun dari sana.
"Yoongi, jangan gunakan tangan kosong. Kau terluka." Seokjin kembali berkata kepada Yoongi yang dengan keras kepala tidak ingin menuruti perkataan kakaknya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why I Can See You [END]
Fanfic[방탄소년단 : 전정국] Jungkook tidak pernah berpikir jika dirinya akan terus melihat presensi aneh di sekitarnya. Ia hanya bingung, tak tahu harus bereaksi seperti apa ketika wujud wujud mengerikan itu tiba-tiba muncul di depan matanya. Mungkin dia berpikir...