Hoseok dan yang lainnya mungkin terkejut, tapi Jungkook yang paling terkejut saat mendapati wajah Yoongi sedetik setelah ia membuka mata. Bahkan ia harus rela meringis sakit saat spontan bergerak karena keterkejutannya. Saat itu Yoongi khawatir, tapi gemas juga pada reaksi lucu adiknya. Maka selanjutnya bukan pandangan cemas yang ia dapat, tapi desisan kesal karena si bungsu jelas tahu jika dirinya sedang ditertawakan.
"Kak Yoongi kenapa di sini? Sudah tidak apa-apa?"
Yoongi mengangguk lalu menggeleng, membuat Jungkook harus mengernyit karena bingung. "Sudah lebih baik. Kakak juga diperbolehkan pindah ke sini. Tapi tidak, Kookie. Tidak boleh menanyakan itu saat Kookie juga sedang sakit." Yoongi mencoba menjelaskan setelah memahami raut bingung adiknya.
Sementara Jungkook tersenyum kecil. Sudah hafal jika kakaknya pasti akan mengatakan itu, tapi tetap tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya. "Kookie tidak sakit, kok. Ha..."
Gelengan kepala Yoongi menghentikan ucapan Jungkook begitu saja. "Kookie tidak akan dirawat di sini jika tidak sakit," ujarnya. Memang benar, Jungkook tidak bisa menyangkal. Tapi sejujurnya tadi dia hanya terlalu syok dan panik lalu akhirnya pingsan. Setelah beristirahat sejak tadi sudah tidak ada rasa sakit sama sekali. Mungkin hanya sedikit pening yang masih belum sepenuhnya hilang. Dari pada diri sendiri, Jungkook lebih mencemaskan kedua kakaknya. Terlebih Seokjin yang sampai sekarang belum ada kabar. Yoongi juga, mengingat betapa buruk keadaannya beberapa jam yang lalu. Tapi melihat keberadaan Yoongi di dekatnya membuat Jungkook merasa sedikit tenang. Setidaknya dia tahu jika sang kakak sudah lebih baik.
Lantas seakan baru menyadari jika hanya mereka berdua yang ada di sana, Jungkook menoleh ke sekelilingnya. Mencoba mencari keberadaan empat laki-laki yang tadi masih di sana meskipun tidak menemukan apa-apa. Pandangannya kembali kepada Yoongi, yakin jika laki-laki yang lebih tua mengetahui sesuatu. Lalu tanpa perlu ditanya Yoongi langsung berkata, "Yang lain sedang pergi makan malam. Katanya mereka akan kembali lagi. Padahal kakak sudah mengatakan tidak perlu."
Jungkook mengangguk samar, mengisyaratkan bahwa ia mengerti pada penjelasan sang kakak. Ia lantas menyandarkan tubuh, menghela nafas dengan kesan lelah yang begitu kentara. Dia hanya tidak mengerti. Ini kali pertama sosok-sosok itu mengganggu kehidupannya secara langsung. Terserah jika mereka mengganggunya. Jungkook bisa melihat mereka, jadi dia bisa sedikit was-was. Tapi kenapa kedua kakaknya? Berbagai pemikiran semacam itu terus berputar di kepala.
"Kakak tidak lelah duduk di situ?" Jungkook bersuara sedetik setelah menyadari jika sang kakak berada di posisi tak nyaman. Lagi pula yang sakit itu Yoongi, kenapa sekarang malah dia yang diperlakukan seolah dirinya benar-benar lemah? Ah, itu tidak benar.
"Kakak akan pindah nanti." balas Yoongi sembari mengulas senyum tipis.
"Mau kubantu?"
Tanpa menunggu jawaban, Jungkook turun dari tempat tidur lalu mendorong kursi roda Yoongi ke dekat brangkarnya yang hanya berjarak satu meter dari posisi awal. Dia bahkan tidak mendengarkan ucapan Yoongi yang mengatakan jika kakaknya itu bisa melakukannya sendiri. Dengan hati-hati membantu sang kakak yang sudah lelah menjelaskan untuk berdiri lalu mendudukkannya di sana.
"Kookie, dengarkan kakak lain kali." Jungkook bisa mendengar sedikit nada kesal di sana. Tapi dia tentu tahu jika Yoongi tidak akan benar-benar marah kepadanya, apalagi tanpa alasan. Jadi dia hanya tersenyum lebar, memamerkan wajah manis dengan gigi kelinci yang sukses membuat Yoongi gemas setengah mati.
Sejak awal Yoongi sudah kalah. Mana tahan dia menghadapi kelinci jadi-jadian yang beruntung adalah adiknya itu. Yoongi harus membuat Jungkook mengerti jika aegyo yang ia lakukan dengan tidak sengaja itu sangat berbahaya untuk jantungnya. Sangat tidak lucu jika Yoongi meninggal karena melihat sang adik yang terlampau menggemaskan.
"Baiklah, kemari sebentar." Yoongi kembali bersuara. Kali ini dengan lambaian singkat, meminta sang adik untuk mendekat. Jungkook langsung menurut, membiarkan Yoongi menarik pelan tangannya hingga ia ikut duduk di sisi tempat tidur. Tak ada penolakan saat Yoongi merangkul tubuhnya, membawa tubuh yang lebih muda semakin mendekat hingga tak berjarak lagi.
Jungkook bisa merasakan usapan lembut di puncak kepalanya, memberikan ketenangan yang begitu nyaman. Maka dengan senyuman yang semakin mengembang, si bungsu mendusalkan wajahnya ke dada Yoongi. Mencari posisi ternyaman untuk ia dan kakaknya menikmati suasana ini sejenak. Bagaimanapun juga nanti dan seterusnya pasti akan ada banyak masalah yang tidak bisa dihindari begitu saja. Jadi untuk saat ini mereka ingin mencari ketenangan sejenak.
Lagi pula masalahnya belum selesai. Setelah semua yang terjadi mau tidak mau Yoongi juga akan mengetahui semuanya. Menutupi masalah tidak akan menyelesaikannya, jadi mulai sekarang harus ada yang berpikir lebih jauh untuk mengatasi semua ini.
Memikirkan masalah itu membuat Jungkook langsung mengingat Seokjin. Dia masih belum mendapat kabar. Rasanya itu sudah cukup memberinya alasan untuk merasa cemas. Yoongi tentu saja menyadari kegelisahan sang adik. Jadi dia segera melepaskan rangkulannya hingga membuat Jungkook mendongak karena kakaknya itu bergerak tiba-tiba. "Kookie khawatir, hmm?" tanyanya dengan seulas senyum yang terpatri indah di sana, mencoba memberikan sedikit ketenangan kepada sang adik.
Jungkook mengangguk lemah. Benar, tidak ada gunanya membohongi Yoongi. Ah, bukan. Dia bukan membohongi orang lain, tapi dirinya sendiri. Jungkook berharap jika kakak sulungnya baik-baik saja, jadi dia membohongi diri sendiri dengan terus menekankan bahwa tidak ada hal buruk yang akan terjadi.
"Kalau begitu do'akan Kak Seokjin baik-baik saja, oke?"
Lagi-lagi Jungkook hanya mengangguk. Tapi setelah itu Yoongi tidak sempat mengatakan sesuatu yang lain karena terdengar suara pintu terbuka lalu Hoseok dan yang lain masuk ke dalam ruangan.
"Aissh Kak Yoongi, aku cemburu." suara Jimin yang pertama menginterupsi. Dia meletakkan kantong kecil di meja sambil terus memperhatikan interaksi Jungkook dan Yoongi yang memang pasti membuat siapapun cemburu.
"Kau memang tidak tahu diri, Jim. Mereka kan saudara, jadi pantas saja jika saling memeluk seperti itu." kalimat yang diucapkan Taehyung sukses membuat sebuah botol air mineral melayang dengan Jimin sebagai pelakunya. Beruntung Taehyung memiliki refleks yang bagus dan langsung menangkap botol itu sebelum mengenai wajah tampannya.
Mengetahui itu, Jimin langsung mencebik kesal lalu menoleh ke arah dua bersaudara itu lagi. Tapi Jungkook dengan jahil mengeratkan pelukannya kepada Yoongi sembari menjulurkan lidah, mengejek Jimin yang sama sekali tidak bisa menyentuh kakaknya itu.
"Jungkookie, kemari kau!"
"Berhenti di sana, Park Jimin."
Nah kan kakaknya langsung bertindak. Suara rendah Yoongi membuat Jimin yang sudah melangkah langsung berhenti. Sementara yang lain langsung tertawa, mendukung tindakan Yoongi sebelumnya. Bahkan Jimin yang awalnya begitu kesal ikut tertawa dengan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why I Can See You [END]
Fanfic[방탄소년단 : 전정국] Jungkook tidak pernah berpikir jika dirinya akan terus melihat presensi aneh di sekitarnya. Ia hanya bingung, tak tahu harus bereaksi seperti apa ketika wujud wujud mengerikan itu tiba-tiba muncul di depan matanya. Mungkin dia berpikir...