Semuanya berawal sejak malam itu. Tepat setelah ulang tahun Jungkook yang ke sebelas tahun, si bungsu bisa melihatnya. Makhluk-makhluk mengerikan yang bersembunyi di sudut-sudut gelap ruangan. Mereka yang diam-diam menampakkan diri untuk mengganggu manusia.
Malam itu acara kacau berantakan. Belum sempat mendengar nyanyian selamat ulang tahun, tapi si bungsu sudah terpaku dengan tatapan horor sebelum kemudian tiba-tiba tak sadarkan diri. Dengan kepanikan yang menguasai suasana si sulung segera mengangkat tubuh si bungsu dan membawanya masuk ke kamar. Tidak ada yang peduli pada acara yang hancur. Semuanya lebih mengkhawatirkan anak manis yang baru menyelesaikan sekolahnya di tingkat pertama berberapa bulan yang lalu itu.
Semua orang yang hadir di sana terpaksa pergi untuk pulang ke rumah masing-masing, menyisakan tiga bersaudara dan empat temannya yang juga mencemaskan keadaan si bungsu. Mereka semua enggan pergi meskipun salah satu dari tiga bersaudara itu meminta mereka agar tidak perlu cemas dan pulang saja.
Akhirnya karena sama sekali tidak bisa dibujuk, laki-laki bernama Min Yoon-Gi Itu meninggalkan mereka semua dan menyusul sang kakak untuk melihat keadaan adiknya. Tepat seperti dugaannya, sang kakak sedang sibuk memeriksa keadaan si bungsu. Melihatnya membuat Yoongi urung bersuara dan malah hanya memperhatikan sang kakak yang bekerja dengan cepat.
Benar-benar tak memerlukan waktu lama. Baru satu menit memeriksa si bungsu, Kim Seokjin berhenti bekerja lantas memperhatikannya dalam diam. Tentu saja itu membuat Yoongi heran lalu memandang sang kakak dengan bingung. Seokjin yang notabenenya seorang dokter malah memperhatikan si bungsu dengan ekspresi yang sama sekali tidak bisa dibaca. "Kookie kenapa, kak?" tanyanya dengan nada cemas yang begitu kentara.
Seokjin menoleh lalu menatapnya sebentar sebelum kemudian kembali mengalihkan atensinya kepada si bungsu. "Kookie baik-baik saja. Sepertinya syok. Apa yang tadi dilihatnya" setelah mengatakan bahwa tidak ada masalah dengan si bungsu, Seokjin lantas menanyakan itu kepada Yoongi.
Yang ditanya hanya bisa menggeleng. "Tidak tahu." jawabnya mempertegas arti gelengan kepalanya tadi.
Si sulung lantas menghela nafas. Kejadian tak terduga ini juga membuatnya terkejut. Sekarang dirinya sedang berpikir apa sebaiknya adiknya itu dibawa ke rumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut. Bagaimanapun juga sulit untuk mendiagnosa kondisi adiknya itu tanpa peralatan medis yang memadai. Tapi kemudian pemikiran itu diurungkannya mengingat sang adik tidak menyukai tempat bernama rumah sakit.
"Yoongi tunggu di sini sampai kookie bangun, ya. Kakak turun sebentar, mengambil minum. Ternyata panik bisa mengakibatkan haus." tanpa menunggu jawaban dari sang adik, Seokjin langsung melengang pergi meninggalkan kedua adiknya di sana.
Sepeninggal kakaknya, Yoongi memandang wajah tenang sang adik yang masih menutup matanya. Ditariknya sebuah kursi dari meja belajar milik adiknya sebelum kemudian dia mendudukkan dirinya di sana.
Kembali memandang sang adik, tangan Yoongi bergerak untuk mengusak surai milik Jungkook. Tak dapat dipungkiri jika dirinya juga panik ketika menyaksikan adiknya sendiri tiba-tiba kehilangan kesadaran. Terlebih di hari bahagianya sendiri.
Padahal Jungkook sudah berceloteh panjang lebar tentang hal-hal yang akan dilakukannya bersama teman-temannya, cerianya dia saat menerima banyak ucapan selamat dan hadiah, serta bagaimana caranya bersenang-senang malam ini. Tapi ternyata semuanya hanya tinggal keinginan sang adik mengingat pada akhirnya dia harus terbaring tak berdaya seperti ini.
"Kookie kenapa? Kookie seharusnya sedang bermain bersama Tata dan Jimin. Kenapa sekarang Kookie malah tidur? Ayo bangun dong, Kookie. Tata dan Jimin sudah akan pulang." Yoongi tidak gila dengan mengajak Jungkook-yang jelas-jelas dalam keadaan tak sadar-berbicara. Dirinya hanya ingin mengatakan apa yang ada di pikirannya kepada sang adik.
Tapi meskipun Yoongi terus menggumamkan berbagai kalimat yang ditujukan kepada Jungkook, adiknya itu tetap bergeming. Pikirnya, dirinya sudah menghabiskan banyak tenaga untuk mengatakan semua itu, tapi Jungkook tidak menghargainya sama sekali dengan tetap menutup matanya.
Tentu tidak. Mana mungkin Yoongi berpikir seperti itu saat adiknya tengah terbaring tak sadarkan diri? Yoongi hanya ingin sang adik lekas membuka matanya dan mengatakan jika dia baik-baik saja.
Sepertinya motto hidup Yoongi-I like it, I want it, I get it-memang berlaku di dunia nyata. Buktinya setelah itu Jungkook melenguh pelan sebelum kemudian benar-benar membuka matanya. Tentu saja itu membuat Yoongi senang dan lega di saat bersamaan.
"Kookie, ada yang sakit?" seketika itu pula si bungsu langsung menolehkan kepalanya ke arah sang kakak. Yoongi mengharap binar lembut seperti yang selalu diperlihatkan adiknya, tapi nihil. Yang didapatnya justru jeritan sang adik diikuti gerakan refleks mundur, seolah mencoba menjauh darinya.
"Ada apa? Kookie kenapa?" Yoongi spontan berdiri lalu mendekat pada sang adik yang nampak begitu ketakutan. Tapi apapun yang dikatakannya tidak berarti apa-apa. Si bungsu tetap menjerit ketakutan sembari meringsut mencoba menjauh.
Yoongi langsung menarik sang adik untuk direngkuhnya. Tak peduli seberapa keras adiknya memberontak atau sesakit apapun pukulan yang dilakukan Jungkook pada tubuhnya, Yoongi tidak akan melepaskan adiknya. "Kookie, jangan begini. Tenang, dik. Ini kakak. Ada apa? Kamu kenapa?"
Percuma karena si bungsu tetap memberontak dengan segenap tenaganya. Yoongi sudah tidak tahan melihat adiknya begitu ketakutan seperti ini sementara dirinya tidak mengetahui apa-apa. Itu benar-benar membuatnya merasa tidak berguna sama sekali.
Tiba-tiba pintu terbuka, menampilkan Seokjin bersama dengan empat orang lainnya di sana. Yoongi hanya menoleh singkat sebelum kemudian kembali sibuk menenangkan si bungsu.
"Ada apa ini?" tanya Seokjin dengan pias panik yang begitu kentara di wajah tampannya.
"Aku tidak tahu, kak. Kookie langsung begini setelah bangun." jawab Yoongi.
Entah apa yang akan dilakukan, Seokjin beranjak pergi meninggalkan ruangan itu selama hampir satu menit lalu kembali dengan membawa jarum suntik di tangannya. Sungguh Yoongi yang tidak mengetahui apa-apa hanya bisa terkejut ketika mendapati sang kakak membawa benda semacam itu.
"Kak, itu apa?" tanya Yoongi kepada Seokjin yang bersiap untuk menyuntikan cairan yang tidak diketahuinya kepada si bungsu.
"Obat penenang. Kookie bisa terluka jika memberontak terus."
"Tapi..."
"Percaya saja kepada kakak."
Yoongi tidak yakin, tapi dia semakin mengeratkan pelukannya pada Jungkook agar adiknya itu tidak bergerak berlebihan dan Seokjin bisa menyuntikkan cairan itu ke dalam tubuhnya.
"A-akh..."
Sedikit tersentak saat jarum yang melesakkan cairan itu masuk ke dalam tubuhnya, perlahan si bungsu kehilangan tenaganya. Berbagai bentuk berontakan dan pukulan yang dilakukannya mulai melemah hingga kemudian tubuhnya benar-benar terjatuh dalam rengkuhan kakaknya. Si bungsu harus kembali ke alam bawah sadarnya dengan cara paksa. Meninggalkan dua kakaknya serta empat orang lainnya dalam kekhawatiran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why I Can See You [END]
Fanfic[방탄소년단 : 전정국] Jungkook tidak pernah berpikir jika dirinya akan terus melihat presensi aneh di sekitarnya. Ia hanya bingung, tak tahu harus bereaksi seperti apa ketika wujud wujud mengerikan itu tiba-tiba muncul di depan matanya. Mungkin dia berpikir...